Hidup Sebagai Manusia Baru

Kolose 3:5-17

Mendapat sesuatu yang baru—baju baru, handphone baru, mobil baru, rumah baru, dan sebagainya—pasti menyenangkan dan membangkitkan antusias, apalagi bila yang kita peroleh merupakan hadiah. Menjadi ciptaan baru adalah anugerah Allah, tetapi menjadi manusia baru memerlukan perjuangan, kerja keras, waktu yang lama, dan proses yang tidak selalu enak. Sebagai ciptaan baru, kita diperintah-kan untuk menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui (3:9-10). Menanggalkan manusia lama berarti mematikan segala sesuatu yang duniawi dalam diri kita, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan keserakahan (3:5), serta membuang sikap marah, geram, kejahatan, fitnah, perkataan kotor, dan dusta. Setiap orang yang sudah menjadi ciptaan baru harus selalu berjuang untuk mematikan segala sesuatu yang duniawi dan membuang sikap-sikap jahat yang tidak diperkenan Allah. Sebaliknya, mengenakan manusia baru berarti mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendah-hatian, kelemahlembutan, pengampunan, serta kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.‛
Kecenderungan untuk kembali dalam kehidupan yang lama bukan sesuatu yang mustahil, bahkan sangat mungkin terjadi dalam kehidupan seorang Kristen. Oleh karena itu, Rasul Paulus menasihati agar kita me-matikan dan membuang manusia lama serta mengenakan manusia baru. Menjadi ciptaan baru merupakan anugerah Tuhan, tetapi mengenakan manusia baru—atau mematikan dan membuang kehidupan lama yang berdosa—menuntut perjuangan yang terus-menerus tanpa henti dengan cara mempelajari firman Tuhan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari melalui perkataan dan perbuatan, sambil selalu bersyukur kepada Allah.
Sebagai orang-orang pilihan Allah yang telah dikuduskan dan dikasihi oleh Allah, perubahan dari manusia lama menjadi manusia baru adalah sangat mungkin terwujud. Kematian Kristus memang telah mem-buat kita memperoleh pengampunan dosa. Akan tetapi, godaan untuk melakukan dosa masih ada, sehingga kita harus selalu berusaha mematikan keinginan melakukan dosa dan membuang (menanggalkan)dosa yang telah kita sadari. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda telah menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru di dalam Kristus? [PH]

Mencari dan memikirkan hal-hal Surga

Kolose 2:16-3:4

Status orang Kristen yang telah menerima Kristus adalah sebagai orang yang telah mati bagi dosa dan ikut dibangkitkan (mendapat hidup baru) bersama Kristus pada waktu mereka percaya. Orang Kristen yang telah menerima Kristus sepatutnya menjalani hidup baru sesuai dengan nilai kebenaran yang Kristus ajarkan. Masalahnya, nilai kebenar-an yang Kristus ajarkan itu banyak yang bertentangan dengan nilai dunia ini. Bila tidak waspada kita akan mudah berkompromi dan mengikuti nilai dunia ini, walaupun kita telah menerima Kristus.
Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus melihat bahwa banyak orang Kristen di Kolose yang hidup berdasarkan nilai dunia yang berten-tangan dengan nilai kebenaran Kristen. Rasul Paulus mengingatkan, ‚Mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia: jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini; semuanya itu ... hanya menurut perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia.‛ (2:20b-22).
Dalam jemaat Kolose terdapat banyak pengajar atau guru palsu yang mengajar orang percaya untuk mematuhi perintah dan peraturan Taurat, tetapi tidak menurut ajaran Kristus (2:16-19). Rasul Paulus menge-cam dan menentang ajaran palsu itu. Dia mengajar jemaat Kolose agar tidak meremehkan karya Kristus yang agung dan tidak mau disesatkan oleh peraturan agamawi buatan manusia. Paulus menegaskan bahwa hukum Taurat hanyalah bayangan Kristus. Di dalam Kristus, tuntutan hukum Taurat telah dipenuhi. Ingatlah bahwa nilai ajaran Kristus lebih tinggi, lebih agung, dan lebih berotoritas daripada hukum Taurat.
Rasul Paulus mengajarkan bahwa yang terpenting bagi orang percaya adalah mencari dan memikirkan hal-hal surgawi, bukan hal-hal duniawi. Setiap orang percaya harus berusaha sungguh-sungguh agar perkataan, perbuatan, pikiran, perasaan, dan kemauan terarah ke sorga, tempat Kristus ada, sehingga kita dapat menyadari sepenuhnya kehadir-an dan kuasa Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Orang Kristen yang tidak menomorsatukan Kristus adalah orang Kristen yang mundur secara rohani. Bagaimana kehidupan sehari-hari Anda? Apakah Anda selalu berjuang untuk mencari dan memikirkan perkara sorgawi tempat Kristus hadir dan berkuasa atas kehidupan Anda, atau Anda masih terlena untuk memikirkan hal-hal duniawi yang bertentangan dengan ajaran Kristus? [PH]

