Penolakan Orang-Orang Religius

Lukas 4:14-30

Sungguh menyedihkan melihat kenyataan bahwa yang menolak Yesus Kristus dalam bacaan Alkitab hari ini adalah orang-orang religius yang sering berada di sinagoge atau rumah ibadat orang Yahudi. Jelas bahwa mereka rajin beribadah, berdoa, dan membaca Kitab Suci. Akan tetapi, mereka justru tidak mengenal Yesus Kristus, Sang Mesias yang dijanjikan Allah dalam kitab-kitab yang mereka baca secara rutin! Mata mereka tertutup sehingga tidak bisa melihat kebenaran karena mereka memiliki kebenaran sendiri! Banyak orang merasa bahwa dirinya benar karena sudah menjalankan kewajiban beribadah. Membenarkan diri sendiri ini sangat berbahaya karena membuat mata hati tertutup, sehingga tidak bisa melihat kebenaran Allah.

Orang-orang religius di rumah ibadat tidak dapat menerima perkataan Yesus Kristus bahwa kehadiran-Nya menggenapi janji Allah tentang Sang Mesias. Mereka melihat Dia “hanya” sebagai anak Yusuf, seorang tukang kayu. Mereka tidak mampu melihat Yesus Kristus bukan sekadar sebagai anak Yusuf. Penolakan mereka memuncak dan menjadi kemarahan besar saat Tuhan Yesus berkata bahwa Allah mengasihi dan memperhatikan bangsa lain, termasuk bangsa kafir yang tidak menyembah Allah Israel. Allah tidak memakai janda di Israel, melainkan memakai janda di Sarfat—yang terletak di Tanah Sidon—untuk memberi makan Nabi Elia. Allah menyembuhkan Naaman—orang Siria—dari penyakit kusta, padahal di Israel banyak sekali orang berpenyakit kusta yang tidak disembuhkan (4:25-27). Orang-orang religius itu tidak dapat menerima kenyataan bahwa Allah mengasihi bangsa-bangsa lain karena mereka menganggap diri mereka sebagai bangsa yang paling benar dan paling layak untuk diselamatkan. Perasaan paling benar telah menutup mata mereka untuk bisa melihat rencana dan karya Tuhan dalam hidup mereka.

Sikap merasa diri paling benar juga sering terlihat dalam diri orang percaya. Ada orang yang merasa paling benar karena taat beribadah. Celakanya, ada pula orang yang tidak taat beribadah, namun merasa dirinya paling benar karena kesombongan telah merasuk sampai ke dalam hati. Hati-hati agar mata hati Anda tidak sampai tertutup dan Anda tetap bisa melihat kebenaran Tuhan! Apakah Anda telah membiasakan diri untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan? [WY]

Memenangkan Ujian

Lukas 4:1-13

Socrates pernah mengatakan bahwa “Hidup yang belum teruji belum dapat disebut kehidupan yang berharga”. Dalam kehidupan ini, bila seseorang ingin memiliki hidup yang lebih baik, ia harus melalui berbagai macam ujian dalam kehidupan, sama seperti seorang murid harus lulus ujian agar bisa naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk mendapat kenaikan jabatan pun, setiap orang harus melewati berbagai ujian. Walaupun ujian sering kali terasa tidak menyenangkan, tetapi setelah ujian itu berhasil dilewati, orang yang melewatinya akan mengalami kemajuan.

