Saat Anda Sakit

Mazmur 38

Biasanya, saat seseorang sakit, ia akan mencari obat yang mujarab atau dokter yang berpengalaman. Bila tak kunjung sembuh, barulah ia berharap dan memohon kepada Tuhan. Walaupun mencari solusi atas kesembuhan dari sakit yang dialami bukan sesuatu yang salah, anak-anak Allah seharusnya mengutamakan mencari pertolongan Tuhan.

Daud menulis Mazmur 38 saat berada dalam keadaan sakit. DIa tidak mencari kesembuhan dari para tabib yang hebat pada saat itu, namun ia justru mengaitkan sakitnya dengan perbuatan dosanya kepada Tuhan. Ia sadar benar bahwa ia telah menyulut kemarahan Allah terhadap dirinya (38:2-6). Dia menguraikan bagaimana penyakit itu menyerang tubuhnya (38:7-11). Penyakit yang dideritanya itu membuat sahabat-sahabatnya meninggalkan dia dan musuh-musuhnya beria-ria saat melihat dia menderita (38:12-21). Jelas bahwa tidak semua penyakit disebabkan karena dosa. Ada penyakit yang diizinkan muncul oleh Tuhan untuk menguji iman, misalnya Ayub yang mengalami sakit kulit yang membuat seluruh tubuhnya berbau busuk. Ada pula orang yang terlahir buta agar Tuhan bisa menyatakan pekerjaan-Nya (Yohanes 9:3).

Bagaimana cara untuk tetap mengutamakan Tuhan saat kita sakit? Pertama, bertanyalah dengan tulus kepada Tuhan, “Apakah penyakit itu disebabkan oleh dosa? Jika ya, datanglah dengan rendah hati kepada Tuhan untuk memohon pengampunan-Nya. Akuilah dengan jujur segala dosa dan pelanggaran kita dan mohonlah pengampunan dari Tuhan. Tuhan yang Mahasabar dan penyayang senantiasa bersedia mendengar permohonan kita, dan Ia akan menyucikan serta memulihkan keadaan kita. Setelah memohon pengampunan-Nya, mintalah agar Tuhan menganugerahkan kesembuhan. Belas kasihan-Nya pasti akan membuat Ia tidak membiarkan anak-anak-Nya menderita.

Kedua, jikalau penyakit yang kita derita bukan disebabkan oleh masalah dosa, Tuhan pasti ingin menyatakan pekerjaan-Nya melalui penyakit yang diderita oleh orang percaya. Oleh sebab itu, mintalah hikmat untuk memahami segala rencana-Nya. Jangan berkeluh kesah, melainkan tetaplah bersyukur dan bersukacita. Pusatkanlah perhatian Anda terhadap apa yang Tuhan ingin untuk kita kerjakan. Ingatlah bahwa Tuhan bisa menggunakan penyakit itu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia (Roma 8:28). [JP]

Saat Anda Bimbang

Mazmur 37

Bermain Teka-teki Silang selalu membuat penasaran. Permainan itu memiliki beberapa kotak vertikal dan horizontal. Jika satu jawaban salah, maka jawaban yang lain akan sulit ditemukan, bahkan akan terjadi kekacauan. Oleh karena itu, kita perlu mengisi tiap jawaban dengan benar karena semua jawaban saling terkait. Bila seluruh jawaban telah terisi, rasa penasaran akan terganti dengan perasaan puas dan bahagia.

Dalam Mazmur 37, pemazmur menguraikan bahwa kehidupannya penuh dengan teka-teki yang belum terjawab. Hal ini membuat orang-orang benar merasa penasaran. Tampaknya, orang fasik mendapat keuntungan dan orang benar mengalami kerugian. Akibatnya, orang benar sering merasa diperlakukan tidak adil serta menjadi iri, lalu marah terhadap orang fasik (37:1,7,8). Oleh karena itu, pemazmur menyelidiki teka-teki kehidupan itu, lalu ia menarik kesimpulan bahwa orang benar tidak pernah ditinggalkan oleh Allah (37:25). Kesimpulan itu seharusnya mewarnai pandangan orang benar terhadap Allah serta terhadap sesama, termasuk terhadap orang fasik.

