Bertahanlah di dalam TUHAN

Mazmur 34

Pernahkah Anda berpura-pura? Saat sedang bercanda, mungkin kita pura-pura tidur atau pura-pura tidak mendengar, bahkan pura-pura gila untuk menghidupkan suasana. Tidak demikian dengan Daud. Ia sedang menghadapi situasi yang sangat berbahaya. Dalam 1 Samuel 21:12 yang merupakan konteks Mazmur 34, Daud sangat takut karena terancam nyawanya. Ia pasti sudah memikirkan berbagai cara untuk meloloskan diri dari situasi yang sangat berbahaya itu, hingga akhirnya ia memilih cara yang paling tidak lazim, yaitu berpura-pura gila atau tidak waras. Meskipun cara ini berhasil, pertanyaan yang menggelitik adalah apakah Daud tidak merasa gengsi? Apakah cara yang dipilih Daud itu tidak berarti bahwa ia meragukan perlindungan Tuhan?

Saat perasaannya bercampur aduk—merasa takut, kecewa, marah, sedih, sendiri, lemah—Daud tetap bertahan dalam keyakinannya bahwa Tuhan bukan hanya mendampingi dia, tetapi Ia juga akan melindungi dirinya, bahkan akan membebaskan dia dari jurang keputusasaannya. Mazmur 34 adalah refleksi Daud atas bukti kasih setia Tuhan setelah ia melalui pengalaman berpura-pura menjadi orang gila. Jangan pernah berhenti untuk mempertahankan kesetiaan kepada Tuhan barang sesaat pun (bandingkan dengan Ayub 2:9-10), tetapi kuatkan dan teguhkan hati Anda di dalam Tuhan seperti yang Daud lakukan (bandingkan dengan Yosua 1:9).

Dalam kesesakannya, Daud tetap mencari Tuhan (34:5). Ia berseru kepada Tuhan (34:7) dan tetap menjaga kehidupan yang saleh di hadapan Tuhan (34:14-15). Daud meyakini bahwa justru di saat paling gelap dan terpuruk, Tuhan paling dekat dengannya (34:19) serta bermaksud melindungi dan menyelamatkannya (34:20-21). Di saat paling kelam dalam kehidupan orang percaya, di saat orang percaya merasa bahwa Tuhan seperti meninggalkan dirinya, Tuhan justru paling dekat dan ingin menyatakan terang-Nya. Jangan pernah ragukan hal itu! Dengan mata iman yang melihat apa yang tidak kelihatan, yakinilah kebenaran ini! Daud dan jutaan orang saleh sudah membuktikannya, dan melalui mazmurnya yang mengangkat jiwa kita yang sedang lesu dan gelisah karena pandemi saat ini. Daud mengajak kita untuk membuktikan bahwa Tuhan tidak meninggalkan kita. Bersama dengan Daud, marilah kita menujukan pandangan kita kepada Tuhan! [MN]

Bersyukurlah karena Tuhan

Mazmur 33

Setiap orang pasti pernah merasa bersukacita. Ada berbagai macam sebab yang membuat seseorang bersukacita, misalnya karena merasa disayangi, diperhatikan, diberi sesuatu, harapan terpenuhi, mendapat promosi, dan sebagainya. Ungkapan rasa sukacita bisa bermacam-macam: Ada yang melompat kegirangan, ada yang men-sharing-kan kepada orang lain, ada yang menggelar pesta syukur, dan sebagainya. Dalam Mazmur 33, jelas bahwa hati pemazmur bersukacita. Ia mengajak pembacanya—orang-orang yang sudah mengenal Tuhan—untuk bersorak-sorai, memuji-muji, bersyukur bersama kepada Tuhan. Ia mengajak mereka mengekspresi-kan sukacita mereka dengan bernyanyi dan bermazmur bagi Tuhan dengan kecapi (33:1-3). Kapan terakhir kali Anda mengekspresikan sukacita kepada Tuhan? Selain bersaksi tentang kebaikan/berkat Tuhan kepada orang lain, jangan lupa mengekspresikan secara langsung kepada Tuhan. Tuhan akan mengangkat jiwa kita seiring dengan pujian yang kita naikkan kepada-Nya.

