Jangan Berkecil Hati

Lukas 13:18-35

Apakah Anda pernah merasa kecewa karena merasa bahwa pelayanan yang Anda lakukan tidak berdampak besar atau tidak menunjukkan hasil yang diharapkan? Merintis pos pelayanan di daerah yang bersikap menolak serta melayani anak-anak kecil yang tampaknya tidak memahami apa yang kita ajarkan dapat membuat kita kecewa dan kehilangan semangat.

Tuhan Yesus mengajarkan perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi kepada murid-murid-Nya untuk menjelaskan bahwa Kerajaan Allah itu mula-mula mungkin terlihat kecil dan tidak berarti. Namun, berita Injil yang kita taburkan itu bisa berkembang menjadi besar. Biji sesawi adalah benih paling kecil yang dikenal oleh orang-orang Yahudi pada zaman itu. Namun, benih yang sangat kecil ini—yang panjangnya hanya 1 mm—dapat bertumbuh menjadi pohon yang tingginya sampai 3 m, sehingga dapat menampung burung-burung yang hinggap dan tinggal di pohon itu. Hal ini menunjukkan bahwa pohon sesawi itu telah memiliki cabang-cabang yang lebar dan rimbun. Sungguh, pertumbuhan biji sesawi menjadi sebuah pohon itu amat drastis. Pengaruh ragi juga luar biasa. Ragi yang sedikit bila dicampurkan ke dalam adonan roti dapat membuat adonan roti itu mengembang sampai menjadi beberapa kali lipat ukuran semula. Kedua perumpamaan di atas menunjukkan bahwa walaupun Kerajaan Allah itu semula terlihat amat kecil, Kerajaan Allah itu akan berkembang menjadi besar. Kata “besar” di sini tidak harus berarti menjadi banyak, namun dapat pula berarti berpengaruh atau menjadi berkat atau memberi manfaat yang dirasakan oleh masyarakat di sekitarnya. Bila pohon sesawi dapat menjadi penunjang hidup bagi burung-burung dan ragi dapat membuat rasa roti menjadi lebih nikmat, Kerajaan Allah dapat menjadi besar secara jumlah serta dapat berdampak besar bagi banyak orang.

Kedua perumpamaan yang kita baca hari ini mengingatkan kita agar jangan berkecil hati atau menjadi kecewa bila pelayanan untuk membangun Kerajaan Allah yang kita kerjakan belum menjadi sebesar yang kita harapkan. Semua pelayanan selalu dimulai dari kecil. Bila kita tekun mengerjakan pelayanan yang telah Allah percayakan kepada kita, Allah Sang Pemilik Pelayanan itu akan membuat pelayanan kita menjadi besar pada waktu yang Ia tetapkan. [WY]

Kasih Pada Sesama

Lukas 13:1-17

Ketika Tuhan Yesus ditanya oleh seorang ahli Taurat yang hendak mencobai Dia, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat, Beliau menjawab, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:37-39). Jawaban ini tercermin dalam prioritas pelayanan-Nya.