Kehidupan Setelah Menerima Kristus

Kolose 2:6-15

Banyak orang berpikir bahwa orang Kristen adalah orang yang beribadah di gereja, menyanyi lagu Kristen, dan mengikuti kegiatan Kristen. Walaupun beribadah, memuji Tuhan, dan aktif mengikuti kegiat-an merupakan hal yang baik, hal paling utama dalam kekristenan adalah menjalin hubungan pribadi dengan Yesus Kristus.
Menerima Yesus Kristus merupakan titik awal kehidupan Kristen. Setiap orang yang sudah menerima Yesus Kristus harus melanjutkan dengan menjalin hubungan pribadi dengan Yesus Kristus. Rasul Paulus menyebut jalinan hubungan pribadi itu sebagai ‚tetap di dalam Kristus‛ (2:6). Seorang yang tetap di dalam Kristus tidak akan berpaling kepada apa pun yang membuat dirinya mengabaikan Kristus. Supaya kita bisa tetap di dalam Kristus, kita harus berakar di dalam Kristus, dibangun di atas Kristus, bertambah teguh dalam iman, dan memiliki hati yang melimpah dengan syukur (2:7).
Mengapa Rasul Paulus memberikan nasihat seperti itu? Nasihat tersebut diberikan karena jemaat Kolose sedang menghadapi bahaya ajaran sesat yang tidak sesuai dengan ajaran Kristus. Beliau menasihati jemaat Kolose agar berhati-hati terhadap orang atau kelompok yang mengajarkan bahwa Kristus saja tidaklah cukup untuk keselamatan kita, dan karena itu harus ditambah dengan sesuatu yang lain. Bersikap hati-hati artinya bersikap waspada, menjaga diri, memperhatikan, mencer-mati, dan selalu mengantisipasi kemungkinan munculnya godaan dari pengajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Allah yang sudah kita terima, yang berusaha menarik kita.
Nasihat Rasul Paulus kepada jemaat Kolose berlaku juga bagi kita yang sudah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pri-badi. Saat ini, kita menghadapi berbagai macam ajaran sesat yang terutama tersebar melalui media sosial. Selain itu, mungkin saja kita menghadapi berbagai masalah yang datang silih berganti serta tawaran manis dunia yang terus menggoda. Bila Anda tinggal tetap di dalam Kristus, berakar di dalam Kristus, dan dibangun di atas Kristus, seharusnya tidak ada satu alasan pun yang bisa membuat Anda berpaling dari Kristus, dan tidak ada situasi dan kondisi yang bisa menghilangkan rasa syukur dari hati Anda. Apakah Anda memiliki iman yang teguh dan rasa syukur yang tidak tergoyahkan dalam segala situasi? [PH]