Dalam kehidupan rohani, orang percaya juga harus melewati berbagai ujian agar dapat terus bertumbuh dalam iman. Bila seorang percaya berhasil memenangkan ujian iman, ia akan bertumbuh dan imannya akan menjadi semakin kuat. Sebaliknya, orang yang tidak berani menghadapi ujian iman—dan selalu berusaha menghindar atau mengabaikan ujian itu—tidak akan bertumbuh secara rohani. Yang penting untuk kita perhatikan adalah bahwa kadang-kadang Tuhan menghendaki agar kita mengalami ujian berupa penderitaan (bandingkan dengan 1 Petrus 4:19). Tuhan Yesus juga mengalami ujian atas kehendak Allah sebelum memulai pelayanan-Nya. Roh Kuduslah yang membawa Yesus Kristus ke padang gurun untuk dicobai oleh iblis (Lukas 4:1-2). Allah menghendaki agar Tuhan Yesus mengalami pencobaan, tetapi yang mencobai bukan Allah, melainkan Iblis. Allah mengizinkan terjadinya pencobaan bukan dengan maksud untuk menjatuhkan, tetapi untuk menguji dan memurnikan (1 Petrus 4:12). Allah menguji iman sama seperti kemurnian emas diuji dengan api (1 Petrus 1:7). Yesus Kristus berhasil melewati ujian dengan berpegang pada firman Tuhan. Siasat dan godaan iblis dipatahkan dengan memakai firman Tuhan. Orang yang melakukan firman Tuhan dan hidup berdasarkan firman Tuhan akan mampu memenangkan ujian iman dalam hidupnya. Terhadap orang yang memenangkan ujian iman, Tuhan berjanji untuk memberikan upah kelak (Wahyu 2:7, 11, 17, 26-28; 3:5, 12, 21).

Ujian apa yang sedang Anda hadapi sat ini? Pandemi bisa kita pandang sebagai ujian bagi iman kita. Bagaimana sikap Anda saat menghadapi pandemi ini? Apakah Anda berpegang teguh pada firman Tuhan dan tetap mengasihi Tuhan meskipun hal itu sulit? [WY]

Dipersiapkan Allah

Lukas 3:21-38

Mengapa Yesus Kristus harus dibaptis sebelum memulai pelayanan-Nya (3:23)? Bukankah Ia adalah Allah? Yohanes pun merasa tidak layak untuk membaptis Tuhan Yesus (bandingkan dengan Matius 3:14-15). Ketika Yesus Kristus dibaptis, Roh Kudus turun ke atas-Nya dan Allah Bapa memberi semacam pengesahan dan penegasan bahwa Yesus Kristus adalah Anak-Nya, yaitu Pribadi kedua dari Allah Tritunggal. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa dalam pelayanan-Nya di dunia ini, Ia tidak sendiri. Ia melayani bersama dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Yesus Kristus adalah manusia sejati, tetapi Ia juga adalah Anak Allah, seperti yang dikatakan oleh malaikat Gabriel kepada Maria sebelum Maria mengandung Yesus Kristus (1: 35). Melalui baptisan yang diterima-Nya, Yesus Kristus mengidentifikasi diri atau menyamakan diri dengan manusia biasa, manusia berdosa, sekalipun Ia tidak berdosa. Memang, Yesus Kristus datang untuk orang berdosa!

Setelah menceritakan kisah baptisan Tuhan Yesus, Lukas mencatat silsilah Yesus Kristus. Apakah tujuannya? Silsilah ini dicatat untuk menunjukkan bahwa: Pertama, Yesus Kristus adalah keturunan Daud, meskipun Ia bukan anak kandung dari Yusuf. Dia adalah Mesias yang dijanjikan Allah. Kedua, Allah Bapa sudah mempersiapkan kedatangan dan pelayanan Yesus Kristus jauh hari sebelumnya. Ia memelihara dan turut campur tangan dalam kehidupan para leluhur Tuhan Yesus, agar Yesus Kristus dapat dilahirkan dari keturunan Daud sesuai dengan janji-Nya pada masa Perjanjian Lama. Ketiga, Yesus Kristus adalah Juruselamat untuk segala suku bangsa. Hal ini terlihat dari silsilah Tuhan Yesus yang diurutkan ke atas sampai kepada Adam, manusia pertama yang tidak memiliki embel-embel suku atau bangsa.