Dalam hal relasi vertikal—yaitu relasi orang benar dengan Allah—kita harus menjadikan Allah sebagai tumpuan harapan (37:3) serta sumber kesukaan hati (37:4). Selain itu, kita harus meyakini bahwa merupakan hal yang mudah bagi Allah untuk membereskan segala perkara yang kita hadapi, termasuk masalah yang paling rumit (37:5-6).

Dalam hal relasi horizontal—yaitu relasi orang benar dengan sesama—berlaku adil dan bermurah hati harus menjadi identitas kita(37:21). Kemudian, kita harus meninggalkan dosa serta melakukan hal yang baik (37:27). Selain itu, perkataan kita harus bersifat membangun sesama manusia dan memuliakan Allah (37:30).

Pada akhirnya, Tuhan menjawab rasa penasaran orang benar dengan menunjukkan keadilan-Nya, yaitu dengan menghukum orang fasik serta menjanjikan hadiah bagi orang benar. Kebinasaan akhir dari para pendosa akan menjadi tontonan bagi orang benar, sebagaimana orang benar itu terkadang dijadikan tontonan oleh dunia ini (37:34). Tuhan Allah akan memberikan hadiah keselamatan bagi orang benar (37:39-40). Keselamatan itu bukan hanya sekadar berarti memberikan perlindungan, melainkan juga berarti membuat orang benar merasa bahagia. [JP]

Cara Kerja Allah Tak Terduga!

Yesaya 66

Umat Allah sejak zaman Perjanjian Lama telah sering salah sangka! Mereka berpikir bahwa setelah mereka membangun rumah Tuhan dan memberi persembahan, Tuhan pasti akan berkenan terhadap diri mereka. Pemikiran tersebut salah! “Beginilah firman TUHAN: Langit adalah takhta-Ku dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku; rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, dan tempat apakah yang akan menjadi perhentian-Ku?” (66:1). Bila Allah berkenan untuk berdiam dalam rumah yang dibangun oleh umat-Nya, hal itu merupakan anugerah Allah, bukan jasa kepada Allah. Bila umat Israel dan Yehuda diwajibkan memberikan persembahan korban kepada Allah, persembahan korban itu bukanlah pembayaran yang akan membuat Allah berkenan dan memberkati mereka! Sesungguhnya, yang paling Allah kehendaki adalah ketaatan dan kekudusan hidup, bukan persembahan. Persembahan tanpa disertai ketaatan terhadap firman Allah tidak akan disukai oleh Allah! (66:3-4). Allah justru memandang—untuk memberi penghiburan, tanda bahwa Allah berkenan—kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada firman-Nya (66:2). Penghiburan dari Allah ini terwujud secara mendadak, “Sebelum menggeliat sakit, ia sudah bersalin, sebelum mengalami sakit beranak, ia sudah melahirkan anak laki-laki.” (66:7). Bagi bangsa Yehuda, penghiburan yang datang secara mendadak ini terwujud saat Allah menggerakkan Raja Media-Persia untuk membebaskan mereka dari perbudakan di Babel, dan selanjutnya mengizinkan mereka kembali ke Yerusalem untuk membangun Bait Allah. Nubuat ini juga terwujud saat Tuhan Yesus wafat di kayu salib dan kemudian—dalam waktu relatif singkat—sudah ada tiga ribu orang yang menjadi percaya di Yerusalem. Cara kerja Allah ini tak terduga!

