Tempat Perteduhan yang Sejati

Mazmur 90

Seorang penulis yang bernama Harold J. Sala pernah mengatakan bahwa tahun yang akan datang dapat dilihat sebagai kelanjutan dari tahun yang segera berlalu. Namun, di penghujung tahun 2020 ini, saya meyakini bahwa banyak orang yang berharap bahwa situasi pandemi Covid-19—yang telah mengguncang kestabilan hidup—tidak berlanjut di tahun 2021. Akan tetapi, di tahun 2021, tampaknya para pelajar dan mahasiswa belum bisa seluruhnya menjalani studi tatap muka, ekonomi masih akan berputar lebih lambat, dan virus Covid-19 masih akan tetap mengancam kesehatan masyarakat.

Mazmur 90 ditulis oleh Musa saat ia memimpin bangsa Israel menuju ke Tanah Perjanjian. Perjalanan itu penuh dengan berbagai kesulitan. Pergumulan dan penderitaan Musa itu tersirat melalui tema ratapan seperti di ayat sepuluh yang menjadi pokok pikiran utama berdasarkan struktur mazmur ini. Musa berkata, “Kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan” (90:10). Musa menyadari bahwa hidup manusia itu fana (90:5,6). Musa menyadari bahwa Allah murka kepada Israel yang berdosa (90:7,8,11), sebab bangsa itu dikenal sebagai kaum yang tegar tengkuk (Keluaran 32:9). Oleh karena dosanya, maka keturunan Abraham, Ishak, dan Yakub harus mengembara di padang gurun selama 40 tahun (Bilangan 32:13).

Alkitab mengungkapkan kepada kita yang hidup di zaman ini bahwa semua manusia berdosa (Roma 3:23) dan Allah murka atas dosa manusia (Roma 1:18). Dosa menyebabkan manusia mengalami kematian (Roma 5:12), bermacam-macam kesulitan (2 Timotius 3:1, Mazmur 54:5, Roma 8:19-21), bahkan murid Kristus pun tidak luput dari penderitaan (Filipi 1:29). Berdasarkan ajaran Alkitab, kita menyadari bahwa pandemi Covid-19 mengungkapkan keberadaan manusia yang berdosa dan hidup dalam kesementaraan. Dalam situasi seperti ini, kita harus tetap meyakini bahwa Allah adalah ‘tempat perteduhan’ yang sejati (90:1). Kita senantiasa mengandalkan Allah untuk memperoleh kelegaan (90:13), sukacita (90:14), dan kekuatan (90:17). Ingatlah bahwa Allah tidak merancang kejahatan (Yakobus 1:17). Dia memelihara dan memberi jalan keluar saat kita menderita (1 Korintus 10:13). Marilah kita menjaga agar kita tetap hidup dalam kekudusan, sebab tidak ada dosa yang dapat kita sembunyikan dari Allah (90:8). [ECW]

Sesuai Aplikasi

Titus 3

Aplikasi belanja online saat ini sangat memudahkan pengguna untuk Amelakukan berbagai macam transaksi. Adanya fitur yang user- friendly atau mudah dipakai-memikat pengguna untuk terus memakai aplikasi itu, misalnya notifikasi pengingat informasi. Fitur ini mendorong pengguna aplikasi untuk merespons pesan. Di pasal ini, Rasul Paulus mengingatkan Titus untuk menyampaikan pesan agar setiap orang Kristen senantiasa bersungguh-sungguh melakukan pekerjaan baik dalam seluruh aspek hidupnya, yaitu tunduk dan hormat kepada pemerintah (3:1), bersikap ramah dan lemah lembut kepada sesama (3:2), menasihati orang yang suka mencari-cari masalah dan mengajarkan ajaran sesat (3:9-11), dan menolong rekan sepelayanan (3:13-14).