Allah telah merencanakan kedatangan Yesus Kristus secara sangat terperinci. Ia menjaga dan memastikan agar rencana keselamatan di dalam Kristus dapat terlaksana. Kita bersyukur bahwa Allah yang memelihara hidup kita adalah Allah yang Mahakuasa dan yang rencana-Nya selalu berhasil. Kita aman berada di dalam tangan-Nya yang kuat. Apakah keselamatan yang telah Anda peroleh telah Anda bagikan kepada orang yang belum mengenal Dia? Ingatlah bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat untuk semua suku dan bangsa, bukan hanya untuk diri Anda serta keluarga dan teman Anda saja! [WY]

Panggilan Tuhan

Lukas 3:1-20

Seperti nabi-nabi sebelumnya, Yohanes dipanggil oleh Allah untuk menyampaikan isi hati-Nya (3:2). Yohanes tidak dipanggil untuk melayani kepentingan pribadinya sendiri, tetapi dipanggil untuk melayani kepentingan Allah yang telah memanggilnya. Ia harus melaksanakan tugas yang dipercayakan Allah kepadanya, yaitu mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan Yesus (3:4). Ia menyampaikan firman Allah dengan berani, walaupun apa yang ia sampaikan bukan apa yang ingin didengar oleh orang-orang pada zaman itu (3:7-14). Ia tidak mau menyelewengkan firman agar diterima atau dipuji orang. Ia tidak mencari keuntungan bagi diri sendiri, tetapi ia menyampaikan apa yang ingin Allah sampaikan kepada umat-Nya.

Yohanes menyadari siapa dirinya dan ia tidak mencari kemuliaan diri sendiri. Ia tahu bahwa ia hanyalah hamba yang melayani Tuhan, dan Tuhanlah yang patut menerima kemuliaan. Terhadap orang banyak yang berharap bahwa ia adalah Mesias, dengan jelas ia mengatakan bahwa ia bukan Mesias. Ia hanyalah orang yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Sang Mesias (3:15-16). Berapa banyak orang yang bisa bersikap merendahkan diri seperti Yohanes? Sangat langka! Kebanyakan orang ingin mendapat kemuliaan dalam pelayanan yang ia lakukan, baik keinginan itu bisa ditunjukkan secara terang-terangan atau secara tersembunyi. Ada orang yang mencari kemuliaan, dan ada yang saat dimuliakan merasa layak mendapat kemuliaan. Yohanes memperlihatkan arti menjadi pelayan yang sesungguhnya!

Dalam pelayanannya, Yohanes tidak menghiraukan nyawanya sendiri. Ia tidak segan-segan menegur Herodes yang telah memperistri Herodias, istri Filipus—saudaranya sendiri (3:19-20, bandingkan dengan Matius 14:1-12). Oleh karena itu, Herodes memenjarakan Yohanes, dan akhirnya membunuh Yohanes. Hidup dan pelayanan Yohanes sangat singkat. Sungguh, di mata dunia, kematian Yohanes adalah akhir yang tragis bagi seorang nabi yang dipanggil Tuhan. Namun, di mata Tuhan, Yohanes adalah seorang hamba yang akan disambut dan dihargai saat kembali kepada Allah. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda sudah melayani Tuhan dengan setia dan dengan sungguh-sungguh? Apakah Anda juga tidak mencari kepentingan diri sendiri, tidak mendambakan kemuliaan diri, dan Anda melayani dengan setia sampai mati? [WY]

Tanggung Jawab Orang Tua

Amsal 23: 13-14

Salah satu tanggung jawab orang tua adalah mendidik anak mereka untuk hidup dalam takut akan Tuhan. Banyak orang tua beranggapan bahwa tanggung jawab utama terhadap anak mereka adalah memenuhi kebutuhan jasmaniah—misalnya kebutuhan makan minum, pakaian, tempat tinggal—serta kebutuhan batiniah seperti kebutuhan kasih sayang dan perhatian. Akan tetapi, sebenarnya masih ada satu tanggung jawab lain yang sangat penting, yaitu memenuhi kebutuhan rohani anak mereka. Sejak kecil, seorang anak harus dibimbing untuk mengenal Tuhan dan hidup dalam iman kepada Tuhan.