Bagi kita saat ini, wabah Covid-19 datang secara mendadak. Akan tetapi, kita juga bisa meyakini bahwa Allah sanggup mengubah keadaan secara mendadak, di luar perhitungan manusiawi. Bukankah perubahan situasi politik di Indonesia pun sering kali bersifat mendadak dan tidak terduga? Bagi seorang beriman, kita perlu sadar bahwa tuntutan Allah yang tidak bisa ditawar adalah ketaatan terhadap kehendak-Nya! Tanggung jawab kita adalah menaati kehendak Allah dan bersandar kepada-Nya. Allah sanggup mengubah keadaan secara tak terduga. Apakah Anda sedang hidup menaati kehendak Allah? [P]

Pemulihan Total

Yesaya 65

Dalam Perjanjian Lama, Allah memilih dan mengkhususkan bangsa Israel untuk menjadi umat kepunyaan-Nya sendiri. Akan tetapi, bangsa Israel tidak menyambut uluran tangan Allah itu dengan tangan terbuka. Mereka berulang kali memberontak dan mengambil jalannya sendiri (65:2). Mereka menyakiti hati Allah dengan menyembah serta mempersembahkan korban kepada dewa-dewa asing seperti kebiasaan bangsa-bangsa kafir di sekitar mereka. Kelakuan mereka itu telah membuat mereka menjadi najis, tetapi mereka tidak sadar. Itulah sebabnya, mereka menerima hukuman Allah (65:3-7). Sekalipun demikian, Allah memelihara mereka yang belum tercemar oleh dosa penyembahan berhala (65:8). Oleh karena itu, umat Allah akan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang jahat—karena telah mengabaikan panggilan dan perintah Allah, bahkan meninggalkan Allah—serta kelompok sisa yang disebut sebagai hamba-hamba Allah atau orang-orang pilihan Allah. Kelompok yang jahat akan mengalami kelaparan, kehausan, perasaan malu, kesedihan, dan patah semangat, sedangkan orang-orang pilihan Allah akan mengalami kelimpahan, sukacita, dan kegembiraan yang akan membuat semua kesusahan di masa lampau terlupakan (65:12-16),

Janji kepada umat pilihan Allah ini memuncak pada janji tentang langit dan bumi yang baru (65:17). Apakah Anda yakin bahwa Anda termasuk umat pilihan Allah yang kelak akan mewarisi langit baru dan bumi baru? Janji tentang langit dan bumi yang baru ini bukan sekadar kembali dari tempat pembuangan di Babel ke Tanah Perjanjian, melainkan suatu pemulihan total yang terjadi di akhir zaman. Saat pemulihan itu terjadi, tidak ada lagi tangisan dan kesakitan sama sekali. Pemulihan total itu merupakan kehidupan yang penuh kebahagiaan, keharmonisan, dan kedamaian. Keharmonisan di sini bukan hanya menyangkut masalah hubungan antar manusia, tetapi juga menyangkut hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan hewan (65:17-25). Apakah wabah yang terjadi saat ini di seluruh dunia membuat Anda mengalami kehidupan yang terasa berat? Ingatlah bahwa tekanan dalam kehidupan itu dialami oleh semua orang. Akan tetapi, bila Anda bersandar kepada Tuhan, pemulihan total di masa depan adalah pengharapan yang merupakan sumber kekuatan! [P]

Perbuatan Kasih Setia TUHAN

Yesaya 63:7-64:12

Mengingat perbuatan kasih setia Tuhan di masa lampau akan sangat membesarkan hati saat kita berada dalam keadaan putus asa. Perbuatan Tuhan itu selalu dilandasi oleh kasih sayang-Nya dan kasih setia-Nya (63:7). Untuk menyelamatkan umat-Nya, Allah tidak mengirim utusan, melainkan Ia sendirilah yang datang menyelamatkan (63:9). Pada zaman Musa, Allah telah membuat umat-Nya bisa menyeberangi laut seperti menyeberangi daratan (63:11-14; Keluaran 14:21). Relasi antara Allah dengan umat-Nya itu bagaikan hubungan Bapa dengan anak (Yesaya 63:16). Relasi itulah yang telah melandasi keluhan umat Yehuda tentang Bait Suci yang telah runtuh dan terhina (63:18; 64:11). Ada dua hal yang penting untuk diperhatikan menyangkut relasi antara Allah dengan umat-Nya ini: Pertama, kita harus selalu mengingat Allah adalah Bapa yang baik yang selalu menginginkan kebaikan bagi umat-Nya, sehingga hukuman pun selalu diberikan dengan maksud baik, yaitu untuk membentuk diri kita agar menjadi sesuai dengan rencana-Nya (64:8). Kedua, kita harus senantiasa menyadari ketidaklayakan diri kita di hadapan Allah yang disebabkan oleh dosa (64:6).