Perkataan "pekerjaan yang baik" (3:1,8,14) yang dimaksud Rasul Paulus di sini berkaitan dengan dua hal, yaitu: Pertama, perkataan itu berkaitan dengan ketidakmampuan manusia berdosa untuk melakukan pekerjaan yang baik. Manusia berdosa sama sekali tidak memenuhi syarat untuk menerima kasih karunia Allah (3:3; bandingkan dengan Roma 3:12), tetapi kemurahan Allah dan kasih karunia-Nya membuat la mau menyela- matkan manusia berdosa melalui karya Yesus Kristus, serta memberikan kelahiran kembali dan hidup baru melalui pekerjaan Roh Kudus (3:5-6; bandingkan dengan Efesus 2:1-10). Kedua, perkataan itu berkaitan dengan kondisi bahwa manusia yang telah menerima kasih karunia Allah akan dimampukan oleh Roh Kudus untuk melakukan pekerjaan yang baik dan berguna bagi banyak orang (3:8). Dengan demikian, pekerjaan baik orang Kristen bukanlah dilakukan agar memperoleh keselamatan atau agar memenuhi syarat untuk masuk surga atau agar mendapat keuntungan tertentu, melainkan merupakan buah pertumbuhan rohani berdasarkan pengetahuan yang benar tentang Allah (Kolose 1:10).

Itulah sebabnya, Rasul Paulus menyuruh Titus untuk mengingatkan, meyakinkan, dan menguatkan jemaat di pulau Kreta agar senantiasa memercayai pemberitaan Injil yang sejati dan senantiasa bersandar pada Roh Kudus yang akan memampukan mereka untuk melakukan setiap pekerjaan baik dengan berlandaskan pada kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia. Kiranya setiap pekerjaan baik yang kita kerjakan menjadi bukti konkret penerapan firman Tuhan dalam kehidupan seorang Kristen yang sejati. [TC]

Antara Ekspektasi dan Realita

Titus 2

Betapa senangnya Budi saat diajak ayahnya pergi ke salah satu restoran yang sudah lama ia idam-idamkan. Sang ayah mengizinkan Budi memesan makanan apa saja yang ia sukai, Budi segera melihat menu makanan dan menunjuk gambar makanan yang menurutnya sangat menarik dan diduga rasanya sangat enak. Namun, saat makanan tersebut dihidangkan, ia sangat kecewa karena ternyata apa yang ia lihat tidak sesuai dengan apa yang ia bayangkan: Yang disajikan tidak sesuai dengan gambar, porsinya kecil, dan yang paling mengecewakan adalah bahwa rasa makanan tersebut sangat hambar.

Antara harapan dan kenyataan sering bertolak belakang. Itulah yang terlihat dalam kehidupan orang Kristen di pulau Kreta. Cara hidup mereka sama seperti cara hidup orang non Kristen, sehingga pengajaran atau berita firman Tuhan menjadi tercela, bahkan muncul berbagai tuduhan atau gosip yang mempermalukan orang Kristen dan membuat orang non Kristen tidak tertarik terhadap kekristenan (bandingkan dengan 2:7-8). Di pasal ini, Rasul Paulus meminta Titus memberitakan hal-hal yang sesuai dengan ajaran yang benar serta memelihara integritas iman Kristen tanpa berkompromi dengan budaya setempat, baik yang menyangkut laki-laki maupun perempuan yang lebih tua (2:2-3), para perempuan yang lebih muda (2:4-5), para orang muda (2:6-8), maupun menyangkut para hamba (2:9-10).

Yang disampaikan Rasul Paulus kepada Titus itu sangat penting karena cara hidup orang Kristen harus berdasarkan kasih karunia Allah yang telah menyelamatkan, membebaskan, dan menguduskan kita melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib. Kristus menghendaki agar umat-Nya selalu melakukan perbuatan baik (2:14, bandingkan dengan Efesus 2:10). Roh Kudus akan memampukan dan mendisiplin setiap orang percaya “supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini” (Titus 2:12). Semoga setiap orang Kristen selalu mengandalkan Roh Kudus, sehingga seluruh aspek hidupnya selalu memuliakan dan mencerminkan karakter Kristus, sesuai dengan kebenar-an firman Tuhan. Dengan demikian, kekristenan memiliki daya tarik bagi orang yang belum percaya, dan orang Kristen makin disenangi oleh semua orang (bandingkan dengan Kisah Para Rasul 2:47). [TC]