Berbeda dengan banyak orang yang bersukacita karena mendapat sesuatu, barang atau uang, pemazmur bersukacita karena Tuhan. Mulai ayat 4 yang ditandai dengan kata ‘sebab’, pemazmur menguraikan alasan mengapa ia begitu bersukacita karena Tuhan, yaitu karena Tuhan menciptakan bumi yang ia tinggali dengan kuasa dan kasih yang hangat. Dengan firman-Nya, Tuhan membuat bumi menjadi tempat yang dapat ditinggali manusia, maka patutlah kita takut—kagum, hormat, dan mengasihi--Tuhan (33:4-9). Kita mungkin tidak menyadari bahwa lingkungan tempat tinggal kita adalah karya Tuhan melalui tangan manusia. Selain itu, dalam hubungan dengan rencana-Nya terhadap umat manusia, Tuhan berdaulat penuh. Manusia mungkin saja mengatakan bahwa ia punya sumber daya yang cukup untuk memastikan rencananya berjalan (33:16-17) meskipun hal itu melawan dan menentang Tuhan. Akan tetapi, Tuhan memastikan bahwa rencana-Nya-lah yang akan terlaksana (33:10-11). Ingatlah kisah Yusuf! Saudara-saudaranya merancangkan hal jahat kepadanya, tetapi pada akhirnya Yusuf menyimpulkan bahwa Tuhan berdaulat mendatangkan kebaikan melalui rancangan jahat tersebut (Kejadian 50:20). Ingatlah bahwa rencana Tuhan itu selalu baik dan tidak pernah gagal (Roma 8:28). Bersyukurlah dan pujilah nama-Nya karena Tuhan itu baik! [MN]

Keharusan Mengaku Dosa

Mazmur 32

Apakah penyakit berkaitan dengan dosa? Tidak selalu! Dalam beberapa peristiwa penyembuhan yang dilakukan Tuhan Yesus, jelas dicatat bahwa ada kalanya masalah pada tubuh terkait erat dengan dosa. Kepada orang lumpuh dalam Markus 2:5, Tuhan Yesus berkata, “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” Akan tetapi, dalam Yohanes 9:2-3, Tuhan Yesus dengan jelas mengatakan bahwa orang yang buta sejak lahir bukan buta karena dosa.

Walaupun hidupnya berkenan di hati Tuhan (1 Samuel 13:14; Kisah Para Rasul 13:22), Daud merasa bahwa tangan Tuhan sangat menekan dia sehingga tubuhnya menjadi sangat lemah (Mazmur 32:4) karena dosa yang telah ia lakukan itu (perhatikan konteks ayat itu, yaitu 32:1-5). Sebaliknya, orang fasik kebas (tidak merasakan) bahwa ada sesuatu yang salah saat berbuat dosa (bandingkan dengan 73:3-12). Seandainya orang fasik menderita karena dosa pun (32:10), mungkin mereka tidak sadar bahwa penderitaan itu berkaitan dengan kefasikan mereka.

Seperti Daud, setiap orang percaya pasti mendapat perkenanan Tuhan. Roh Kudus—yang tinggal di hati setiap orang yang sudah menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya—akan membuat hati kita merasa gelisah saat hendak berbuat dosa. Bersyukurlah untuk rasa sakit—jiwa yang tertekan—yang mendesak kita untuk datang kepada Tuhan dan mendapat kasih karunia pengampunan-Nya (32:5). Alamilah kebahagiaan karena pengampunan itu (32:1-2). Bagaimana mungkin kita tidak merasa berbahagia saat merenungkan pengorbanan Kristus yang membebaskan kita dari kutuk salib yang mengerikan itu?