Beberapa survei kristiani seperti yang disebut oleh Voddie T. Baucham, Jr., dalam bukunya, Family Driven Faith (Crossway Books), mencatat bahwa 70-80% anak remaja pada zaman ini meninggalkan gereja di tahun kedua kuliah mereka. Sekitar 8 (hampir 9) dari 10 orang tua Kristen di Amerika telah gagal dalam membesarkan anak untuk terus hidup dalam iman kepada Tuhan. Penelitian George Barna—seperti yang dikutip oleh Baucham, Jr.—mengatakan bahwa 85% anak remaja “Kristen” yang di survei tidak percaya pada kebenaran absolut. Kemudian, sekitar 60% lebih anak remaja setuju dengan pernyataan, “Tidak ada yang dapat diketahui secara pasti kecuali hal-hal yang sudah engkau alami dalam hidupmu.” Bahkan, lebih dari separuh anak remaja yang di survei itu percaya bahwa Yesus Kristus melakukan dosa saat hidup di dunia ini! Pemahaman seperti ini adalah pemahaman anak-anak remaja yang tumbuh dalam keluarga Kristen. Ingatlah bahwa setiap orang tua dituntut Allah untuk bertanggung jawab mendidik anak-anak yang telah dipercayakan kepada mereka.

Penulis Amsal mengatakan, “Jangan lalai mendidik anak-anakmu; disiplin tidak akan mencelakakan mereka. Mereka tidak akan mati jika engkau memukul mereka dengan rotan. Hukuman akan menjauhkan mereka dari neraka.” (Amsal 23:13, versi Firman Allah yang Hidup). Orang tua jangan enggan atau malas untuk terus mendisiplin anak agar memiliki iman yang benar kepada Tuhan. Tidak mendisiplin anak akan merugikan sang anak, karena ia bisa hidup jauh dari Tuhan, tidak takut akan Tuhan, dan bisa melakukan hal-hal yang jahat. Bila Anda telah berkeluarga dan Anda memiliki anak, apakah Anda telah melaksanakan tanggung jawab Anda untuk mendidik anak Anda? [WY]

Keluarga Yang Diberkati

Mazmur 128

Apakah keluarga yang diberkati selalu berarti keluarga lengkap yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak? Apakah keluarga Kristen yang tidak dikaruniai anak merupakan keluarga yang tidak diberkati? Kriteria bagi keluarga yang diberkati di dalam mazmur yang kita baca hari ini bukan anggota keluarga lengkap. Setiap anggota keluarga merupakan wujud dari berkat Tuhan. Akan tetapi, berkat Tuhan juga dapat berupa kesehatan, kesempatan melayani, teman yang baik, bakat/talenta, dan sebagainya. Keluarga disebut diberkati bila setiap anggota keluarga hidup dalam takut akan TUHAN (128:1). Setiap orang yang takut akan Tuhan akan diberkati. Perhatikan bahwa kata “berbahagialah” dalam 128:1a dapat juga diterjemahkan menjadi “diberkatilah”. Setiap orang, apa pun latar belakangnya—termasuk latar belakang suku dan kondisi fisik—adalah orang yang diberkati jika ia hidup dalam takut akan Tuhan.

Apakah yang dimaksud dengan “hidup takut akan Tuhan”? Penulis Mazmur 128 menjelaskan melalui perkataan, “... yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya.” (128:1b). Takut akan Tuhan berarti hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan. Takut akan Tuhan bukan sekadar menyangkut perasaan, tetapi terutama menyangkut tindakan dan komitmen hidup. Orang yang benar-benar hidup dalam takut akan Tuhan adalah orang yang setiap kali menghadapi pilihan dalam hidupnya selalu mengambil keputusan dengan mempertimbangkan “kehendak” Tuhan. Apa pun keputusan yang ia ambil—termasuk dalam hal-hal yang kecil atau remeh—selalu mempertimbangkan lebih dulu apakah pilihan yang hendak diambil sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak. Hal sepele seperti urusan makan minum dan berpakaian pun diputuskan dengan mempertimbangkan kehendak Tuhan. Orang yang hidup dalam takut akan Tuhan adalah orang yang ingin menaati Tuhan dalam seluruh aspek hidupnya. Bagi orang seperti itu, Tuhan menjanjikan berkat-Nya. Tuhan memberkati dengan kenikmatan makan minum, dan kemampuan menikmati hasil pekerjaannya (128:2, bandingkan dengan Pengkhotbah 2:24-26). Tuhan dapat memberkati dengan kehadiran istri dan anak (128:3). Tuhan juga dapat memberkati dengan banyak hal lain. Akan tetapi, berkat yang paling utama adalah mengenal Yesus Kristus—Anak tunggal Allah—yang mengasihi kita sehingga rela memberikan nyawa-Nya bagi kita. Apakah Anda dan keluarga Anda sudah memperoleh berkat yang paling utama itu? [WY]