Kenal Tapi Tak Sayang

Titus 1

Seorang ahli memancing ikan sedang memperagakan bagaimana cara memancing yang benar kepada anak-anak di dalam kelas. Ia menjelaskan cara memilih alat pancing, memilih umpan, serta cara menentukan waktu atau musim terbaik untuk memperoleh jenis ikan tertentu. Penjelasan sang ahli itu sangat memukau. Kemudian, seorang anak dengan rasa penasaran bertanya, “Pak, berapa banyak ikan yang sudah bapak tangkap dan ikannya seberapa besar?” Sang ahli menjawab, “Saya belum pernah memancing, oleh sebab itu saya belum pernah mendapat satu ekor ikan pun.”

Kehidupan orang Kristen di Pulau Kreta mirip dengan kisah di atas. Mereka mengaku memercayai, mengenal, dan mengasihi Allah, namun hidup sehari-hari mereka tidak mencerminkan karakter Kristus. Mereka menyangkal Kristus, menerima pengajaran yang memberi keuntungan pribadi, suka bergosip, licik, suka menyakiti, melawan hukum, serta tidak bisa berbuat sesuatu yang baik. Oleh karena itu, Rasul Paulus menegur dengan keras agar orang Kristen di pulau Kreta tidak bertingkah laku seperti penduduk Kreta pada umumnya yang terkenal pandai berbohong serta bersifat seperti binatang buas yang rakus dan pemalas (1:12).

Untuk mengatasi kondisi yang tidak mudah ini, Rasul Paulus mengutus Titus agar mengatur dan menetapkan para penatua yang cakap memimpin jemaat berdasarkan kualitas kerohanian dan kehidupan yang tak bercacat dalam aspek kehidupan keluarga (1:6), pribadi (1:7), dan karakter (1:8-9). Rasul Paulus telah menjadi teladan bagi Titus, dan Titus harus melakukan hal yang sama terhadap orang Kristen di pulau Kreta. Titus bukan hanya diminta berbicara, menegur, membina, dan mengajar tentang cara menjadi penatua atau orang Kristen yang baik, tetapi dia juga harus memperlihatkan kerangka pikir dan pola hidup seorang pengikut Kristus yang sejati, sehingga mereka memiliki iman yang sehat, berpegang pada pengajaran yang benar, serta makin mengenal dan mengasihi Kristus dengan sungguh-sungguh. Semuanya itu harus diwujudkan dalam kehidupan aktual setiap hari.

Setelah Anda mengaku percaya dan mengasihi Yesus Kristus, apakah pola hidup Anda menjadi semakin menyerupai Kristus? Ingatlah bahwa iman yang sehat harus ditunjukkan melalui perbuatan nyata, bukan hanya diucapkan. [TC]

Teladan Hana

Lukas 2:36–38

Hana pasti banyak dikenal orang karena setiap hari ia berada di Bait Allah pada masa pemerintahan Kaisar Agustus. Ia adalah seorang nabiah berusia lanjut yang merupakan seorang janda. Pembicaraan favoritnya adalah tentang Mesias yang akan datang. Mungkin, ayat favoritnya adalah Maleakhi 3:1 “Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam.”

