Hidup sebagai Manusia Baru

Efesus 4:17-32

Inti amanat Rasul Paulus dalam perikop hari ini adalah, ‚Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah‛ (4:17b). Kita—yang dahulu tidak mengenal Allah, tetapi sekarang telah mengenal Allah—wajib hidup sebagaimana seorang pengikut Kristus seharusnya hidup. Kehidupan orang yang tak mengenal Allah digambarkan sebagai pikirannya sia-sia, hatinya degil, perasaannya tumpul, dan perbuatannya cemar (4:17-19). Seluruh aspek hidupnya—pikiran, kehendak, perasaan, dan perbuatan—abai dan tak mau tahu tentang siapa Allah dan apa yg Ia kehendaki untuk kita lakukan. Sebaliknya, orang percaya telah belajar mengenal Kristus, telah mendengar tentang Kristus, dan telah menerima pengajaran di dalam Kristus (4:20-21). Kristus adalah inti ajaran Kristen. Frasa ‚tetapi kamu bukan demikian‛ (4:20a) menunjukkan bahwa menjadi seorang Kristen menuntut perubahan hidup yang sangat radikal dan mendasar, yang digambarkan sebagai ‚menanggalkan manusia lama‛ (4:22) dan ‚mengenakan manusia baru‛ (4:24). Proses perubahan ini berlangsung terus dalam kehidupan orang percaya dan menjadi nyata jika orang percaya terus-menerus ‚dibaharui di dalam roh dan pikir-an‛ (4:23). Kata ‚dibaharui‛ berada di antara proses perubahan manusia lama menjadi manusia baru. Bentuk pasif menunjukkan bahwa tindakan perubahan dilakukan oleh Roh Kudus, bukan oleh manusia.
Rasul Paulus melanjutkan dengan memberi nasihat konkret tentang cara hidup manusia baru (4:25-32). Frasa ‚karena itu‛ (4:25) menunjuk-kan hubungan logis dengan bagian sebelumnya (4:17-24). Ia membanding-kan cara hidup manusia lama yang harus ditanggalkan dan cara hidup manusia baru yang harus dikenakan. Orang percaya yang dibaharui Roh Kudus harus menanggalkan dusta, lalu diganti dengan berkata benar; tidak menuruti amarah, tetapi mengontrol amarah; tidak mencuri, tetapi bekerja keras; tidak berkata kotor tetapi memakai kata-kata yang baik yang membangun (4:24-29). Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, fitnah, dan berbagai kejahatan yang berpotensi merusak harmoni dan kesatuan tubuh Kristus harus ditanggalkan dan diganti dengan sikap ramah, kasih mesra (keramahan), dan saling mengampuni (4:31-32). Sebagai orang yang mengenal Kristus, jangan mendukakan Roh Kudus (4:30) dengan cara hidup yang lama, tetapi pilihlah mengenakan manusia baru, yang secara ringkas digambarkan sebagai kehidupan ‚di dalam kebenaran dan kekudusan‛ (4:24), agar kehidupan kita tidak sama dengan kehidupan orang yang tidak mengenal Allah. [EG]