Tatanan Keluarga

Kolose 3: 18-21

Hal mendasar yang harus ada dalam sebuah keluarga Kristen adalah tatanan (aturan) keluarga yang sesuai dengan firman Tuhan. Tiap keluarga terikat oleh budaya, tata cara, dan kebiasaan yang bisa berbeda dengan keluarga yang lain. Namun, setiap anggota keluarga Kristen memiliki tugas dan panggilan yang didasarkan pada firman Tuhan. Tuhan telah menetapkan agar istri tunduk kepada suami (3:18). Kata “tunduk” di sini tidak berarti bahwa istri boleh diperbudak atau ditindas oleh suami, melainkan berarti bahwa ada tatanan kepemimpinan yang harus diikuti. Kata “tunduk” tidak berarti bahwa istri menjadi pasif, melainkan istri harus dengan rendah hati membantu dan menolong suami. Walaupun panggilan untuk tunduk ini tidak mudah, istri harus menyadari bahwa itulah kehendak Tuhan dalam sebuah keluarga Kristen. Istri yang “lebih hebat” dari suami pun harus tetap menghormati suaminya dengan mempersilakan suami untuk mengambil keputusan dan memimpin keluarga. Istri harus membantu dengan lemah lembut.

Meskipun Allah menempatkan suami sebagai kepala keluarga, tidak berarti bahwa suami boleh bersikap otoriter atau bertindak semena-mena. Suami diperintahkan untuk mengasihi istri (3:19). Suami yang mengasihi istri pasti tidak akan berbuat semena-mena dan menindas istri. Suami yang hidup takut akan Tuhan akan mengasihi istrinya dengan kasih Tuhan. Selanjutnya, Tuhan memerintahkan agar setiap anak menaati orang tuanya dalam segala hal (3:20). Apakah perintah itu berarti bahwa seorang anak harus menaati semua perintah orang tua tanpa kecuali, termasuk perintah untuk melakukan hal-hal yang berlawanan dengan kehendak Tuhan? Ketaatan kepada kehendak Tuhan harus lebih diutamakan daripada ketaatan kepada orang tua (bandingkan dengan Kisah Para Rasul 5:29). Namun, Tuhan ingin agar kita tetap menghormati orang tua kita, walaupun mungkin mereka salah. Sebaliknya, setiap orang tua Kristen harus mendidik anak mereka dengan baik, tetapi jangan sampai membuat anak mereka tawar hati (3:21). Kata “tawar hati” dapat diartikan sebagai patah semangat. Anak harus dididik dengan kasih, bukan dengan tindakan atau kata-kata yang kasar, agar anak mereka tidak menjadi tawar hati atau patah semangat. Dosa bisa membuat keluarga tidak berfungsi sesuai dengan kehendak Tuhan. Namun, anugerah dan firman Tuhan siap menolong kita. [WY]