Mengejar Harta Tak Ternilai

Kolose 1:24-2:5

Disadari atau tidak, banyak orang yang berjuang untuk mengejar harta. Mereka berlomba mengumpulkan harta sebanyak mungkin dengan menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang mereka idam-idamkan. Orang-orang semacam ini selalu menginginkan lebih banyak dan tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah mereka peroleh. Kepuasan tidak pernah bisa didapatkan melalui pemilikan harta yang berlimpah. Tahukah Anda bahwa dalam hati manusia terdapat suatu ruang kosong yang besar yang tak dapat diisi penuh oleh apa pun—bahkan oleh seisi dunia—karena ruang kosong itu adalah milik Kristus? Artinya, selama manusia tidak mengizinkan Kristus hadir dan memerintah atas hidupnya, hanya kebahagiaan semu dan kekosongan belaka yang ia rasakan. Selama ruang itu masih kosong, manusia akan selalu berusaha mengisinya dengan berbagai hal seperti prestasi, jabatan, kekayaan, kenikmatan, ketenaran, pelayanan, hiburan, dan lain sebagainya. Namun, semua hal itu merupakan usaha yang sia-sia, bagaikan mengisi air ke dalam ember bocor yang akan selalu tetap kosong. Hati manusia hanya akan puas bila diisi oleh Sang Pemiliknya karena ruang kosong yang besar itu didesain khusus hanya untuk diisi oleh Kristus, bukan oleh yang lain.
Kristuslah harta yang tiada bandingnya, Kristuslah harta yang tak ternilai. Rasul Paulus berkata, ‚Dialah yang kami beritakan, ....‛ (1:28), dan ‚sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan‛ (2:3). Rasul Paulus berjuang habis-habisan agar jemaat Kolose semakin mengenal Kristus sebagaimana ia mengenal Kristus. Rasul Paulus bersukacita walaupun menderita asalkan jemaat Kolose mendapatkan harta tersebut dan menikmatinya.
Bagaimana sikap kita terhadap Yesus Kristus? Sudahkah kita berjuang dari hari ke hari untuk mengenal Kristus, sumber hikmat dan pengetahuan, dalam menjalani kehidupan kita? Sudah adakah usaha yang sungguh-sungguh—bukan sekadarnya atau apa adanya—untuk mengejar harta yang tak ternilai, yaitu Kristus? Perhatikanlah kehidupan Anda: Apakah dalam pelayanan, dalam usaha atau pekerjaan, dan dalam kehidupan sehari-hari, Anda semakin mengenal Kristus?. Apakah Anda memprioritaskan hal-hal yang membuat Anda semakin mengenal Kristus lebih daripada yang lain? Kejarlah harta yang tak ternilai! [PH]

Mengenal Kristus dengan Benar

Kolose 1:15-23

Mengenal kasih karunia Allah, mengenal kehendak Allah dan mengenal Allah adalah kunci pertumbuhan, dan itulah kerinduan Rasul Paulus bagi jemaat Kolose. Akan tetapi, Rasul Paulus juga ingin agar jemaat Kolose dapat mengenal Kristus. Pengenalan akan Kristus termasuk kunci pertumbuhan yang tidak bisa ditawar. Mengapa? Sesung-guhnya, pengenalan yang keliru terhadap Tuhan Yesus akan membawa dampak buruk bagi kerohanian orang Kristen.
Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus ingin agar jemaat Kolose mengenal siapa sebenarnya Yesus Kristus. Dia menjelaskan bahwa: Pertama, Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan (1:15). Allah tidak berwujud, tidak berbentuk, dan merupakan Roh, sehingga banyak orang tidak mengenali Allah yang benar yang patut disembah. Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah, tetapi Yesus Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan dan seluruh kepenuhan Allah ada di dalam Kristus. Dengan Yesus Kristus sebagai gambar Allah, maka Allah yang tidak kelihatan itu dapat dilihat dan dikenal oleh manusia (Bandingkan dengan Yohanes 1:18). Kedua, Yesus Kristus adalah yang sulung, lebih utama dari segala ciptaan (Kolose 1:18). Rasul Paulus menekankan bahwa Yesus Kristus adalah Pencipta segala sesuatu dan segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia (1:16). Ketiga, Yesus Kristus telah ada sebelum segala sesuatu ada (1:17). Dengan kata lain, Ia telah ada dalam kekekalan. Tidak ada sesuatu pun yang ada dalam kekekalan selain Allah dan Yesus Kristus. Keempat, Yesus Kristus adalah Kepala gereja (1:18). Kelima, Yesus Kristus adalah Juru damai (1:20). Yang paling penting dan paling ditekankan oleh Rasul Paulus adalah perdamai-an antara Allah dengan manusia. Akibat perdamaian itu, manusia yang dahulu hidupnya jauh dari Allah, sekarang sudah didekatkan. Perdamaian itu bisa terwujud karena Karya Kristus di kayu salib.
Pengenalan yang keliru terhadap Yesus Kristus pasti berdampak buruk bagi kerohanian seorang Kristen. Pengenalan tentang siapakah Yesus Kristus yang sesungguhnya membuat orang Kristen bertambah teguh dalam iman dan bertumbuh secara rohani dengan baik. Oleh karena itu, Rasul Paulus menasihati agar jemaat Kolose bertekun dalam iman, tetap setia dan teguh berpegang pada pengharapan di dalam Kristus. Bagaimana pengenalan Anda akan Kristus: Sudahkah Anda mengenal Kristus? Apakah Anda terus bertumbuh di dalam Kristus? [PH]