Kesatuan, Keberagaman, dan Kedewasaan

Efesus 4:1-16

Di pasal 1-3, Rasul Paulus menjelaskan apa yang telah Allah perbuat untuk mempersatukan segala sesuatu di dalam Kristus. Ia mengajar tentang doktrin kepada Jemaat Efesus (1:3-12; 2:1-10; 3:1-13), dan juga mendoakan mereka (1:15-22; 3:14-21). Di pasal 4-6, ia memberitahukan apa yang Allah kehendaki agar dilakukan oleh umat-Nya. Ia beralih dari teologi kepada etika, dari doktrin kepada moralitas. Bagian kedua Surat Efesus ini (pasal 4-6) dimulai dengan frasa, ‚Sebab itu aku menasihatkan kamu‛ (4:1). Frase tersebut menunjukkan bahwa nasihat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus (4:1-16) merupakan respons atas apa yang telah Allah perbuat dalam kehidupan jemaat. Pengajaran, doa syafaat, dan nasihat adalah tiga alat paling efektif bagi setiap hamba Tuhan untuk menolong umat Tuhan hidup ‚berpadanan dengan panggilan itu‛ (4:1), yaitu panggilan untuk hidup dalam kesatuan. Kesatuan jemaat tampak dari penekanan atau pengulangan angka ‚satu‛ sampai tujuh kali dalam perikop ini, yang menunjuk kepada tema utama perikop ini.
Rasul Paulus mengemukakan tiga kebenaran tentang kesatuan: Pertama, kesatuan gereja tergantung pada empat kualitas hidup seorang Kristen, yaitu rendah hati, lemah lembut, sabar, dan saling menolong dalam kasih (4:2). Kedua, kesatuan gereja berasal dari fakta bahwa Allah Tritunggal yang kita sembah adalah Allah yang satu adanya—perhatikan sebutan ‚satu Roh‛, ‚satu Tuhan‛, dan ‚satu Allah‛ (4:3-6). Ketiga, kesatuan gereja diperkaya oleh karunia rohani yang berbeda-beda yang diberikan Kristus kepada setiap orang percaya sebagai perlengkapan untuk melayani (4:7-12). Karunia yang berbeda ini diberikan Kristus untuk—secara positif—mempersiapkan gereja agar bertumbuh semakin serupa dengan Kristus dalam segala hal (4:13,15), dan supaya—secara negatif—umat Tuhan tidak disesatkan oleh berbagai doktrin baru yang berbeda dan oleh berbagai kelicikan manusia (4:14) yang mengancam kesatuan iman dan kesatuan gereja.
Kedewasaan rohani dan kesatuan tubuh Kristus hanya dapat dicapai jika kita—masing-masing individu yang memiliki berbagai karunia yang berbeda—tetap ‚teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih‛ (4:15). Kebenaran ajaran dan perbuatan kasih adalah dua hal yang tidak boleh dipisahkan. Keduanya merupakan pasangan serasi untuk mencapai kedewasaan rohani dan kesatuan iman. [EG]

Doa Memohon Kekuatan Roh Kudus

Efesus 3:14-21

Frasa ‚itulah sebabnya‛ (3:14) di awal perikop yang kita baca hari ini menunjukkan bahwa bacaan Alkitab hari ini adalah lanjutan dari perikop sebelumnya. Jelas bahwa yang mendorong Rasul Paulus berdoa adalah karya Kristus yang mendamaikan (2:11-22) serta pemahaman tentang karya pendamaian itu, yang merupakan rahasia Kristus yang dinyatakan kepada Rasul Paulus melalui wahyu (3:1-13). Ia berdoa karena ia mengetahui apa yang telah Allah lakukan dan yang telah Allah wahyukan kepadanya. Fakta ini mengajarkan bahwa landasan penting dalam berdoa adalah pemahaman tentang kehen-dak Allah. Pengetahuan tentang kehendak Allah—yang diperoleh melalui pembacaan Alkitab—mendorong kita berdoa sampai kehen-dak Allah itu tergenapi.
Setelah menyampaikan pengantar doanya (3:14-15), Rasul Pau-lus menyebutkan isi doa syafaatnya bagi Jemaat di Efesus: Pertama, ia memohon kekuatan melalui Roh Kudus yang tinggal di hati jemaat (3:16-17a). Hal dikuatkan dan diteguhkan oleh Roh Kudus serta hal didiami oleh Kristus (3:16-17a) bukan merujuk kepada dua peristiwa berbeda, tetapi satu pengalaman yang sama, karena melalui Roh Kudus-lah Kristus berdiam di hati orang percaya. Berdiamnya Kristus di hati orang percaya membuat Jemaat Efesus berakar dalam kasih Kristus. Kedua, berdasarkan permohonan pertama, Rasul Paulus me-mohon pemahaman akan kasih Kristus dengan keempat dimensinya (3:17b-19a). Jelas bahwa pengetahuan akan kasih Kristus hanya dapat diperoleh oleh Jemaat Efesus dari Allah sendiri karena pengetahuan akan kasih Kristus tidak berasal dari pengetahuan dan pengalaman manusia. Ketiga, ia memohon supaya Jemaat Efesus ‚dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah‛ (3:19b), agar bisa menjadi serupa dengan Kristus yang merupakan kepenuhan Allah itu sendiri.
Setiap gereja atau jemaat Tuhan (3:21) yang rindu memancar-kan kemuliaan Allah harus berdoa dan mengajar umat Allah untuk meniru isi doa Rasul Paulus. Isi doa Rasul Paulus merupakan kehen-dak Tuhan yang juga harus kita doakan agar tergenapi dalam hidup kita secara pribadi, dalam keluarga kita, dan dalam kehidupan gereja kita. Kita menujukan permohonan kita kepada Allah Bapa kita (3:14) karena hanya Dia yang sanggup menjawab doa kita (3:20), sehingga nama-Nya dimuliakan turun-temurun. [EG]