Benar bahwa Sang Mesias telah datang! Pada hari itu, Hana bertemu dengan bayi Yesus yang dibawa oleh Yusuf dan Maria ke Bait Allah. Dari Hana, kita bisa melihat teladan iman dan ketekunan dalam menanti kedatangan Sang Mesias: Pertama, hidupnya berfokus pada Tuhan. Tidak diragukan bahwa sejak kecil, Hana telah mengetahui tentang janji Mesianis yang Allah berikan kepada orang Israel, dan dia percaya bahwa janji itu akan digenapi. Setiap hari ia menunggu penggenapan janji tentang Sang Mesias. Kedua, hidupnya digerakkan oleh pengharapan. Kata “tidak pernah meninggalkan” menunjukkan bahwa hidupnya dimotivasi oleh pengharapan akan kedatangan Sang Mesias. Ketiga, Hana mempraktikkan disiplin rohani. Ia sering berpuasa agar memiliki lebih banyak waktu untuk berdoa. Dia telah belajar menyalibkan keinginan daging agar bisa melayani Allah dengan lebih pantas. Keempat, Hana tahu berterima kasih. Ia memuji Tuhan yang telah membuat Ia bertemu langsung dengan bayi Yesus yang merupakan Sang Mesias yang telah lama ia nantikan. Pertemuan itu membuat Ia siap untuk pergi (mati) dalam damai sejahtera. Kelima, Hana adalah saksi. Dia tidak takut untuk menceritakan tentang Yesus Kristus kepada orang-orang di sekitarnya.

Nama “Hana” berarti anugerah. Anugerah Allah diungkapkan melalui kematian Yesus Kristus di kayu salib. Saat ini, kita menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Apakah Anda masih terus merindukan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali? Apakah Anda hanya berharap kepada Allah saja? Apakah Anda selalu bersyukur atas anugerah hidup kekal yang telah Anda terima? Apakah Anda setia melayani Allah dan Anda terus menjadi saksi dari anugerah Allah dalam hidup Anda sampai Tuhan Yesus datang kembali? Teladanilah Hana yang tekun dan setia sampai akhir hidupnya! [FW]

Orang Nazaret

Matius 2:19-23

Setelah Raja Herodes Agung—yang memerintahkan pembunuhan terhadap anak-anak di bawah usia dua tahun di Nazaret untuk mencegah munculnya Raja baru yang bisa menjadi saingannya—mati, Yusuf dan Maria membawa bayi Yesus kembali dari Mesir ke Israel. Melalui mimpi, Allah memperingatkan Yusuf agar jangan kembali ke Betlehem, tetapi ke kota asal mereka, yaitu Nazaret di Galilea (2:1-7, 13-23; Lukas 1:26–27; 2:4–5). Nama “Nazaret” disebut sekitar 25 kali dalam Perjanjian Baru. Nazaret adalah kota kecil berpenduduk sekitar 500 orang, yang berjarak sekitar 100 km dari Yerusalem. Karena dibesarkan di Nazaret, Yesus Kristus dikenal sebagai Yesus dari Nazaret atau Orang Nazaret (Matius 2:23). Sebutan ini penting karena menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah tokoh nyata yang ada dalam sejarah. Ia benar-benar pernah hidup dan bertumbuh secara fisik di kota Nazaret. Masyarakat di sekitar mereka mengenal orang tua dan saudara-saudara-Nya (Matius 13:53–58). Akan tetapi, sebutan sebagai “Orang Nazaret” membuat Ia diremehkan karena Nazaret terletak di Galilea yang merupakan wilayah bangsa-bangsa lain (Matius 4:15). Perhatikan bahwa perkataan Natanael kepada Filipus bernada mengejek, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?”. Setelah bertemu langsung dengan Tuhan Yesus, barulah Natanael bersedia memercayai dan mengikut Dia (Yohanes 1:45–51).

Walaupun sebutan sebagai “Orang Nazaret” bukan sebutan penghormatan, Tuhan Yesus tidak pernah merasa keberatan terhadap sebutan tersebut. Karena Ia taat kepada kehendak Bapa-Nya (Matius 2:23). Ia rela menanggalkan kemuliaan-Nya demi melaksanakan misi penyelamatan (Filipi 2:6-8). Ingatlah bahwa saat Tuhan Yesus disalibkan, Pontius Pilatus memerintahkan agar di atas kayu salib dipasang tulisan, ”Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi” (Yohanes 19:19). Mungkin saja pernyataan identitas sebagai “Orang Nazaret” itu bisa dianggap sebagai pelecehan bagi penduduk kota Nazaret. Akan tetapi, identitas tersebut ternyata dipakai dalam pemberitaan Injil Rasul Petrus dan Rasul Paulus (Kisah Para Rasul 2:22; 3:6; 4:10;; 10:38; 22:8; 26:9). Apakah Anda telah belajar merendahkan diri dengan meneladani Yesus Kristus, atau sebaliknya, Anda mengutamakan penghormatan berdasarkan gelar atau jabatan? Apakah Anda bersedia untuk merasa bangga hanya karena Yesus Kristus adalah Juruselamat Anda? [FW]