Hidup Layak dan Berkenan kepada Tuhan

Kolose 1:1-14

Setelah mendengar dan menerima berita Injil yang diberitakan oleh Epafras, jemaat Kolose tidak putus-putusnya bertumbuh, baik dari segi iman, kasih, maupun pengharapan. Jemaat Kolose bersyukur karena Allah sudah menyediakan kehidupan kekal di sorga saat mereka menerima Yesus Kristus. Rasul Paulus merasa senang dan tidak putus-putusnya mengucap syukur karena mengetahui bahwa jemaat Kolose berbuah dan berkembang dalam iman, pengharapan, dan kasih berdasarkan Injil (1:3-5).
Walaupun jemaat Kolose bertumbuh dengan baik, Rasul Paulus menghendaki agar jemaat Kolose tdak puas dengan kemajuan mereka. Ia menginginkan agar jemaat Kolose bukan hanya bertumbuh, tetapi mengetahui kehendak Allah dengan sempurna (1:9). Perjalanan hidup orang Kristen seharusnya tidak mengenal arti mundur atau berhenti, melainkan harus terus bertumbuh secara rohani. Seorang Kristen seharusnya semakin hari semakin mengenal Tuhan dan kehendak-Nya.
Jemaat Kolose seharusnya bukan hanya mendengar, melainkan benar-benar mengenal dan menghayati kasih karunia Allah. Mengenal dan menghayati kasih karunia Allah adalah titik tolak dan dasar bagi seorang Kristen untuk bertumbuh. Tanpa mengenal dan menghayati kasih karunia Allah, seorang Kristen akan sulit bertumbuh (bandingkan dengan 1:6).
Apa yang dimaksud dengan kasih karunia Allah itu? Kasih karunia Allah adalah kasih karunia yang melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam terang (1:12-13) atau kasih karunia yang memindahkan kita dari kebinasaan kekal ke kehidupan yang kekal. Setelah mengenal dan benar-benar menghayati kasih karunia Allah, pengertian itu akan membuat seorang Kristen mengetahui kehendak Tuhan. Mengetahui dan melakukan kehendak Tuhan akan mewujudkan kehidupan yang layak dan berkenan kepada Tuhan.
Seperti jemaat Kolose, kita pun diminta agar semakin mengenal dan mengalami kasih karunia Allah, serta semakin mengenal kehendak Tuhan, sehingga hidup kita menjadi layak dan berkenan kepada-Nya. Sudahkah Anda mengenal dan mengalami kasih karunia Allah serta sungguh-sungguh menghayatinya? Sudahkah Anda mengerti kehendak Tuhan dan melakukan-Nya dalam hidup Anda? Wujudkanlah hidup yang layak dan berkenan kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari! [PH]

Mencukupkan Diri

Filipi 4:10-23

Mencukupkan diri dalam segala keadaan bukanlah perkara mudah, apa lagi mengingat bahwa saat itu, Rasul Paulus sedang berada dalam penjara. Jelas bahwa diperlukan daya juang yang tinggi untuk bisa belajar mencukupkan diri dalam kondisi seperti itu. Banyak kebutuhan yang diperlukan selama seseorang berada dalam penjara. Namun, Rasul Paulus tidak bersungut-sungut terhadap keadaan seperti itu. Ia tetap bersukacita. Saat berada dalam keadaan berkelimpahan pun, Rasul Paulus menikmati kondisinya dengan hati yang penuh syukur dan tanpa melupakan Tuhan. Dalam keadaan kelimpahan maupun dalam keadaan kekurangan, Rasul Paulus tetap belajar mencukupkan diri. Saat berkelimpahan, ia tidak serakah, tetapi menikmati kelimpahan itu secukupnya sesuai dengan kebutuhannya. Fokus Rasul Paulus bukanlah pada keadaannya sendiri, tetapi pada Tuhan. Oleh karena itu, Rasul Paulus belajar mencukupkan diri dalam keadaan apa pun. Sikap hati yang seperti itu bersumber dari Tuhan. Hal itu tersimpul dalam pengakuan, ‚Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (4:13).
Mengingat uraian di atas, apakah Rasul Paulus lalu tidak memerlukan batuan dari jemaat lagi? Perlu! Rasul Paulus tidak menjadi sombong secara rohani dan menolak bantuan dari jemaat Filipi hanya karena ia merasa kuat saat berada dalam keadaan berkekurangan. Ia tetap menghargai pemberian jemaat itu (4:14). Rasul Paulus memerlukan pemberian tersebut, tetapi pemberian itu bukanlah prioritas. Bagi Rasul Paulus, yang paling penting adalah makna yang lebih dalam dari sekadar pemberian, yaitu bahwa pemberian itu bukan hanya memenuhi kebutuh-an Rasul Paulus, tetapi juga menghasilkan buah yang memperbesar keuntungan jemaat (4:17). Buah yang memperbesar keuntungan jemaat itu adalah bahwa melalui pemberian mereka kepada Rasul Paulus, jemaat Filipi belajar berbagi kepada orang lain dan belajar menopang pemberitaan Injil. Siapkah Anda mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri Anda serta mengarahkan fokus pada Tuhan? Bila Anda melakukan hal itu, keadaan apa pun tidak akan mempengaruhi sikap hati Anda di hadapan Tuhan. Ingatlah bahwa hal yang utama bukanlah pemberian, melainkan buah dan keuntungan secara rohani. Kiranya kekuatan Tuhan terus menopang Anda! [YZ]