Nubuat Nabi Yesaya yang kita baca dalam bacaan Alkitab hari ini merupakan petunjuk bagi kita saat kita menghadapi situasi sulit seperti pandemi Covid-19 yang sedang kita hadapi sekarang. Ketidakberdayaan bangsa Yehuda untuk melepaskan diri mereka dari pembuangan dengan kekuatan diri sendiri serupa dengan ketidakberdayaan kita dalam menghadapi Covid-19. Tidak ada seorang pun—walaupun dia jenius dan kaya—yang bisa memastikan bahwa dia pasti bisa lolos dari bahaya pandemi ini. Kita perlu meyakini bahwa kasih sayang Allah terhadap diri kita itu melebihi kasih sayang orang tua kita sendiri. Walaupun orang tua kita menyayangi kita, kemampuan mereka untuk menjaga diri kita amat terbatas. Dalam kondisi seperti ini, kita perlu mengingat bahwa Allah sanggup melepaskan kita dari bahaya apa pun. Niat baik Allah tidak perlu diragukan! Kita juga perlu menyadari bahwa kesucian Allah itu membuat Dia menuntut agar kita menjauhi dosa. Saat Anda merasa tidak berdaya, apakah Anda telah membiasakan diri untuk melakukan introspeksi diri dan memperbaiki diri? Apakah Anda masih mengingat perbuatan-perbuatan besar Allah dalam kehidupan Anda? Apakah Anda telah menyerahkan semua kekuatiran Anda kepada Allah? [P]

Penghukuman bagi Musuh Umat Allah

Yesaya 63:1-6

Bangsa Edom adalah musuh bebuyutan bangsa Israel. Bangsa Edom adalah keturunan Esau, sedangkan bangsa Israel adalah keturunan Yakub. Sejak mereka berdua—Esau dan Yakub—masih berada dalam kandungan, mereka berdua telah saling bertolak-tolakan. Allah memberi penjelasan bahwa keturunan mereka akan saling bermusuhan (Kejadian 25:22-23). Selain ada berbagai pertempuran antara bangsa Edom dan bangsa Israel, ada pula seorang Edom yang menjadi sumber masalah bagi bangsa Israel, yaitu Doeg yang telah mengakibatkan kematian para imam di Nob (1 Samuel 21-22). Dalam Perjanjian Baru, terdapat pula keluarga tokoh jahat yang merupakan keturunan Edom, yaitu Herodes. Sekalipun bangsa Israel dan bangsa Edom saling bermusuhan secara turun-temurun, hubungan persaudaraan antara Esau dan Yakub membuat Allah tidak segera memusnahkan Edom. Dalam bacaan Alkitab hari ini, munculnya Seorang Pahlawan yang berlumuran darah dari Bozra—ibu kota Edom—merupakan nubuat penghukuman bagi bangsa Edom. Akan tetapi, perhatikan bahwa penyebutan “Edom” itu beralih menjadi “bangsa-bangsa” dalam 63:3,6. Hal ini menunjukkan bahwa penyebutan “Edom” dalam 63:1 sebenarnya mewakili semua bangsa yang memusuhi umat Allah. Sang Pahlawan—yaitu Sang Mesias—akan menghukum semua bangsa yang memusuhi umat Allah, dan tindakan penghukuman itu akan dilakukan tanpa perlu bantuan siapa pun (63:5). Umat Allah tidak perlu membantu Allah!