Kepala rumah ibadat gusar karena Tuhan Yesus menyembuhkan seorang perempuan yang dirasuk roh kelemahan pada hari Sabat (Lukas 13:10-14, Terjemahan Literal). Perempuan ini pasti sangat menderita! Bayangkan bahwa selama delapan belas tahun, dia dirasuk oleh roh yang membuat badannya sakit sampai menjadi bungkuk dan tidak dapat berdiri dengan tegak (13:11). Ketika melihat perempuan itu, Tuhan Yesus memanggil dan membebaskan dia dari roh jahat yang merasukinya. Tuhan Yesus berkata kepada perempuan itu, “Hai wanita, engkau telah dibebaskan dari kelemahanmu” (13:12, Terjemahan Literal). Respons yang sepantasnya dari orang yang menyaksikan kejadian itu adalah memuliakan Allah dan bersukacita (13:13,17). Mengapa kepala rumah ibadat malah gusar dan memarahi orang banyak? Dia gusar karena dalam hatinya tidak ada kasih kepada orang lain. Ia sekadar beragama, namun tidak sungguh-sungguh mengasihi Allah di dalam hatinya. Ia melakukan aktivitas agama, menaati hukum, bukan karena mengasihi Allah, melainkan untuk kepentingan diri sendiri. Ia ingin menikmati berkat keselamatan bagi diri sendiri. Tuhan Yesus menegur kepala rumah ibadat yang telah bersikap munafik: Bila hewan miliknya saja tetap diberi minum pada hari Sabat, mengapa perempuan yang juga merupakan keturunan Abraham tidak boleh dibebaskan dari kelemahan atau penyakitnya pada hari Sabat? (13:15-16). Masyarakat Yahudi lebih menghargai pria daripada wanita. Akan tetapi, di mata Tuhan Yesus, perempuan itu berharga. Oleh karena itu, Tuhan Yesus membebaskan perempuan itu dari kuasa setan dan dari “penindasan” yang dilakukan para pemimpin rohani saat itu. Ingatlah bahwa orang yang taat beragama belum tentu memiliki kasih. Hanya orang yang sudah bertobat dan menerima kasih Yesus Kristus saja yang mampu mengasihi dengan sungguh-sungguh. Apakah Anda sudah mengasihi sesama? [WY]

Siap Sedia

Lukas 12:35-59

Peristiwa apa yang biasanya membuat Anda merasa gugup? Biasanya, seseorang merasa gugup bila mendadak menghadapi keadaan yang tidak pernah diduga sebelumnya. Kita gugup karena tidak menyiapkan diri sebelumnya. Kita kaget saat menghadapi keadaan yang terjadi secara tiba-tiba karena hati kita tidak siap. Misalnya, bila orang tua yang kita sayangi meninggal tanpa tanda-tanda sebelumnya, kita akan menjadi sangat kaget dan sulit menerima kenyataan. Ketidaksiapan menghadapi keadaan itulah yang membuat kita merasa gugup dan tidak mengerti apa yang harus dilakukan saat itu.

Kedatangan Kristus akan terjadi secara tiba-tiba. Tuhan Yesus telah mengingatkan para murid-Nya—dan kita juga—agar senantiasa waspada. Perkataan “hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala” (12:35) adalah perintah agar kita senantiasa siap sedia melakukan sesuatu. Kalimat ini biasanya ditujukan bagi seorang hamba yang harus selalu dalam keadaan siap sedia untuk melakukan tugas saat tuannya datang. Seorang hamba yang baik tidak akan tertidur saat ditinggal pergi oleh tuannya. Ia akan selalu mengikat pinggangnya dan menyalakan pelitanya ketika malam tiba. Ia tidak akan berpikir, “Tuanku tidak akan pulang malam ini. Oleh karena itu, saya ingin tidur saja.” Ia akan siap sedia menanti kedatangan tuannya. Dalam perumpamaan ini, dicatat bahwa tuan itu mungkin akan pulang tengah malam atau dini hari (12:38), yaitu pada saat yang tidak terduga. Yang jelas, tuannya pasti akan pulang ke rumah. Tuhan Yesus pun akan datang pada saat yang tidak disangka-sangka. Ia akan datang secara mendadak seperti cara kedatangan seorang pencuri (12:39-40). Setiap orang yang menanti dengan siap sedia akan diberi upah, dan setiap orang yang tidak siap sedia menanti—apa lagi yang melakukan hal-hal yang jahat—akan mendapat balasan yang setimpal (12:43-46). Kita tidak tahu kapan Tuhan Yesus akan datang. Waktu sudah lama berlalu sejak kedatangan-Nya yang pertama. Banyak orang sudah lupa dan tidak lagi menanti-nanti kedatangan Tuhan Yesus seantusias para murid dan orang Kristen mula-mula. Walaupun kita tidak tahu apakah Tuhan Yesus akan datang sebelum atau sesudah kita mati, kita harus selalu siap sedia menanti kedatangan-Nya. Apakah cara hidup Anda menunjukkan bahwa Anda sedang menanti kedatangan Kristus? [WY]

Anugerah Tuhan Cukup

Lukas 12:1-34

Yesus Kristus mengetahui dengan jelas apa yang akan dialami oleh murid-murid-Nya setelah Ia kelak meninggalkan mereka. Murid-murid akan mengalami penganiayaan karena iman mereka kepada Kristus. Oleh karena itu, Ia mempersiapkan mereka dengan memberikan pesan-pesan yang kelak akan mereka ingat ketika mereka benar-benar mengalami penganiayaan itu.