Lakukanlah!

Filipi 4:2-9

Damai sejahtera adalah dambaan setiap orang. Orang yang memiliki damai sejahtera adalah orang yang hatinya tenang dan fokus hidupnya terarah kepada Tuhan. Namun, tidak dapat dihindari bahwa ada banyak faktor internal—seperti stres, depresi, dan kekhawatiran—maupun faktor eksternal—seperti konflik dan perpecahan—yang bisa membuat damai sejahtera hilang.
Bagaimana caranya agar damai sejahtera tetap ada di dalam diri orang percaya? Jawabannya adalah, ‚Lakukanlah!‛ Orang percaya harus meniru teladan yang telah diberikan oleh Rasul Paulus. Orang percaya harus melakukan apa yang telah dipelajari, diterima, didengar, dan dilihat pada diri Rasul Paulus. Keteladanan dan pengajaran Rasul Paulus pasti sesuai dengan kebenaran yang diajarkan Tuhan Yesus. Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus menguraikan hal-hal yang perlu dilakukan, yaitu sehati sepikir (4:2), bersukacita (4:4), menebar kebaikan hati (4:5), tidak kuatir (4:6), berdoa (4:6), mengucap syukur (4:6), serta memikirkan semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji (4:8). Rasul Paulus telah menjadi teladan dalam semua hal di atas. Salah satu contoh adalah masalah bersukacita. Rasul Paulus telah mengalami berbagai macam penderitaan—termasuk dipenjara—tetapi ia tetap bisa bersukacita dan bersyukur kepada Tuhan. Dampak dari mengerjakan hal-hal di atas adalah bahwa damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus. Pernyataan ini sesuai dengan apa yang dikatakan dalam 4:9, ‚... lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.‛
Sebagai orang percaya, kita harus terus mengerjakan keselamatan yang telah kita terima, termasuk melakukan hal-hal yang membentuk damai sejahtera dalam diri kita dan dalam diri orang lain. Sebagai contoh, jika kita melakukan ajaran tentang menebar kebaikan kepada orang lain—misalnya dengan cara memperlakukan orang lain secara sopan—maka tindakan itu akan membentuk damai sejahtera dalam diri kita dan dalam diri orang lain. Intinya, kita perlu menghadirkan Kristus, Sang Raja Damai, dan pengajaran-Nya dalam diri kita, sehingga damai sejahtera itu terus bertumbuh dalam hidup kita. [YZ]