Yesus Tunduk

Lukas 2:41-52

Yesus Kristus lahir sebagai manusia sejati, namun Ia juga merupakan Allah yang sejati. Sejak kecil, Yesus Kristus sudah menyadari identitas dan misi-Nya di dunia ini. Catatan Injil Lukas tentang kehidupan Tuhan Yesus saat berusia dua belas tahun menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah manusia, tetapi Ia sekaligus adalah Allah. Sebutan “Anak Allah” (1:32, 35) yang dikenakan pada Yesus Kristus menunjukkan bahwa Ia adalah Pribadi Allah yang Kedua. Ia dibesarkan oleh Maria dan Yusuf, namun Ia tidak menjadi “lupa” akan identitas diri dan misi-Nya di dunia ini. Ia mengatakan kepada orang tua-Nya bahwa Ia harus berada di rumah Bapa-Nya (2:49). Sebutan “Bapa” menunjuk kepada Pribadi Allah yang Pertama. Meskipun masih muda belia, kemampuan bersoal jawab dengan para alim ulama di Bait Allah menunjukkan bahwa Yesus Kristus memiliki kecerdasan luar biasa yang menakjubkan bagi orang-orang yang menyaksikan percakapan itu (2:47).

Meskipun sadar akan identitas-Nya, Yesus Kristus menaati orang tua-Nya, yaitu Maria dan Yusuf. Perkataan “...dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka...” (2:51) mengandung makna bahwa Ia tetap tunduk kepada orang tua-Nya.” Sikap seperti ini sangat luar biasa bila kita mengingat bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah, Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Mencipta, Yang Mahatahu, dan Yang Mahakuasa. Sebagai Manusia sejati, Ia tunduk kepada orang tua-Nya. Sejak kecil, Yesus Kristus telah melakukan “kenosis” atau mengosongkan diri, yaitu dengan merendahkan diri-Nya, bahkan sampai Ia rela mati di kayu salib (bandingkan dengan Filipi 2:7-8). Bagi Yesus Kristus—Sang Anak Allah—tunduk kepada orang tua-Nya itu merupakan wujud merendahkan diri.

Sikap Tuhan Yesus terhadap Yusuf dan Maria merupakan teladan bagi kita dalam bersikap terhadap orang tua. Orang percaya tidak boleh mengikuti tradisi dan kepercayaan yang tidak sesuai dengan firman Tuhan, seperti menyembah arwah leluhur, namun kita harus menghor-mati orang tua kita dengan segenap hati. Perayaan Imlek merupakan kesempatan baik untuk menunjukkan rasa hormat dan kasih sayang kepada orang tua. Jika orang tua kita belum percaya, perayaan imlek sekaligus merupakan kesempatan untuk memberitakan kasih Kristus kepada mereka dan kepada anggota keluarga lain yang belum percaya. Apakah Anda sudah meneladani Tuhan Yesus dengan mengasihi dan menghormati orang tua Anda? [WY]

Damai Sesungguhnya

Lukas 2:1-40

Yesus Kristus dilahirkan pada masa pemerintahan Kaisar Agustus (2:1). Kaisar Agustus adalah Kaisar Romawi yang pertama, sekaligus kaisar yang berhasil mendatangkan kedamaian bagi bangsa Romawi. Kondisi damai ini dikenal dengan nama Pax Romana, sebuah istilah bahasa Latin yang berarti “kedamaian Romawi”. Meskipun masih ada sedikit perang, ekspansi, dan pemberontakan, namun pada masa Pax Romana ini, bangsa Romawi berhasil memperluas wilayah mereka, dan negara dalam keadaan yang stabil. Mungkin, keadaan negara yang stabil inilah yang membuat Kaisar Agustus memerintahkan agar dilakukan sensus di seluruh wilayah kekuasaannya. Selama lebih kurang dua abad, bangsa Romawi mengalami kondisi damai. Kondisi ini merupakan prestasi Kaisar Agustus yang luar biasa.