Jangan menahan diri atau mengeraskan hati berdasarkan pemi-kiran bahwa kita sanggup menebus kesalahan/dosa dengan berbuat baik atau tindakan memperbaiki diri seperti membayar ganti rugi, memberi pelayanan ekstra, menambah jumlah persembahan, dan sebagainya. Sebenarnya, kelegaan yang didasarkan pada usaha sendiri merupakan perasaan yang semu. Jadi, selama Tuhan masih mengundang kita untuk datang ke takhta kasih karunia-Nya, apa untungnya kita berkeras hati di hadapan-Na (32:9, bandingkan dengan Yesaya 55:6-7)? Ada kontras yang jelas antara akibat mengaku dosa (32:1,2,11) dengan akibat menyimpan dosa (32:3-4). Sebagai orang dengan pikiran yang dipimpin Roh Kudus, pilihlah dengan bijak! [MN]

Mengandalkan dan Mengenal Tuhan

Mazmur 31

Cukup banyak orang yang meyakini bahwa setiap masalah pasti ada solusinya. Walaupun solusi tidak selalu bisa ditemukan, semua orang pasti berusaha mencari solusi atas masalah yang mereka hadapi. Ada berbagai cara yang biasa dipakai untuk memperoleh solusi. Dalam Alkitab, ada kisah Yakub yang menyusun strategi saat hendak menemui Esau (Kejadian 33); kisah Yerobeam yang memanfaatkan situasi buruk—rakyat merasa tertekan di bawah pemerintahan Raja Rehabeam—untuk mencari simpati dan dukungan rakyat, sehingga ia dipilih menjadi raja Kerajaan Israel Utara (1 Raja-raja 12); serta kisah Raja Saul yang meminta petunjuk arwah saat merasa kebingungan (1 Samuel 28). Pada masa kini, banyak negara melakukan penelitian untuk menemukan vaksin sebagai solusi melawan pandemi. Dalam bacaan Alkitab hari ini, kita membaca bahwa Daud datang kepada Allah untuk meminta pertolongan-Nya. Sebagai seorang raja, Daud juga menyusun strategi, mengadakan penelitian, dan memanfaatkan situasi yang menguntungkan, tetapi ia tahu bahwa yang terpenting adalah datang kepada Allah dan memohon Allah bertindak membelanya. Akan muncul keyakinan yang menentramkan bila langkah pertama yang kita ambil untuk menemukan solusi adalah datang kepada Allah yang hendak mengajar kita melalui masalah yang Ia izinkan terjadi dalam hidup kita.

Perhatikanlah bahwa Daud mencari Tuhan karena dorongan Roh Kudus, dan karena ia mengenal Tuhan. Daud bukan hanya sekadar tahu tentang TUHAN, tetapi ia yakin (31:15) bahwa TUHAN tidak pernah bersikap acuh tak acuh. TUHAN itu mendengar (31:3, 23), bertindak: melindungi dan meluputkan (31:2-6), serta mengasihi orang-orang yang mengandalkan Dia (31:8-22). Daud memiliki pemahaman yang kokoh akan karakter Allah dan pemahaman itu sangat mempengaruhi setiap keputusan yang ia ambil dalam hidupnya. Seperti Daud, marilah kita datang kepada Tuhan dan mengandalkan Dia! Marilah kita bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan!

Mazmur yang kita baca ini tidak menjelaskan apakah Daud sudah mendapatkan solusi atas masalah yang sedang ia hadapi atau belum. Yang pasti, kondisi yang ia hadapi tidak membuat Daud kehilangan rasa percaya kepada Tuhan, sehingga ia mengajak pembaca mazmurnya untuk mengasihi dan terus berharap kepada TUHAN. [MN]

Iman Harus Dipertahankan!