Pesan utama yang disampaikan Tuhan Yesus adalah agar murid-murid-Nya tidak bersikap munafik (12:1). Penganiayaan yang berat dapat membuat orang bersikap munafik agar tidak dikenal sebagai orang yang beriman. Mereka berpura-pura tidak beriman agar terhindar dari penganiayaan. Tuhan Yesus mengingatkan agar para murid-Nya tidak bersikap munafik karena beberapa alasan: Pertama, cepat atau lambat, kemunafikan pasti akan terbongkar. Sama seperti bau busuk tidak dapat ditutup-tutupi, demikian pula setiap kemunafikan pasti akan tersingkap (12:2-3). Kedua, Tuhan Yesus mengingatkan bahwa yang harus kita takuti hanya Allah saja, bukan manusia (12:4-5). Manusia dapat menganiaya kita, bahkan dapat membunuh kita. Akan tetapi, iman kita kepada Yesus Kristus menjamin bahwa kita telah memiliki hidup yang kekal. Bila kita bersikap munafik dengan berpura-pura menjadi orang yang tidak beriman, sebenarnya iman kita meragukan: Apakah kita telah benar-benar percaya kepada Tuhan Yesus atau sebenarnya kita belum sungguh-sungguh percaya? Ketiga, saat kita mengalami penganiayaan, sebenarnya Allah tetap mengontrol segala sesuatu dan hidup kita ada di dalam tangan-Nya. Jika waktunya belum tiba, Allah tidak akan mengizinkan kita mengalami penganiayaan yang bisa menimbulkan bahaya atau menyebabkan kematian (12:6-7). Keempat, Roh Kudus yang ada di dalam hati kita akan memberi kita hikmat untuk menghadapi penganiayaan yang disebabkan karena iman kita (12:11-12). Rasul Petrus dan Rasul Paulus selalu memiliki hikmat yang berasal dari Roh Kudus, sehingga mereka sanggup menghadapi orang-orang yang menganiaya mereka. Ingatlah bahwa kemunafikan dapat berkembang menjadi penyangkalan iman (12:8-9). Bila menghadapi penganiayaan, seharusnya orang percaya memiliki kerelaan menanggung penderitaan karena anugerah Tuhan selalu cukup. Apakah Anda telah siap bila Anda harus mengalami penderitaan? [WY]

Mata Yang Baik

Lukas 11:29-54

Apa maksud perkataan “Matamu adalah pelita tubuhmu”? (11:34). Apakah mata benar-benar dapat menerangi seluruh tubuh kita secara harfiah? Dalam bacaan Alkitab hari ini, sebutan “mata” bersifat metafora atau kiasan. Sebutan “mata” di sini menunjuk kepada cara pandang atau pola pikir seseorang terhadap sesuatu. Jika cara pandang kita baik, maka teranglah seluruh tubuh kita. Sebaliknya, jika cara pandang kita jahat, maka gelaplah seluruh tubuh kita (11:34). Dari mana seseorang memperoleh cara pandang terhadap sesuatu? Cara pandang seseorang sangat dipengaruhi oleh iman dan kerohaniannya. Jika seseorang memiliki iman yang benar dan kerohanian yang baik, cara pandangnya pasti baik. Sebaliknya, jika iman dan kerohanian seseorang tidak baik, cara pandangnya pasti jahat.