Sepanjang sejarah, umat Allah di seluruh dunia sangat sering menjadi pihak yang ditindas. Walaupun ada masa tertentu saat umat Allah berkuasa dan menjadi penindas, tetapi masa seperti itu umumnya berlangsung singkat. Yang lebih umum terjadi adalah bahwa umat Allah berada dalam posisi tertindas. Keadaan tertindas itu membuat cukup banyak orang Kristen yang “melupakan misi untuk menjadi berkat bagi segala bangsa” serta “melupakan perintah untuk membalas kejahatan dengan kebaikan”. Seharusnya, kita menyerahkan pembalasan dan penghukuman kepada Allah. Allah akan melakukan pembalasan bagi kita dan kita hanya menonton tindakan penghukuman Allah itu. Apakah Anda meyakini bahwa Allah akan menghukum orang atau bangsa yang memusuhi umat Allah? Apakah Anda tetap setia melakukan kehendak Allah dalam situasi buruk yang Anda hadapi saat ini? [P]

Pemulihan Seutuhnya

Yesaya 62

Pengharapan yang dikemukakan pada bacaan Alkitab hari ini adalah pengharapan tentang pemulihan. Bagi bangsa Yehuda yang berada dalam pembuangan, pemulihan ini bukan hanya menyangkut kembalinya mereka dari pembuangan, melainkan juga menyangkut pulihnya kondisi kota Yerusalem sebagai pusat peribadatan yang termasyhur. Dalam hal ini, umat Yehuda harus terus berdoa syafaat agar TUHAN mengingat umat-Nya (62:6). Akan tetapi, penggenapan lengkap dari nubuat dalam pasal ini juga menunjuk kepada akhir zaman, saat keselamatan umat Tuhan sudah digenapi seutuhnya, yang terjadi saat Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya (bandingkan 62:11 dengan 40:10 dan Wahyu 22:12). Bangsa Yehuda sudah kembali dari pembuangan, tetapi kemakmuran dan kejayaan Yerusalem masih menjadi pengharapan yang belum terwujud, bahkan Yerusalem masih merupakan pusat konflik yang secara manusiawi tidak mungkin berakhir. Umat Tuhan masih menantikan hadirnya Yerusalem Baru yang akan turun dari sorga (Wahyu 21:2). Yerusalem baru itu bukan sekadar merupakan warisan bagi umat Yehuda, melainkan bagi Israel yang baru, yaitu seluruh umat Tuhan dari segala bangsa dan dari segala tempat yang bersatu di dalam Kristus.

Pengharapan terhadap hadirnya Yerusalem baru itu seharusnya bukan hanya merupakan pengharapan umat Israel secara daging, tetapi pengharapan Israel Baru atau pengharapan seluruh umat Tuhan dari seluruh dunia di sepanjang masa, termasuk pengharapan kita juga. Pengharapan itu harus dinantikan bukan dengan berpangku tangan, melainkan dengan ketekunan menaikkan doa syafaat dan ketekunan untuk melaksanakan tugas memberitakan Injil. Situasi pandemi yang kita hadapi saat ini bukanlah saat untuk bersembunyi agar terhindar dari bahaya, melainkan harus menjadi saat untuk menjadi saksi secara kreatif sambil menanti saatnya Kerajaan Allah hadir secara utuh di bumi. Sama seperti bangsa Israel harus menempatkan para pengintai di atas tembok kota Yerusalem (62:6), demikian pula kita harus bersiap-siap memakai seluruh perlengkapan senjata rohani untuk melaksanakan kehendak Allah dan melawan seluruh tipu muslihat Iblis (Efesus 6:11-18). Apakah pengharapan umat Tuhan secara utuh telah menjadi pengharapan Anda juga? Apakah Anda ikut bertekun dalam doa syafaat untuk memastikan agar kehendak Allah segera terlaksana di bumi ini? [P]