Yesaya 39

Hizkia adalah raja yang beriman. Akan tetapi, hal itu tidak berarti bahwa ia selalu memiliki iman yang kuat. Ada kalanya imannya merosot, yaitu saat ia merasa ketakutan terhadap ancaman tentara Asyur, lalu ia mencari solusi alternatif, bukan mencari pertolongan TUHAN. Syukurlah bahwa saat ia menghadapi jalan buntu, dia selalu mencari Tuhan, dan akhirnya mengalami pertolongan Tuhan. Sayangnya, iman Raja Hizkia tidak stabil. Dia bisa merendahkan diri di hadapan Allah pada waktu terdesak, tetapi dia tidak selalu rendah hati. Sesudah Tuhan menyembuhkan dia dari penyakit yang bisa membawa pada kematian pun, dia masih bisa tergoda untuk menyombongkan dirinya dengan cara memamerkan kekayaannya (39:2). Dia tidak sadar bahwa kesombongan merupakan salah satu dosa yang paling dibenci Tuhan. Akibatnya, Tuhan mengumumkan rencana penghukuman yang hendak Dia jatuhkan kepada Kerajaan Yehuda (39:5-7). Saat mendengar pengumuman tersebut, jelas tampak keegoisan Raja Hizkia (39:8). Seharusnya dia memimpin seluruh rakyatnya untuk berkabung dan merendahkan diri di hadapan Tuhan guna memohon pengampunan!

Tokoh-tokoh iman dalam Alkitab dan dalam sejarah gereja pun mengalami pergumulan untuk mempertahankan iman. Tak ada seorang pun—kecuali Yesus Kristus—yang tidak pernah jatuh dalam dosa. Kejatuhan dua manusia pertama—yaitu Adam dan Hawa—ke dalam dosa membuat setiap orang dilahirkan dengan kecenderungan berbuat dosa. Kita memerlukan pertolongan Roh Kudus agar kita bisa bertahan terhadap godaan untuk melakukan dosa. Pada zaman ini, kita masih bisa mendengar berbagai berita tentang para pengkhotbah populer yang jatuh dalam dosa perselingkuhan. Kita perlu sadar bahwa iman kita akan terus-menerus menghadapi ujian iman sampai akhir hidup kita. Sungguh tragis bila kita melihat orang-orang yang memperjuangkan iman pada masa muda, tetapi kehilangan iman pada masa tua. Salah satu sarana yang akan menolong kita untuk bertahan dalam iman adalah dengan tetap berada dalam komunitas orang beriman yang akan mengingatkan dan mendoakan kita saat kita hampir kehilangan iman. Periksalah diri Anda: Apakah Anda masih tetap beriman teguh pada masa kini, saat kita tidak bisa berinteraksi secara tatap muka dengan saudara-saudara seiman? Mari kita memohon pertolongan Roh Kudus! [P]

Menghadapi Kematian

Yesaya 38

Apakah penyakit itu berasal dari Tuhan? Jawaban pertanyaan tersebut tidak sederhana. Dalam Kejadian 1, saat Allah menciptakan langit dan bumi dan segala isinya, semua ciptaan Allah itu diciptakan dalam keadaan baik. Saat itu, penyakit tidak ada. Akan tetapi, dosa yang dilakukan oleh Adam dan Hawa telah mencemari dunia dan membuat bumi terus mengalami kemerosotan sampai sekarang. Penderitaan—termasuk penyakit—mulai muncul! Akan tetapi, ada berbagai hal yang bisa menjadi penyebab munculnya penyakit. Penyakit bisa disebabkan oleh penyebab dari luar, seperti karena bakteri atau virus, tetapi bisa pula disebabkan karena cara hidup yang salah, atau sebagai hukuman Tuhan. Mengenai Raja Hizkia yang sakit sampai hampir mati (38:1), kita tidak mengerti jelas apa yang menyebabkan ia sakit. Saat Nabi Yesaya menyampaikan pesan firman Tuhan yang menyebutkan bahwa Raja Hizkia tidak akan sembuh dan akan mati, Raja Hizkia tidak marah kepada Tuhan, tetapi ia berdoa merendahkan diri serta memohon belas kasihan Tuhan.. Melalui mulut Nabi Yesaya pula, Tuhan memberi tahu bahwa usia Raja Hizkia diperpanjang 15 tahun.