Berdiri teguh di dalam Tuhan

Filipi 3:17-4:1

Hal yang amat menarik dalam bacaan Alkitab hari ini adalah pernyataan Rasul Paulus bahwa banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Ciri-ciri seteru salib Kristus adalah: Pertama, Tuhan mereka ialah perut mereka. Mereka tidak memedulikan kehendak Tuhan, melainkan mereka mementingkan kebutuhan jasmani. Bagi mereka, melayani kebutuhan perut sama penting dengan melayani Allah. Kedua, kemuliaan mereka adalah aib mereka. Yang mereka banggakan adalah hal-hal yang memalukan. Ketiga, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi. Fokus mereka bukanlah kepada hal-hal rohani, melainkan kepada hal-hal duniawi. Oleh karena itu, kesudahan mereka adalah kebinasaan (3:18-19).
Jemaat Filipi adalah jemaat yang dikasihi oleh Rasul Paulus (4:1). Rasul Paulus tidak menginginkan jemaat Filipi terjerumus dan akhirnya menjadi seteru salib Kristus. Ia mengingatkan bahwa status mereka adalah sebagai warga kerajaan sorga (3:20). Raja dalam kerajaan sorga adalah Kristus, bukan perut atau perkara duniawi (kehidupan yang berdosa). Sebagai warga kerajaan sorga, mereka harus tetap teguh di dalam Tuhan. Tak dapat dipungkiri bahwa pada saat itu, jemaat Filipi berada dalam keadaan bimbang. Mereka bimbang saat melihat bahwa seteru salib Kristus semakin berkembang luas dan sukses, sedangkan mereka—yang mengikut Kristus—mengalami penderitaan. Dalam kondisi seperti itu, Rasul Paulus menyerukan agar jemaat Filipi tetap berdiri teguh di dalam Tuhan, iman mereka jangan goyah, dan mereka harus menjadikan Kristus sebagai Raja bagi diri mereka.
Nasihat Rasul Paulus di atas bukan hanya sekadar omong kosong karena kehidupan Rasul Paulus merupakan teladan yang hidup bagi jemaat Filipi. Meskipun menderita, ia tetap setia kepada Tuhan. Jelaslah bahwa kenikmatan yang diperoleh seteru salib Kristus hanyalah kenikmatan yang bersifat sementara, sedangkan kenikmatan yang diperoleh para pengikut Kristus yang setia adalah kenikmatan yang bersifat kekal (3:21, bandingkan dengan 1 Korintus 15:58). Pengharapan inilah yang merupakan penghiburan bagi para pengikut Kristus yang setia. Apakah Anda tetap berdiri teguh di jalan salib Kristus? Walaupun menempuh jalan salib bisa berarti mengalami penderitaan, ingatlah bahwa ada berkat agung yang akan kita terima! [YZ]

Hormatilah Para Pelayan Sejati!

Filipi 2:19-30

Pelayan sejati adalah sebutan yang jarang kita dengar karena sebutan ‚pelayan sejati‛ tidak gampang disematkan kepada seseorang. Pelayan sejati adalah mereka yang sungguh-sungguh hidup melayani Tuhan dan bekerja keras dengan hati yang tulus menggarap ladang yang Tuhan percayakan. Tidaklah salah jika Rasul Paulus, Timotius, Epafroditus kita sebut sebagai pelayan sejati karena mereka memenuhi kriteria sebagai pelayan sejati: Perhatikan bahwa Timotius adalah seorang yang sehati sepikir dengan Rasul Paulus dan sungguh-sungguh memperhatikan kepentingan jemaat Filipi. Dia setia menolong Paulus dalam pelayanan Injil sehingga hubungan mereka ibarat hubungan bapa dengan anak (2:20-22). Epafroditus adalah seorang yang diutus oleh jemaat Filipi untuk melayani segala keperluan Rasul Paulus yang saat itu sedang berada dalam penjara. Ia bukan hanya asal-asalan melayani, tetapi ia berjuang bersama dengan Rasul Paulus dalam pelayanan Injil. Kita tidak tahu jelas mengapa Epafroditus sampai sakit, bahkan nyaris mati. Mungkin saja, ia sakit karena terlalu lelah dalam pelayanan (2:25-27). Rasul Paulus adalah seorang yang sangat gigih dalam pelayanan Injil, bahkan ia rela menderita, diperlakukan tidak adil, dan dimasukkan ke penjara demi Injil. Di tengah penderitaannya pun, ia masih memikirkan kepentingan pertumbuhan jemaat Filipi, sehingga ia mengutus Timotius dan Epafroditus untuk melayani jemaat Filipi (2:19, 25). Kita bisa melihat kemuliaan hati Rasul Paulus yang mau menuturkan secara terperinci kebaikan kedua rekannya—yaitu Timotius dan Eparoditus—sebagai bentuk penghargaan terhadap pelayanan mereka.
Dalam konteks masa kini, kita mudah menemui hamba Tuhan yang tidak pantas disebut sebagai pelayan sejati. Akan tetapi, harus diakui bahwa ada pula hamba Tuhan yang rela berkorban waktu, tenaga, dan perasaan dalam pelayanan, bukan karena uang, tetapi karena mengasihi Tuhan dan mengasihi jemaat Tuhan. Hamba Tuhan seperti ini adalah hamba Tuhan yang mencintai jemaat dengan penuh dedikasi, dengan hati yang murni, dengan kasih yang sungguh-sungguh, dan dengan kerelaan menderita. Para pelayan sejati—yaitu para pelayan yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan mengasihi jemaat—patut untuk dihormati (2:29). Apakah Anda menghormati dan mengasihi para pelayan sejati? [YZ]