Rahasia Kristus dan Pelayanan Paulus

Efesus 3:1-13

Pada perikop ini, Rasul Paulus melaporkan hak istimewa yang Allah karuniakan kepadanya dalam hal melaksanakan maksud Allah bagi bangsa non-Yahudi. Dalam perikop ini, ada dua ungkapan yang sama, yaitu ‚kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku‛ (3:2) dan ‚kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku‛ (3:7). Kedua ungkapan ini merujuk kepada dua pemberian istimewa yang saling terkait yang diberikan Allah kepada Rasul Paulus.
Pertama, kasih karunia yang berkenaan dengan wahyu Allah (3:1-6). Rasul Paulus berkata, ‚kamu telah mendengar tentang . . . kasih karu-nia Allah yang dipercayakan kepadaku karena kamu, yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu‛ (3:2-3). Rahasia yang dimaksud adalah ‚rahasia Kristus‛ (3:4) yang berarti rahasia yang bersumber dari Kristus dan tentang Kristus. Isi rahasia Kristus tersebut adalah bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, menerima berkat yang sama (‚turut menjadi ahli-ahli waris‛), menjadi anggota dalam tubuh yang sama, dan menerima janji yang sama dengan orang-orang Yahudi (3:6). Ketiga hak istimewa ini bisa dinikmati oleh bangsa-bangsa non-Yahudi yang ada di dalam Kristus Yesus.
Kedua, kasih karunia yang berkenaan dengan pelayanan pemberi-taan Injil (3:7-13). Rasul Paulus berkata, ‚dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku‛ (3:7). Ia harus menyampaikan berita tentang rahasia Kristus kepada orang-orang non-Yahudi (3:8-9), sehingga—melalui jemaat—pelbagai ragam hikmat Allah diketahui oleh makhluk-makhluk dalam du-nia roh yang dalam perikop ini disebut sebagai pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga (3:10). ‚Pelbagai ragam hikmat Allah‛ itu sedang diperlihatkan dalam gereja yang terdiri dari semua bangsa. Bukan hanya bangsa Yahudi saja yang menjadi ‚tempat kediaman Allah‛ (2:22). Pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga menyaksikan bahwa kini semua bangsa—bukan hanya bangsa Yahudi saja—‚beroleh jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kepada-Nya‛ (3:12).
Karena gereja adalah pusat dari maksud rahasia Kristus dalam sejarah dan dalam Injil, maka gereja haruslah menjadi pusat kehidupan kita. Kita harus menjadi anggota gereja yang bertanggung jawab dan aktif melayani di gereja di mana kita terdaftar sebagai anggotanya. [EG]