Pengalaman Raja Hizkia merupakan pengalaman khusus. Pada umumnya, kita semua tidak mengerti berapa lama lagi kita akan hidup Yang bisa kita ketahui secara pasti adalah bahwa tidak ada seorang pun yang bisa menghindar dari datangnya kematian. Pada umumnya, dengan berolah raga secara teratur, memakan makanan yang bergizi, dan cukup istirahat akan membuat tubuh kita menjadi lebih sehat. Akan tetapi, kesehatan tidak selalu bisa menjamin bahwa seseorang pasti berumur panjang. Tidak ada seorang pun yang bisa menghindar dari datangnya kematian. Akhirnya, kita semua pasti mati, dan sesudah itu, kita akan menghadapi penghakiman Allah (Ibrani 9:27). Orang yang sudah bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus tak perlu kuatir menghadapi penghakiman itu karena kita memiliki janji, “Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum.” (Yohanes 3:18a). Saat Anda sakit, apakah Anda pernah meniru Raja Hizkia, yaitu berdoa merendahkan diri serta memohon belas kasihan Tuhan?. Apakah Anda berani menghadapi kematian dan penghukuman Allah? Bila Anda merasa takut menghadapi kematian dan penghukuman Allah, Anda harus segera datang kepada Tuhan Yesus untuk menerima jaminan pengampunan dosa! [P]

Pengampunan bagi Orang yang Bertobat

Yesaya 37

Setelah mendengar penghinaan yang dilakukan oleh utusan Sanherib (Yesaya 36), Raja Hizkia mengoyakkan pakaiannya dan mengenakan kain kabung untuk mengungkapkan rasa dukacitanya. Sebagai respons terhadap kondisi tersebut, Nabi Yesaya mengirim pesan kepada Raja Hizkia, "... Beginilah firman TUHAN: Janganlah engkau takut terhadap perkataan yang kaudengar yang telah diucapkan oleh budak-budak raja Asyur untuk menghujat Aku. Sesungguhnya, Aku akan menyuruh suatu roh masuk di dalamnya, sehingga ia mendengar suatu kabar dan pulang ke negerinya; Aku akan membuat dia mati rebah oleh pedang di negerinya sendiri." (37:6b-7).

Sikap Raja Hizkia saat menghadapi ancaman serangan tentara Asyur sama seperti sikap banyak orang Kristen: Sebelum kepepet, dia mencoba mencari bantuan bangsa Mesir. Setelah tahu bahwa tidak ada bantuan yang bisa diharapkan, barulah dia mencari pertolongan Tuhan. Syukurlah bahwa Tuhan itu Maha Pemurah. Walaupun Raja Hizkia pernah bertindak keliru dengan mencari bantuan Mesir, bahkan dia pernah memberikan perak dan emas yang ada di Bait Suci untuk menyogok Raja Asyur agar tidak menyerang Yehuda (2 Raja-raja 18:15-16), Tuhan tidak memperhitungkan kesalahan Raja Hizkia, melainkan Ia tetap bersedia memberi pertolongan kepada Raja Hizkia dan penduduk Yerusalem. Saat Sanherib, Raja Asyur, mengirim utusan untuk menghina Raja Hizkia (Yesaya 37:10-13), Raja Hizkia melaporkan surat penghinaan itu kepada Tuhan dan memohon pertolongan (37:14-20). Sebagai res-pons, Tuhan berjanji untuk melindungi kota Yerusalem dan menghukum bangsa Asyur (37:21-35), bahkan Malaikat Tuhan membunuh 185 ribu orang di perkemahan tentara Asyur (37:36), lalu selanjutnya Raja Sanherib dibunuh oleh anak-anaknya sendiri (37:38).

Walaupun Allah membenci dosa, Allah bersedia mengampuni orang berdosa yang mau bertobat dan datang kepada-Nya. Allah tidak memperhitungkan besarnya dosa yang pernah kita lakukan, tetapi Allah mempertimbangkan kesungguhan pertobatan kita. Bila Anda merasa bahwa diri Anda telah berdosa besar kepada Tuhan, tak perlu ragu-ragu untuk datang kepada Tuhan, mengakui segala dosa yang Anda lakukan, dan memohon pengampunan yang telah tersedia melalui pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib. [P]

Jangan Menantang TUHAN!