Cara pandang seseorang terhadap kehidupan akan berpengaruh terhadap perilaku dan sikap hidupnya, sama seperti pandangan mata jasmani akan mempengaruhi sikap anggota tubuh yang lain. Cara pandang yang baik akan menghasilkan perilaku yang baik, sedangkan cara pandang yang jahat akan membuat perilaku seseorang menjadi gelap (buruk). Oleh karena itu, Tuhan Yesus berpesan agar kita menjaga supaya terang yang ada pada diri kita tidak menjadi kegelapan (11:35). Apa yang bisa membuat terang di dalam diri kita menjadi gelap? Dalam Matius 6:22-23, Tuhan Yesus menjelaskan tentang mata yang jahat dan mata yang baik. Mata yang baik dan mata yang jahat itu menentukan cara pandang terhadap harta (bandingkan dengan Matius 6:19-24). Jadi, hati menentukan cara pandang terhadap harta, dan cara pandang terhadap harta menentukan perilaku. Mata yang baik berasal dari hati yang mengabdi kepada Allah, sedangkan mata yang jahat berasal dari hati yang mengabdi kepada mamon atau kekayaan. Hati yang mengabdi kepada mamon membuat mata seseorang menjadi jahat karena ia menganggap kekayaan sebagai hal yang terpenting dalam hidupnya. Cara pandang semacam ini akan menghasilkan perilaku yang jahat karena orang yang terlalu mencintai uang adalah orang yang tidak takut akan Allah dan tidak pantang melakukan perbuatan jahat. Sebaliknya, orang yang hatinya diabdikan kepada Allah akan memiliki mata yang baik karena firman Tuhan menjadi pelita yang menerangi hidupnya. Mata seperti apa yang Anda miliki? [WY]

Gigih Berdoa

Lukas 11:1-28

Sebelum memasuki masa pandemi, banyak orang bingung saat ditanya tentang pokok doa yang ingin didoakan. Banyak orang yang hidupnya sehat, usahanya lancar, bahkan mengalami kelimpahan berkat sehingga bingung untuk mengutarakan pokok doa. Sekarang, pada masa pandemi, ketika ditanya tentang pokok doa, mereka memiliki banyak pokok doa yang ingin didoakan karena tidak ada orang yang tidak terimbas oleh pandemi. Hal ini menunjukkan bahwa doa sering dianggap sebagai bagian dari upaya untuk mendapatkan sesuatu. Saat kehidupan lancar, banyak orang merasa tidak memerlukan apa pun, sehingga doa pun dianggap sebagai tidak diperlukan. Ketika mengalami kesusahan hidup, barulah banyak orang merasa butuh berdoa.

Dalam bacaan Alkitab hari ini, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa doa seharusnya dilakukan secara gigih dan dengan penuh iman. Beliau mengajar melalui sebuah perumpamaan tentang seorang yang meminta roti kepada sahabatnya pada tengah malam (11:5-8). Meskipun sudah tengah malam—sehingga saat itu bukan waktu yang tepat untuk bertamu—ia tetap pergi untuk meminta roti kepada sahabatnya. Ia bisa saja membatalkan niatnya karena pertimbangan bahwa temannya mungkin sudah tidur dan tidak mau membukakan pintu baginya. Namun, ia tetap pergi ke rumah temannya dan meminta. Mungkin, semula temannya malas bangun atau pura-pura tidak mendengar panggilan tengah malam itu. Akan tetapi, karena orang itu mengetuk terus-menerus, sahabatnya akhirnya bangun dan memberikan roti kepadanya. Perkataan “namun karena sikapnya yang tidak malu itu” (11:8) dapat pula diterjemahkan menjadi “namun karena kegigihannya itu”. Tuhan ingin agar kita berdoa dengan gigih, dengan penuh iman, bahwa kita akan menerima apa yang kita minta. Kita harus berdoa dengan keyakinan yang sama seperti seorang anak yang meminta kepada orang tuanya. Seorang anak tidak pernah punya banyak pertimbangan untuk meminta. Mereka bisa meminta dan terus meminta sampai orang tuanya mengabulkan permintaan mereka.