Mengupayakan Kesatuan dan Damai

Efesus 2:11-22

Perikop hari ini berbicara tentang keterasingan (alienasi). Perikop sebelumnya membicarakan keterasingan manusia dengan Allah (2:1-10), sedangkan perikop yang kita baca hari ini (2:11-22) membicarakan keterasingan di antara sesama manusia karena perbedaan suku.
Bangsa Yahudi sering merasa diri lebih superior dan memandang rendah bangsa non-Yahudi karena mereka menerima sunat sebagai tan-da umat perjanjian-Nya (2:11). Hal ini menimbulkan perseteruan di anta-ra mereka (2:14). Akan tetapi, Kristus tidak tinggal diam. Ia mendamaikan kedua belah pihak yang berseteru dengan kematian-Nya (‚dengan mati-Nya sebagai manusia‛, 2:15), atau dengan salib-Nya (‚oleh salib‛ 2:16). Melalui kematian-Nya di kayu salib, Tuhan Yesus ‚membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya‛ (2:15). Pembatalan hukum Taurat inilah—yang dimaksud bukan pembatalan hukum moral, tetapi pembatalan hukum sipil, yaitu terutama hukum seremonial seperti hukum tentang makanan, dan secara khusus hukum tentang sunat—yang kemudian berhasil ‚menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru‛ (2:15) di dalam Kristus, dan ‚memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah‛ (2:16), dan ‚kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa‛ (2:18). Munculnya tiga kali kata ‚satu‛ membuktikan bahwa dampak salib Kristus dalam mempersatukan kedua pihak yang berseteru tidaklah sia-sia. Salib Kristus mengubah perseteruan menjadi damai sejahtera (2:14,15,17). Apa yang dicapai oleh salib Kristus adalah suatu masyarakat baru (2:19-22). Baik Yahudi mau-pun non-Yahudi sama-sama merupakan warga kerajaan Allah (‚kawan sewarga‛, 2:19), sama-sama merupakan ‚keluarga Allah‛ (2:19), dan sama-sama merupakan ‚tempat kediaman Allah, di dalam Roh‛ (2:22).
Bila kita berpaling dari gambaran gereja yang ideal di atas, lalu mengamati realitas gereja saat ini, masih tampak bahwa sering terjadi pengasingan, perseteruan, dan perpecahan. Orang Kristen sendiri mendi-rikan tembok pemisah berdasarkan suku, warna kulit, kelas ekonomi, pendidikan, jabatan, dan doktrin. Solusi yang ditawarkan Rasul Paulus adalah bahwa kita harus mengingat siapa kita dahulu (‚ingatlah‛, 2:1) yang tidak termasuk umat Allah karena kita bukan bangsa Yahudi yang disunat, dan siapa kita sekarang sebagai umat Allah karena Kristus. Maka janganlah kita membangun tembok pemisah dan perseteruan, tetapi mengupayakan kesatuan dan damai sejahtera. [EG]

Diselamatkan oleh kasih karunia

Efesus 2:1-10

Rasul Paulus melukiskan tiga fakta tentang keadaan manusia sebelum ditebus: Pertama, mati rohani (2:1), artinya terpisah dari Allah kare-na dosa. Manusia yang belum ditebus Kristus, meskipun sehat, kaya raya, dan dapat melakukan berbagai aktivitas yang menggembirakan, adalah mati secara rohani jika tidak mampu memberi tanggapan terhadap Allah dan firman-Nya. Kedua, hidup sebagai budak dosa (2:2-3). Manusia yang belum ditebus bukan manusia merdeka, tetapi manusia yang diperhamba oleh berbagai kuasa yang tak dapat dikalahkannya, yaitu kuasa dunia (‚jalan dunia‛ 2:2a), Iblis (‚penguasa kerajaan angkasa‛, 2:2b), dan daging (‚hawa nafsu daging‛, 2:3). Ketiga, hidup di bawah hukuman (‚orang-orang yang harus dimurkai‛, 2:3b). Murka Allah adalah respons Allah yang kudus atas pelanggaran dan dosa manusia. Di luar Kristus, manusia mati karena pelanggaran dan dosa; diperbudak oleh dunia, Iblis, dan daging; dan berada di bawah hukuman Allah.
Bagian kedua perikop ini (2:4-10) dimulai dengan frasa ‚tetapi Al-lah‛ (2:4) yang mengontraskan keadaan kita dahulu yang tanpa pengha-rapan dan keadaan kita sekarang yang penuh kelimpahan. Allah meng-ambil prakarsa untuk mengubah keadaan dan status kita. Namun, apa yang telah Allah perbuat dan mengapa Allah berbuat demikian? Jelas bahwa yang dilakukan Allah adalah menyelamatkan kita (2:5b,8a). Dia menjabarkan karya keselamatan dengan memakai tiga kata kerja, yaitu ‚menghidupkan kita‛ (2:5), ‚membangkitkan kita‛ (2:6a), dan ‚memberi-kan tempat . . . di sorga‛ (2:6b). Karya keselamatan dikerjakan Allah di dalam dan melalui Kristus. Karya keselamatan bukan usaha manusia, tetapi semata-mata karya Allah. Rasul Paulus menekankan karya Allah tersebut dengan memakai empat kata, yaitu karena rahmat-Nya (2:4), kasih-Nya (2:4), kasih karunia (2:5b), dan karena kebaikan-Nya (2:7).
Perubahan ajaib yang terjadi dalam hidup orang percaya semata-mata merupakan karya Allah di dalam dan melalui Kristus. Dahulu kita berkata ‚ya‛ terhadap dosa dan pelanggaran, tetapi sekarang, oleh ka-rena kasih karunia Allah, kita berani berkata ‚tidak‛ terhadap dosa dan berkata ‚ya‛ terhadap kebenaran dan kebaikan. Hari ini, GKY meraya-kan HUT yang ke-75. Hal ini mengingatkan kita bahwa selama 75 tahun, Tuhan memakai GKY untuk menolong jemaat berkata ‚ya‛ terhadap kebenaran dan berkata ‚tidak‛ terhadap dosa. Inilah ‚pekerjaan baik‛ yang Tuhan ingin agar dilakukan terus oleh GKY dengan setia. [EG]