Tahun Rahmat TUHAN

Yesaya 61

Seperti sebagian nubuat lain dalam Alkitab, penggenapan nubuat tentang tahun rahmat TUHAN bisa menunjuk kepada berbagai peristiwa yang berbeda. Kita tidak mengerti apakah nubuat ini memiliki relevansi dengan kondisi saat Nabi Yesaya masih aktif melayani. Akan tetapi, nubuat ini lebih cocok dilihat sebagai nubuat tentang masa depan. Penggenapan paling dekat adalah menunjuk kepada kembalinya bangsa Yehuda dari pembuangan. Bagi umat Yehuda yang hidup pada masa pembuangan di Babel, nubuat ini merupakan sumber pengharapan dan penghiburan karena mereka memiliki kerinduan untuk kembali ke Tanah Perjanjian serta menjalani kehidupan—termasuk ibadah—yang normal, bukan sebagai rakyat yang terjajah yang harus mengikuti aturan si penjajah. Sesudah kembali ke Tanah Perjanjian pun, umat Yehuda masih tetap berada di bawah kekuasaan bangsa penjajah, yaitu berturut-turut bangsa Media-Persia, bangsa Yunani, dan bangsa Romawi. Oleh karena itu nubuat Nabi Yesaya ini terus mengobarkan pengharapan bagi umat Yehuda untuk bisa hidup sebagai bangsa yang merdeka. Pada masa Perjanjian Baru, jelas bahwa nubuat Nabi Yesaya ini terutama menunjuk kepada pelayanan Tuhan Yesus, Sang Mesias itu, yang membebaskan manusia dari kuasa dan hukuman dosa (61:1-2; Lukas 4:18-19). Selain itu, nubuat ini juga menunjuk kepada keselamatan sepenuhnya yang akan digenapi pada akhir zaman (bandingkan 61:10 dengan Wahyu 21:2). Pada masa kini, tahun rahmat TUHAN ini masih berlaku karena masih amat banyak orang yang hidup dalam penjajahan kuasa dosa, sehingga mereka semua memerlukan pembebasan yang hanya bisa dikerjakan oleh Yesus Kristus, Sang Mesias itu.

Dalam rangka pembebasan manusia dari kuasa dan hukuman dosa, umat Allah harus berperan sebagai imam TUHAN dan pelayan Allah (Yesaya 61:6). Sebagai Imam TUHAN, kita bertanggung jawab untuk menaikkan doa syafaat bagi mereka yang masih berada di bawah penjajahan dosa. Sebagai pelayan Allah, kita bertanggung jawab untuk memberitakan tentang datangnya Tahun Rahmat TUHAN. Apakah Anda sudah dibebaskan dari kuasa dan hukuman dosa? Bila Anda sudah mendapat pembebasan dari dosa dan menjadi anggota umat TUHAN, apakah Anda sudah memberitakan tentang datangnya Tahun rahmat TUHAN itu kepada orang yang berinteraksi dengan Anda? [P]

Menjadi Terang

Yesaya 60

Sesudah kembali dari pembuangan, bangsa Yehuda tidak pernah lagi mengalami masa kejayaan seperti pada masa Raja Daud dan Raja Salomo. Walaupun mereka bisa membangun kembali kota Yerusalem dan Bait Suci di dalamnya, kemegahan Bait Suci yang mereka bangun itu tidak semegah Bait Suci yang dibangun oleh Raja Salomo. Oleh karena itu, seruan “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu.” (60:1) bukan semata-mata menunjuk kepada pemulihan bangsa Yehuda, tetapi terutama menunjuk kepada Tuhan Yesus, Sang Mesias, yang menjadi Terang Dunia (bandingkan dengan Yohanes 1:9; 8:12; 9:5)). Sekalipun demikian, dalam porsi terbatas, benar bahwa bangsa Yehuda telah menjadi terang bagi bangsa-bangsa di luar Israel yang berada dalam kegelapan. Pada umumnya, bangsa Yehuda dan Israel yang tersebar di luar Tanah Perjanjian membangun tempat sembahyang (sinagoge) di perantauan. Melalui sinagoge yang ada di berbagai tempat itu, Allah Israel menjadi dikenal oleh bangsa-bangsa lain. Sebagai contoh, dalam Perjanjian Baru, kita mengenal nama Kornelius, seorang perwira Romawi, sebagai seorang yang takut akan Allah. Yang dimaksud dengan orang yang takut akan Allah—di luar bangsa Yehuda atau bangsa Israel—adalah orang bukan Yahudi yang menganut agama Yahudi.