Nama Yesus

Matius 1:18-25

Memberi nama kepada anak merupakan hak istimewa dan sekaligus tanggung jawab orang tua. Banyak calon orang tua yang mulai menyeleksi begitu banyak nama sejak mengetahui terjadinya kehamilan, tetapi ada pula yang baru memilih nama setelah anaknya lahir. Sejak mendengar pemberitahuan malaikat bahwa ia akan mengandung seorang anak laki-laki, Maria sudah diberi tahu bahwa anak itu harus diberi nama Yesus (Lukas 1:31). Yusuf juga menerima pemberitahuan yang sama dari malaikat itu, “... engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” (Matius 1:21). Mungkin, inilah salah satu cara Allah meyakinkan Yusuf atas kehamilan Maria sebagai perbuatan ilahi, yaitu bahwa mereka berdua mendapat pemberitahuan tentang nama yang sama.

Dalam Alkitab, nama lebih dari sekadar sebutan, melainkan selalu memiliki arti yang sangat penting. Nama menyatakan karakter diri dan tujuan hidup. Nama “Yesus” berasal dari kata Ibrani Yosua (Yehoshua), yang berarti “Allah Penyelamat” atau “Tuhan adalah keselamatan.” Malaikat memberi tahu Yusuf bahwa Yesus akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. Itulah tujuan kedatangan-Nya ke dalam dunia.

Anak Allah diberi nama manusia “Yesus” karena manusia memiliki persoalan mendasar, yaitu dosa. Dosa bukan hal remeh karena dosa membuat manusia tidak mencapai standar Allah. Dosa ada dalam tabiat bawaan kita. Dosa adalah kecenderungan untuk secara aktif melawan perintah dan tujuan Tuhan. Dosa adalah perlawanan terhadap Allah yang kudus. Konsekuensi dosa adalah murka Allah yang berwujud maut atau kematian kekal.

Hanya Yesus Kristus yang dapat menyelamatkan kita dari dosa dan memberi hidup yang kekal, karena hanya Dia yang dapat menjadi korban penebusan dosa kita. Hanya Dia yang tanpa dosa. Hanya Dia yang dapat menaklukkan maut dengan bangkit dari kubur. Yesus Kristus adalah satu-satunya solusi yang tepat untuk persoalan dosa kita. Kelahiran Yesus Kristus, kehidupan-Nya, kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya adalah tindakan anugerah Allah.

Hanya anugerah Yesus Kristus yang bisa membuat kita diampuni, menjadi benar di hadapan Allah, dan mendapat hidup kekal. Tanpa Yesus Kristus, kita tidak akan memperoleh hidup kekal. Apakah Anda telah menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat Anda? [FW]

Jangan Takut

Lukas 1:11-25

Hal paling melegakan yang terjadi saat kita ke dokter adalah saat dokter berkata, “Jangan takut!” Sekalipun mungkin kita didiagnosis mengalami sakit yang berat, perkataan itu memberi kelegaan dan membuat kita menjadi kuat. Perkataan “Jangan takut” dituliskan tiga kali dalam kisah Natal di Injil Lukas, yaitu perkataan yang diucapkan oleh malaikat kepada Zakaria, Maria, dan para gembala (1:13; 1:30; 2:10).