Berdoa bagi Pengenalan akan Allah

Efesus 1:15-23

Jika perikop sebelumnya berisi puji-pujian kepada Allah Bapa (1:3-14), perikop yang kita baca hari ini berisi doa kepada Allah Bapa (1:15-23). Dalam doanya, Rasul Paulus lebih dahulu mengucap syukur kepada Allah Bapa atas iman dan kasih dari Jemaat Efesus (1:15-16b). Keberadaan seseorang ‚di dalam Kristus‛ tampak dari iman percayanya kepada Tuhan Yesus, yang kemudian menggerakkannya untuk mengasihi semua orang yang ada di dalam Kristus, apa pun sukunya.
Setelah ucapan syukur yang pendek, Rasul Paulus menaikkan doa syafaat bagi jemaat Efesus. Doa syafaat yang pertama adalah permo-honan agar Allah memberi ‚Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia (Allah Bapa) dengan benar‛ (1:17). Dalam Alkitab, pengetahuan atau pengenalan akan Allah tidak bersifat mandek (berhenti), tetapi terus bertumbuh dalam kehidupan umat yang taat. Doa syafaat yang kedua adalah permohonan agar Jemaat Efesus mengerti perkara-perkara rohani (‚agar kamu mengerti‛, 1:18), sehingga mereka mengerti tiga hal: Pertama, mengerti pengharapan yang terkandung dalam panggilan-Nya (1:18b), yaitu pengharapan akan keselamatan kekal (1 Tesalonika 5:8), kebenaran (Galatia 5:5), kebangkitan tubuh yang tidak akan binasa (1Korintus 15:52-55), kehidupan kekal (Titus 1:2; 3:7), dan pengharapan akan kemuliaan Allah (Roma 5:2). Kedua, supaya Jemaat di Efesus dapat mengerti ‚betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus‛ (1:18c). Ketiga, supaya mengerti akan kehebatan kuasa-Nya yang bekerja bagi orang percaya (1:19). Kedahsyatan kuasa Allah tampak pada empat peristiwa yang berurutan, yaitu saat Allah membangkitkan Kristus dari antara orang mati (1:20a), saat Allah mendudukkan Kristus di sebelah kanan-Nya di sorga (1:20b), saat Allah telah meletakkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus (1:22), dan saat Allah menjadikan Kristus sebagai Kepala dari segala yang ada (1:23). Kuasa Allah yang hebat ini tersedia bagi kita.
Apakah Anda mengerti hal terpenting yang harus Anda doakan? Doa syafaat Rasul Paulus adalah contoh bagi para pemimpin jemaat, bahwa hal terpenting yang harus ada dalam permohonan bagi jemaat yang kita bina adalah pengenalan akan Allah dan pengertian akan perkara rohani. Bagi anggota jemaat, hal terpenting yang harus ada dalam doa bagi diri sendiri dan keluarga juga sama, yaitu permohonan untuk mengenal Allah dengan benar dan mengerti perkara rohani. [EG]