Perintah untuk “menjadi terang” dalam 60:1 ini juga tercermin dalam khotbah Tuhan Yesus di atas sebuah bukit, “Kamu adalah terang dunia.... Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:14,16). Dalam Perjanjian Baru, orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus juga disebut sebagai anak-anak terang (Yohanes 12:36; Efesus 5:8; 1 Tesalonika 5:5). Bila Tuhan Yesus adalah “Terang yang sesungguhnya”, maka peran kita sebagai anak-anak terang adalah membagikan “terang” yang telah kita terima, baik melalui cara hidup yang sudah diperbarui oleh Roh Kudus maupun dengan membagikan berita keselamatan yang tersedia di dalam Kristus. Menjadi terang adalah respons yang wajar bagi setiap orang yang telah mendapatkan Terang itu. Apakah Anda sudah menerima “Terang”? Apakah Anda sudah membiasakan diri untuk membagikan “terang” kepada orang-orang di sekitar Anda? [P]

Membangun Relasi dengan Allah

Yesaya 59

Allah itu bukan berhala atau jimat. Umumnya, berhala atau jimat harus diberi sesajen. Walaupun dalam Perjanjian Lama terdapat berbagai macam korban, sistem pengorbanan dalam Perjanjian Lama hanyalah simbol dari Korban yang sesungguhnya, yaitu Yesus Kristus yang mengorbankan diri-Nya sendiri dengan mati di kayu salib. Setelah peristiwa penyaliban, korban sudah tidak diperlukan. Sebenarnya, yang Allah tuntut bukan sesajen, melainkan pembentukan relasi. Pembentukan relasi ini sama sekali tidak dikenal dalam penyembahan berhala karena berhala adalah benda mati yang tidak bisa berkomunikasi. Masalah relasi ini mempengaruhi pemahaman tentang doa. Dalam penyembahan berhala, doa biasa disebut sebagai mantra, yaitu rangkaian perkataan atau ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Bunyi mantra tidak boleh diubah atau dimodifikasi. Dalam iman Kristen, kalimat doa bersifat fleksibel, tidak baku. Doa adalah wujud komunikasi umat dengan Allah. Doa mengungkapkan isi hati umat. Doa dilandasi oleh hubungan umat Allah dengan Allah. Karena Allah itu mudah cemburu, doa orang yang memiliki sembahan lain—selain Allah—tidak akan dihiraukan (57:13). Doa yang hanya sekadar formalitas (58:4) juga tidak akan digubris oleh Allah. Selain itu, doa orang yang terbiasa melakukan kejahatan atau dosa tidak akan didengar oleh Allah (59:1-2). Kejahatan umat Yehuda diuraikan dalam 59:3-8. Kejahatan mereka membuat doa mereka tidak dihiraukan Tuhan (59:9-11). Akhirnya, mereka menyadari dan mengakui kesalahan mereka (59:12-13). Kejahatan yang merajalela itu melenyapkan hukum, keadilan, dan kebenaran (59:14-15). Dalam keadaan seperti itu, Tuhan sendirilah yang datang menolong untuk menegakkan keadilan (59:16-19), menjadi Penebus umat-Nya (59:20), serta memberikan Roh Kudus dan firman-Nya (59:21).

Apakah Anda pernah memiliki pengalaman bahwa Allah seolah-olah tidak menghiraukan doa Anda? Saat hal itu terjadi, bagaimana respons Anda: Apakah Anda lalu melakukan introspeksi diri? Bila Allah seolah-olah tidak peduli, mungkin Allah menginginkan agar Anda lebih dulu memperbaiki diri Anda. Bagi Allah, tidak ada yang mustahil! Allah bisa melakukan apa saja di luar jangkauan logika kita. Akan tetapi, yang paling Allah inginkan dari kita adalah kita memiliki pola pikir dan cara hidup yang meneladani Kristus! [P]