Yesus Kristus datang ke dalam dunia ke tengah umat Allah yang dalam keadaan ketakutan. Dengan mengutip perkataan nabi Yesaya, penulis Injil Matius menyebut umat Allah sebagai “bangsa yang diam dalam kegelapan… mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut” (Matius 4:16; lihat Yesaya 9:1). Kematian adalah musuh mengeri-kan yang membangkitkan ketakutan (Ibrani 2:14–15). Dalam agama apa pun, tidak ada jaminan untuk mengatasi ketakutan. Manusia hidup dalam kegelapan spiritual dan dalam pencarian terang sampai Tuhan Yesus datang “mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa” (2 Timotius 1:10). Bagi orang yang percaya pada Yesus Kristus, kegelapan akan pergi dan ketakutan terhadap kematian akan lenyap. Kita tidak akan hidup dalam ketakutan lagi.

Imam Zakharia sedang membakar ukupan saat malaikat Gabriel muncul. Kemunculan yang mendadak itu membuat Imam Zakharia terkejut dan menjadi takut. Akan tetapi, malaikat itu berkata, “Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan…” (Lukas 1:13). Sejak menikah, mereka telah berdoa memohon agar Allah menganugerahkan anak, tetapi doa mereka tidak terkabul, sampai Allah mengutus malaikat Gabriel untuk memberitahukan bahwa permohonan mereka akan segera terkabul. Allah berjanji untuk memberi seorang anak yang akan menjadi pembuka jalan bagi kedatangan Sang Mesias (Maleakhi 3:1; Lukas 1:76). Perkataan malaikat Gabriel itu di luar dugaan!

Saat Anda menghadapi masalah, baik masalah studi, pekerjaan, rumah tangga, kesehatan, atau masalah apa pun, datanglah kepada Allah untuk memohon pertolongan dan perlindungan! Jangan biarkan ketakutan menguasai diri Anda! Allah telah memberikan Anak-Nya yang tunggal untuk menebus dosa manusia. Pembebasan dari hukuman dosa seharusnya membebaskan kita dari ketakutan karena alasan apa pun, termasuk kematian. Apakah Anda selalu bersandar kepada Yesus Kristus—Sang Imanuel—saat rasa takut mendatangi Anda? [FW]

Kesederhanaan Yesus Kristus

Kolose 1:15-20

Suatu saat, Ratu Elisabeth I| berkunjung ke Amerika Serikat dengan membawa barang bawaan seberat 1.800 kg, termasuk dua busana untuk setiap upacara, busana berkabung kalau-kalau ada yang meninggal, serta sejumlah pelapis dudukan toilet dari kulit domba putih. Beliau juga membawa penata rambut pribadi, dua pelayan pria, serta rombongan pembantu. Kunjungan singkat itu menelan biaya sampai tiga ratus miliar rupiah. Kunjungan tersebut berbeda sangat mencolok dengan kunjungan Yesus Kristus-Sang Anak Allah-ke bumi yang mengambil tempat di kandang hewan, padahal la datang dari Kerajaan Allah yang kekal. la datang tanpa pembantu. Raja yang baru lahir di dunia itu dibaringkan di tempat yang tidak layak, yaitu sebuah palungan. Akan tetapi, sosok Raja ini mengubah sejarah manusia dan dunia. Betapa senyap pemberian karunia yang menakjubkan itul

Yesus Kristus adalah Anak Allah yang menjadi manusia. Kehadiran- Nya di dunia sudah direncanakan Allah sejak awal. Berita yang disampai- kan malaikat kepada Yusuf (Matius 1:20-21) menggenapi nubuat Nabi Yesaya (1:22-23; Yesaya 7:14). Rasul Paulus menuliskan, "la adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang dicip- takan. la ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia." (Kolose 1:15,17). Yesus adalah satu-satunya Pribadi Allah yang menyatakan siapa Allah. Dia tidak diciptakan. Dia telah ada sebelum segala sesuatu ada. Dialah Pencipta segala sesuatu dan segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Dengan demikian, Allah yang tidak kelihatan menjadi nyata dan dapat dilihat di dalam diri Yesus Kristus. Sega- la kuasa berada di tangan-Nya karena semua kuasa bersumber dari Dia.