Berkat Rohani di dalam Kristus

Efesus 1:1-14

Rasul Paulus mengawali suratnya dengan memperkenalkan dirinya sebagai penulis Surat Efesus dan menambahkan identitas dirinya sebagai ‚rasul Kristus Yesus.‛ Penyebutan diri sebagai seorang rasul Kris-tus bukan hanya untuk menunjukkan bahwa Paulus adalah milik Kristus, tetapi hendak menegaskan otoritas penuh yang ia miliki sebagai utusan Kristus dalam memberitakan Injil kepada orang-orang non-Yahudi, baik secara lisan maupun tulisan.
Selanjutnya, Rasul Paulus memuji Allah karena—di dalam Kristus—Allah Bapa telah mengaruniakan segala berkat rohani kepada orang-orang percaya (1:3-14). Sumber berkat tersebut adalah Allah Bapa (1:3) dan dikaruniakan secara khusus ‚kepada kita‛, anak-anak-Nya (1:3). Ber-kat rohani itu ada ‚di dalam Kristus‛ (1:3). Frasa ‚di dalam Kristus‛ atau ‚di dalam Dia‛ yang muncul berulang kali (1:3,4,6,7,10,11,13) menunjukkan peran utama Kristus Yesus yang memungkinkan berkat rohani ini bisa kita nikmati. Di dalam Kristus, Allah telah memilih kita menjadi anak-anak-Nya (1:5). Di dalam Kristus, saat ini, kita ‚beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa‛ (1:7). Di dalam Kristus, Allah menyatakan kepada kita rahasia kehendak-Nya tentang masa yang akan datang (1:9), yaitu rencana untuk mempersatukan—di dalam Kristus—segala sesuatu yang ada di bumi dan di sorga, dan Kristus telah ditetapkan untuk menjadi Kepala atas segala sesuatu (1:10). Di dalam Kristus, orang-orang Yahudi (‚kami‛) mendapat bagian dari janji Allah (1:11-12). Di dalam Kristus, orang-orang non-Yahudi (‚kamu‛) yang percaya Kristus, juga adalah milik Allah dan beroleh Roh Kudus (1:13-14).
Kita sering lupa bahwa kita telah, sedang, dan akan terus diberkati oleh Allah Bapa. Kita sering tidak menyadari berkat Allah atas diri kita. Hal ini terjadi bila kita menyamakan berkat Allah dengan berkat materi yang ditekankan dalam Perjanjian Lama. Di sini, Rasul Paulus mengingat-kan kita bahwa ada satu berkat yang tidak akan pernah dicuri dan tidak akan pernah rusak, yaitu berkat rohani yang dikaruniakan Allah Bapa kepada orang-orang yang ada di dalam Kristus. Untuk melawan lupa, kita harus terus mengingatkan diri kita akan berkat-berkat rohani yang dikaruniakan kepada kita di dalam Kristus. Ingatan ini akan mendorong hati kita untuk memuji Allah Tritunggal yang memungkinkan berkat ini kita nikmati, kini di bumi ini dan nanti di langit baru dan bumi baru bersama semua orang percaya dari berbagai suku bangsa. [EG]