Yesaya 36

Pada zaman Raja Hizkia, Kerajaan Asyur merupakan negara adidaya (super power). Daerah yang berhasil mereka taklukkan sangat luas menurut ukuran zaman itu. Keberhasilan itu membuat mereka menjadi sombong. Mereka sangat yakin bahwa tidak ada negeri yang tidak bisa mereka taklukkan. Pada zaman itu, kemenangan suatu bangsa dalam peperangan dianggap sebagai kemenangan ilah yang mereka sembah. Mereka telah berhasil menaklukkan Samaria, yaitu ibu kota Kerajaan Israel Utara (36:19). Kemenangan itu membangkitkan keyakinan bahwa mereka pasti bisa menaklukkan Yerusalem, yaitu ibu kota Kerajaan Yehuda. Dengan sembrono, utusan Sanherib—raja Asyur—berkata, “Siapakah di antara semua allah negeri-negeri ini yang telah melepaskan negeri mereka dari tanganku, sehingga TUHAN sanggup melepaskan Yerusalem dari tanganku?" (36:20). Pernyataan ini merupakan suatu kesalahan besar! Bangsa Asyur tidak sadar bahwa Allah membiarkan mereka menaklukkan Samaria karena Allah hendak menghukum bangsa Israel di Kerajaan Israel Utara yang sudah meninggalkan Tuhan, Allah Israel. Penghinaan terhadap Yehuda berarti bahwa mereka menantang Tuhan Allah Israel, dan tindakan itu merupakan tindakan bodoh!

Sikap menantang TUHAN adalah sikap yang bisa kita temui di sepanjang masa, bahkan sampai masa kini, di berbagai belahan dunia. Di Indonesia, sikap menantang TUHAN amat jelas terlihat saat ada aksi anarkis, termasuk saat ada demo anarkis. Dari dahulu, sangat jelas terlihat dalam Perjanjian Lama, bahwa hukuman Tuhan umumnya tidak langsung dijatuhkan, tetapi melalui suatu proses. Tuhan selalu memberi kesempatan kepada manusia berdosa untuk bertobat. Perjanjian Baru juga mengatakan hal yang sama, “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (2 Petrus 3:9). Akan tetapi, perlu selalu diingat bahwa kesempatan yang diberikan Tuhan itu terbatas. Bila kesempatan tidak dimanfaatkan, hukuman terhadap para penentang TUHAN akan dijatuhkan. Apakah Anda pernah menjadi penentang Tuhan? Apakah Anda telah merendahkan diri di hadapan Tuhan, bertobat, dan memperoleh pengampunan yang tersedia di dalam Yesus Kristus? [P]

Pemulihan bagi Umat Allah

Yesaya 35

Berita penghukuman terhadap bangsa-bangsa yang memusuhi umat Allah (Yesaya 34) diikuti berita penghiburan atau pemulihan bagi umat Allah (pasal 35). Sejak masa kepemimpinan para hakim Israel, sudah terlihat pola berulang, “umat Israel berdosa—Allah menghukum melalui bangsa kafir yang datang menindas—pertobatan umat Allah—pembebasan dari penindasan”. Pada masa awal pemerintahan Raja Hizkia, dosa membuat Allah membiarkan umat-Nya ditindas oleh bangsa Asyur. Setelah Raja Hizkia sungguh-sungguh berserah kepada Allah, Allah membebaskan umat-Nya dari penindasan bangsa Asyur, sehingga bangsa Yehuda mengalami kemakmuran pada masa akhir pemerintahan Raja Hizkia. Kemudian, Kerajaan Yehuda diruntuhkan oleh tentara Babel. Pemulihan terjadi saat rakyat Kerajaan Yehuda yang dibuang ke Babel. kembali ke Yerusalem, yaitu setelah Babel ditaklukkan Kerajaan Media-Persia. Akan tetapi, uraian tentang pemulihan dalam 35:5-6, yaitu “orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. ... Orang lumpuh akan melompat ... Orang bisu akan bersorak-sorai, ...” menunjuk ke masa depan, yaitu saat kedatangan Tuhan Yesus yang pertama (bandingkan dengan Matius 11:5), dan berlanjut menuju saat penggenapan total di akhir zaman, yaitu saat Tuhan Yesus datang untuk kedua kali. Saat kedatangan Tuhan Yesus pertama kali, tanda-tanda pemulihan tampak melalui berbagai mujizat yang dikerjakan Tuhan Yesus. Setelah Tuhan Yesus naik ke surga, Dia mengirimkan Roh Kudus untuk mengerjakan pembaruan dalam hidup orang percaya, yang mem-buat orang percaya bisa memancarkan buah-buah Roh—bagaikan mata air di padang gurun—dan bisa hidup dalam kekudusan (Yesaya 35:6-9). Pemulihan memuncak saat Tuhan Yesus datang kedua kali. Sukacita saat bangsa Yehuda kembali dari pembuangan di Babel hanyalah gambaran dari sukacita kekal saat Kristus datang kedua kali (35:10).