Orang-orang pada masa itu sangat berharap bahwa Kaisar Agustus dapat membawa kedamaian bagi seluruh dunia. Akan tetapi, kedamaian yang tercapai pada masa pemerintahan Kaisar Agustus itu bukanlah kedamaian yang sesungguhnya. Walaupun situasi damai dalam arti tidak ada perang, hati manusia belum tentu merasa damai. Malaikat memberitakan bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat yang membawa damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya (2:10-14). Damai sejahtera yang diberikan oleh Tuhan Yesus ini adalah damai yang dibutuhkan semua orang. Damai sejahtera yang diberikan Allah adalah shalom yang mengandung makna keutuhan (wholeness). Shalom didapatkan saat seseorang berdamai dengan Allah, dengan orang lain, dan dengan diri sendiri. Shalom adalah keselamatan dari dosa. Dosalah yang membuat manusia terpisah dari Allah, dari orang lain, dan dari diri sendiri. Siapakah yang dapat menyelamatkan kita dari dosa? Hanya Yesus Kristus—Anak Allah—yang dapat menyelamatkan kita karena Dialah Korban Penebus Dosa kita.

Kaisar Agustus adalah seorang kaisar yang luar biasa, namun ia tidak dapat menyelamatkan manusia dari dosa dan tidak dapat memberikan damai sejahtera yang sesungguhnya. Damai sejahtera itu disediakan bagi orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya. Artinya, damai sejahtera itu akan bisa didapatkan saat seseorang merespons anugerah yang diberikan Tuhan kepada-Nya. Apakah Anda sudah memperoleh damai sejahtera itu? [WY]

Respons Terhadap Pekerjaan Allah

Lukas 1:57-80

Dalam Alkitab, kita menemukan berbagai respons yang berbeda terhadap apa yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus. Ada yang percaya saat melihat sendiri, ada yang percaya walaupun hanya mendengar berita, ada pula yang tidak percaya, bahkan menolak dan membenci Yesus Kristus serta para pengikut-Nya. Bagaimana respons orang-orang di sekitar Zakharia dan Elisabet saat melihat pekerjaan Tuhan atas pasangan suami istri di atas? Pertama, mereka bersukacita bersama-sama dengan Elisabet (1:58). Inilah respons yang semestinya dari orang-orang yang hidup takut akan Allah. Mereka turut bersukacita saat melihat orang lain mengalami rahmat, berkat, dan kebaikan Tuhan. Sebaliknya, orang-orang yang hatinya tidak sungguh-sungguh takut akan Tuhan akan merasa iri hati, kecewa, dan marah saat melihat pekerjaan Tuhan di dalam kehidupan orang lain. Ada orang-orang yang merasa tidak senang saat melihat orang lain yang dulunya hidup susah, sekarang menjadi sukses karena kebaikan Tuhan. Orang-orang semacam ini menginginkan agar orang lain tetap mengalami kesusahan, dan hanya mereka saja yang mengalami kesuksesan. Jelas bahwa respons semacam itu adalah respons terhadap pekerjaan Tuhan yang tidak semestinya.

Kedua, mereka takjub—kata yang diterjemahkan sebagai “heran” dalam 1:63 dapat diterjemahkan menjadi “takjub”—saat melihat bahwa Zakharia memberi nama “Yohanes” kepada anaknya, sama seperti nama yang diberikan oleh Elisabet, istri Zakharia. Perlu dicatat bahwa Zakharia tampaknya bukan hanya bisu, melainkan juga tuli, karena mereka berbicara kepadanya dengan memberi isyarat (1:62). Respons yang semestinya saat melihat pekerjaan Tuhan adalah merasa takjub atau kagum. Kasih dan kesetiaan-Nya membuat Tuhan melakukan perbuatan-perbuatan ajaib di dalam hidup kita. Sudah sepatutnya bila kita merasa takjub atas kebesaran dan kemahakuasaan Tuhan.

Ketiga, mereka ketakutan (1:65). Ketakutan ini bukan ketakutan karena ancaman atau teror, melainkan ketakutan dalam arti merasa segan. Ketakutan ini mengandung rasa hormat. Melihat bahwa Zakharia yang bisu tuli dipulihkan secara ajaib, mereka merasa takut kepada Allah. Apakah respons Anda juga seperti itu saat menyaksikan pekerjaan Tuhan dalam hidup Anda atau dalam hidup orang lain? Apakah hidup Anda menjadi semakin takut akan Allah? [WY]