Baptisan Roh Kudus

1 Korintus 12:12-31

Baptisan Roh Kudus adalah tindakan Roh Kudus memasukkan orang percaya ke dalam tubuh Kristus, sehingga semua orang percaya merupakan satu tubuh (12:12-13). Baptisan Roh Kudus yang terjadi bersamaan dengan pengampunan dosa itu hanya terjadi sekali—yaitu saat seseorang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi—dan bersifat mempersatukan semua orang percaya. Bedakan peristiwa baptisan Roh Kudus ini dengan peristiwa kepenuhan Roh Kudus yang merupakan proses selanjutnya dalam kehidupan orang percaya. Pandangan bahwa orang Kristen memerlukan baptisan Roh yang kedua agar bisa menerima karunia-karunia khusus seperti karunia bahasa lidah dan karunia penyembuhan—yang membuat seseorang siap dipakai Tuhan—jelas merupakan pandangan yang salah.
Ada tiga kisah dalam Kisah Para Rasul yang nampak seperti memisahkan antara peristiwa pertobatan dan peristiwa penerimaan Roh Kudus dalam diri orang percaya, yaitu: Pertama, orang-orang Samaria yang sudah percaya terhadap pemberitaan Filipus, namun belum menerima Roh Kudus (8:5-17). Kedua, Saulus yang telah berjumpa dengan Tuhan Yesus saat menuju ke Damsyik, namun baru penuh Roh Kudus setelah berjumpa dengan Ananias (9:10-18). Ketiga, orang-orang Efesus yang disebut murid, namun belum menerima Roh Kudus (19:1-7). Perlu disadari bahwa ketiga peristiwa itu bersifat khusus. Kisah pertama bersifat khusus karena Rasul Petrus harus datang ke Samaria untuk menegaskan bahwa keselamatan bukan hanya untuk orang Yahudi saja, melainkan juga untuk orang Samaria (Perhatikan bahwa sampai saat itu, orang Yahudi bermusuhan dengan orang Samaria). Kisah kedua bersifat khusus karena Allah hendak menegaskan bahwa Ia telah memilih Rasul Paulus untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain. Kisah ketiga bersifat khusus karena para ‚murid‛ di Efesus itu masih memerlukan penjelasan tentang Tuhan Yesus.
Baptisan Roh Kudus merupakan konfirmasi dari Tuhan bahwa seseorang diterima sebagai anggota tubuh Kristus. Baptisan Roh Kudus dialami satu kali saat seseorang bertobat dan datang kepada Allah. Baptisan Roh Kudus bukanlah persiapan untuk mendapatkan talenta guna melayani Tuhan. Baptisan Roh Kudus terlihat nyata dalam gaya hidup yang mengutamakan Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Apakah Anda telah mengalami perubahan hidup? [FL]

Kepenuhan Roh Kudus

Efesus 5:18-21

Rasul Paulus mengingatkan jemaat Efesus, ‚Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh.‛ (5:18). Penuh dengan Roh Kudus adalah perintah yang ditulis untuk semua orang Kristen. Rasul Paulus membandingkan antara mabuk oleh anggur dan hidup penuh dengan Roh Kudus. Orang yang mabuk oleh anggur tidak akan mampu mengontrol perilakunya sendiri. Hawa nafsulah yang mengontrol perilakunya. Sedangkan orang yang penuh dengan Roh adalah orang yang perilakunya dikontrol oleh Allah Roh Kudus. Sama seperti seseorang yang dipenuhi oleh alkohol dikontrol dan didominasi oleh alkohol, demikian pula hidup yang dipenuhi Roh Kudus adalah hidup yang dikontrol dan didominasi oleh kehadiran dan kuasa Allah Roh Kudus. Di ayat 19-21, orang percaya yang mengalami kepenuhan Roh digambarkan sebagai orang yang berkata-kata kepada sesama dengan mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani; bernyanyi dan bersorak kepada Allah; mengucap syukur senantiasa kepada Allah; serta saling merendahkan diri di antara yang seorang kepada yang lain. Orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus terlihat dari sikap hidupnya yang menjadi berkat bagi sesama.
Dalam Perjanjian Baru, orang-orang yang dipenuhi Roh Kudus bisa dibagi menjadi tiga kelompok: Pertama, orang-orang yang penuh penye-rahan. Tujuh orang yang dipilih untuk melayani para janda di Yerusalem, Barnabas, dan para murid di Antiokhia yang baru bertobat adalah orang-orang yang penuh dengan Roh Kudus‛ (Kisah Para Rasul 6:3,5; 11:24; 13:52). Kedua, orang-orang yang dilengkapi untuk melakukan suatu pela-yanan khusus. Yohanes Pembaptis adalah seorang yang ‚penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya‛ (Lukas 1:15-17). Rasul Paulus penuh dengan Roh Kudus sejak awal pelayanannya (Kisah Para Rasul 9:17). Ketiga, orang-orang yang diperlengkapi untuk melaksanakan tugas khusus yang mendesak, bukan seumur hidup, seperti Zakharia (Lukas 1:67) dan Stefanus yang mati sebagai martir (Kisah Para Rasul 7:55).
Allah Roh Kudus tetap tinggal dalam hidup orang percaya selama-lamanya, namun Allah Roh Kudus bisa tidak bekerja aktif dalam diri orang percaya yang hidupnya tidak berserah penuh kepada Allah. Apa atau siapa yang menguasai diri Anda? Apakah ciri kepenuhan Roh Kudus tampak nyata dalam hidup Anda saat ini? [FL]