Hanya TUHAN Sajalah Allah (10 Hukum Allah)

Bacaan Alkitab hari ini:
Keluaran 20:1-3 (Hukum Pertama)

Sepuluh Hukum diawali dengan pernyataan, “Allah mengucapkan segala firman ini” (20:1). Sepuluh Hukum tersebut bukan dari Musa, melainkan dari Allah, Pencipta langit dan bumi. Oleh karena itu, sudah sepatutnyalah bila manusia mendengarkan dan mematuhinya. Pada hukum yang pertama, Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai TUHAN. Allah menegaskan bahwa Dia adalah Allah yang mengikat janji dengan umat-Nya, dan Dia setia kepada janji-Nya. Bukti kesetiaan Allah diperlihatkan melalui penegasan bahwa TUHAN Allah telah mengeluarkan umat Israel dari Tanah Mesir (20:2). Berdasarkan pada siapa diri-Nya dan apa yang telah Dia lakukan bagi umat-Nya, maka Allah memerintahkan agar umat Israel hanya menyembah kepada Dia saja.

Apabila kita mengamati secara cermat, jelas bahwa pada hukum pertama ini, Allah tidak mengucapkan kalimat yang meminta agar umat Israel menyembah kepada-Nya. Sekalipun demikian, melalui hukum supaya tidak ada allah atau dewa atau ilah lain dihadapan-Nya, kita disadarkan akan keinginan Allah agar tidak ada ilah atau berhala apa pun yang menghambat relasi antara Allah dengan umat-Nya. Oleh karena itu, jelas bahwa sebenarnya Allah menginginkan agar kita hanya menyembah kepada Dia saja. Bila kita menyembah Allah dengan sepenuh hati, sesungguhnya kita akan mendapatkan yang terbaik dalam kehidupan ini, seperti yang diungkapkan oleh Daud bahwa sukacita berlimpah-limpah dan kepuasan yang sejati berasal dari Allah (Mazmur 16:11). Perhatikan bahwa hukum pertama ini diberikan di tengah banyaknya dewa dan berhala yang disembah oleh bangsa-bangsa di sekitar Israel. Allah mengerti benar akan kemungkinan bahwa umat Israel dapat berpaling untuk menyembah ilah-ilah lain. Oleh karena itu, hukum pertama ini menggarisbawahi perlunya menyingkirkan ilah-ilah dalam kehidupan ini.

Allah yang membebaskan umat Israel dari Mesir ialah Allah Sang Pencipta yang melepaskan orang yang percaya kepada Kristus dari belenggu dosa. Dengan demikian, jangan ada ilah apa pun di zaman ini—diri sendiri, kuasa, uang, dan sebagainya—yang dapat menghalangi penyembahan dan pelayanan kita kepada-Nya. Marilah kita berkata seperti Asaf, “Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.” (Mazmur 73:25) [Pdt. Emanuel Cahyanto Wibisono]