Kedatangan Kristus—baik yang pertama kali maupun yang kedua kali—bukan hanya ditujukan bagi orang Yahudi, melainkan bagi semua orang yang percaya kepada Kristus. Semua orang telah berdosa sehingga semua orang memerlukan penebusan dosa yang tersedia melalui pengorbanan Kristus di kayu salib. Apakah Anda sadar bahwa Anda juga memerlukan penebusan dosa? Apakah Anda juga menantikan pemulihan total yang terjadi saat Kristus datang kedua kali? [P]

Hukuman terhadap Bangsa-bangsa

Yesaya 34

Penghukuman terhadap bangsa Edom (34:5) merupakan lambang atau perwakilian bagi bangsa-bangsa yang akan menerima hukuman karena berusaha menggagalkan atau melawan rencana Allah terhadap umat-Nya. Penghukuman ini terwujud saat bangsa Asyur—yang disusul oleh bangsa Babel—melakukan penghancuran terhadap bangsa Israel dan bangsa-bangsa di sekitarnya. Penghukuman ini juga menunjuk kepada penghukuman di akhir zaman. Perlu diingat bahwa bangsa Edom adalah keturunan Esau, sedangkan bangsa Israel adalah keturunan Yakub. Esau dan Yakub adalah saudara kembar. Akan tetapi, mereka sudah saling bertolak-tolakan sejak masih dalam kandungan (Kejadian 25:22). Waktu Yakub—secara licik—berhasil mewarisi berkat sebagai anak sulung yang sebenarnya hendak diberikan oleh Ishak—ayah mereka—kepada Esau, Esau menjadi amat membenci Yakub, bahkan ia merencanakan untuk membunuh Yakub setelah orang tua mereka me-ninggal, sehingga akhirnya Yakub menuruti saran ibunya untuk melarikan diri ke Padan-Aram (Kejadian 27-28). Walaupun pada akhirnya, Esau melupakan peristiwa itu dan memaafkan kecurangan Yakub (Kejadian 33), sejarah Israel memperlihatkan berlangsungnya permusuhan yang terus-menerus antara bangsa Edom dan bangsa Israel.

Walaupun Allah tampaknya seperti bersikap mendiamkan saja bangsa-bangsa lain menindas umat-Nya—penindasan itu merupakan bagian dari rencana Allah untuk mendidik umat Israel—sebenarnya Allah telah menyiapkan hukuman bagi bangsa-bangsa lain yang tindakannya sering berlebihan. Pada masa kini, Allah sering seperti mendiamkan saja berlangsungnya penindasan terhadap orang-orang Kristen yang terjadi di berbagai tempat di seluruh dunia. Demikian pula, Allah seperti diam saja saat umat Kristen—sama seperti orang-orang lain—terancam oleh wabah Covid-19. Sebenarnya Allah bukan tidak peduli, tetapi Allah sering memakai hal-hal buruk yang terjadi terhadap umat-Nya untuk diubah menjadi kebaikan. Di satu sisi, Allah memiliki rencana mendidik umat-Nya melalui berbagai cara yang tidak selalu mudah kita pahami. Di sisi lain, orang-orang yang melakukan tindakan jahat terhadap umat Allah tidak mungkin bisa lari dari hukuman Allah. Janganlah kita sendiri memi-kirkan cara untuk membalas orang yang berlaku jahat terhadap diri kita karena yang berhak membalas hanya Allah saja (Roma 12:19). [P]