Yesus Kristus, Sang Raja Kemuliaan yang kekal itu, datang ke dunia dalam kesederhanaan untuk menyelamatkan manusia berdosa. Dia rela meninggalkan kemuliaan yang melekat pada diri-Nya. Bahkan, ketika la berada di dalam dunia, la tidak mengenakan kemuliaan dan kuasa-Nya. la berkuasa menyembuhkan orang sakit, bahkan membangkitkan orang mati, tetapi tujuan utama kedatangan-Nya adalah menyelamatkan manusia dari dosa. Tanpa Yesus Kristus, semua manusia akan binasa dan menerima hukuman kekal. Semua manusia memerlukan Yesus Kristus. Datanglah kepada Yesus Kristus dan bukalah hidup Anda. Jadikanlah Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat Andal [FW]

Anugerah yang Tak Terselami

Efesus 2:4-10

Allah mengasihi manusia berdosa, itu pasti! Kekayaan kasih karunia Allah ini sulit untuk dimengerti. Manusia berdosa adalah orang yang akan terus berdosa, bahkan berdosa tanpa henti. Hati manusia tidak pernah puas, sehingga manusia sulit mengatakan “stop” karena ingin terus menyenangkan dirinya. Manusia cenderung memusatkan perhatian pada dirinya sendiri. Itulah dosa! Tidak pernah ada kata cukup bagi dosa. Dosa bekerja dalam diri manusia. Kematian kekal adalah upah dosa. Kematian itu pasti karena dosa telah membuat manusia rusak total.

Namun, Allah tidak membiarkan manusia begitu saja. Kekayaan kasih-Nya yang berlimpah-limpah siap untuk dicurahkan kepada setiap orang yang mau datang kepada-Nya. Pengharapan yang bisa memberi jaminan kepada manusia hanya satu, tidak ada yang lain! Bila kita membuka diri untuk menerima kasih Allah di dalam iman kepada Yesus Kristus, Sang Mesias itu, Allah akan “menciptakan ulang” atau mentrans-formasi diri kita dari kondisi sebagai manusia lama menjadi manusia baru. Hidup kita tidak pernah sama lagi! Tangan Allah berkarya di setiap sisi pada diri kita. Allah “mengejar” kita agar kita kembali pada tujuan awal saat Ia menciptakan kita, yaitu agar kita hidup untuk kemuliaan-Nya (Yesaya 43:7).

Bagaimana seharusnya umat Allah menanggapi anugerah kasih Allah yang berlimpah-limpah itu? Ingatlah bahwa dari kondisi kotor, kita telah menjadi bersih. Dari kondisi rusak, kita telah diperbaiki. Dari kondisi hancur, kita telah dipulihkan. Dari kondisi kacau, kita telah dirapikan. Dari kondisi tanpa masa depan, kita telah memiliki pengharapan. Dari kondisi pasti binasa dalam dosa, kita telah diselamatkan dan menerima hidup yang kekal. Dari kondisi jauh dari Allah, sekarang menjadi dekat. Apakah Anda sudah menerima kasih karunia Allah? Ingatlah bahwa kita ini buatan Allah yang telah diciptakan ulang di dalam Yesus Kristus, Sang Juruselamat. Marilah kita mengisi hidup kita dengan hal-hal yang memuli-akan Allah, yaitu dengan melakukan pekerjaan baik yang telah dipersiap-kan Allah jauh sebelum kita bisa merasakan kehadiran-Nya dalam hidup kita. Mengapa Allah mau mengerjakan hal itu bagi kita? Sungguh, kasih dan anugerah Allah bagi kita itu tidak terselami. Keselamatan adalah pekerjaan Allah, bukan hasil usaha kita (Efesus 2:9). Keselamatan adalah karya Allah dalam hidup kita. Jadi, muliakanlah Allah dalam kehidupan Anda! [FW]