Tuhan tidak selalu mengabulkan permintaan kita. Namun, Ia akan memberikan yang jauh lebih baik sesuai dengan kasih karunia-Nya bagi kita. Apakah Anda sudah membiasakan diri untuk terus berdoa dengan gigih dan dengan mempercayai Allah? [WY]

Belas Kasihan

Lukas 10:21-42

Apakah inti dari hukum Taurat? Saat seorang ahli Taurat mencobai Tuhan Yesus dengan menanyakan apa yang harus diperbuat untuk memperoleh hidup kekal, Tuhan Yesus balik bertanya dan ahli Taurat itu menjawab, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (10:27). Jawaban itu merupakan inti dari hukum Taurat (bandingkan dengan Matius 22:36-40). Tuhan Yesus membenarkan jawaban ahli Taurat tu. Namun, pengetahuan tidak akan bermanfaat jika tidak diterapkan. Oleh karena itu, Tuhan Yesus meminta ahli Taurat itu melakukan apa yang ia ketahui (Lukas 10:28).

Sangat mengejutkan bahwa ahli Taurat itu kemungkinan besar belum melakukan apa yang ia ketahui. Untuk membenarkan diri, ahli Taurat itu kembali bertanya, “Dan siapakah sesamaku manusia?” (10:29). Pertanyaan ini menunjukkan bahwa ia belum mengasihi sesama dengan semestinya. Mungkin, ia memilih-milih orang yang ia kasihi. Kasihnya bersyarat! Sebagai jawaban, Tuhan Yesus menyampaikan sebuah perumpamaan yang sangat terkenal, yaitu perumpamaan tentang orang Samaria yang bermurah hati menolong orang yang terkapar di jalan karena dipukul perampok. Sebelumnya, ada seorang imam dan seorang Lewi yang menghindar karena tidak mau menolong. Kisah ini merupakan ironi karena imam dan orang Lewi dipandang sebagai golongan terhormat, sedangkan orang Samaria dipandang rendah karena mereka adalah orang Israel yang melakukan kawin campur dengan bangsa kafir. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa sesama bukanlah “siapa” melainkan “bagaimana”. Siapa pun diri Anda, bila Anda tidak memiliki belas kasihan yang terwujud di dalam perbuatan Anda, Anda belum menjadi sesama bagi orang lain. Perumpamaan di atas mengajarkan bahwa mengasihi sesama seperti diri sendiri berarti bertindak berdasarkan belas kasihan. Dalam Matius 9:13, Tuhan Yesus mengatakan, “Yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” Bagaimana Anda dapat memiliki belas kasihan kepada orang lain? Bila Anda sudah mengalami belas kasihan Allah, Roh Kudus akan memampukan Anda untuk memiliki belas kasihan terhadap orang lain. [WY]

Doa Dalam Pelayanan

Lukas 10:1-20

Manakah yang lebih penting: berdoa atau melayani? Keduanya sama penting dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Untuk bisa melayani dengan baik, kita harus berdoa. Tanpa doa, pelayanan kita merupakan pelayanan yang bergantung kepada diri sendiri, bukan kepada Allah. Tanpa doa, pelayanan kita akan terasa melelahkan, menjadi beban, dan tidak memiliki fokus. Doa berarti kita melibatkan Allah dalam pelayanan yang kita lakukan.

Tuhan Yesus menunjuk dan mengutus 70 murid untuk pergi berdua-dua mendahului Dia ke kota atau tempat yang hendak Ia kunjungi. Dia tahu bahwa waktu-Nya tidak banyak (9:51). Oleh karena itu, Ia mengutus para murid untuk pergi dan memberitakan Injil Kerajaan Allah ke semua tempat yang hendak Ia kunjungi. Dia melihat bahwa tuaian—yaitu orang-orang yang membutuhkan Injil—banyak, tetapi pekerja—yaitu orang-orang yang bersedia pergi memberitakan Injil—sedikit. Oleh karena itu, Tuhan Yesus berkata, “Mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (10:2). Dalam Alkitab bahasa Inggris versi ESV, kata “mintalah” ini diterjemahkan menjadi “berdoalah dengan sungguh-sungguh”. Hal ini berarti bahwa kita perlu berdoa dengan sungguh-sungguh agar Allah Bapa—Sang Empunya tuaian—mengirim para pekerja untuk menuai tuaian. Tuaian adalah milik Allah Bapa. Allah Bapa akan mengirim orang-orang untuk menuai. Pada umumnya, banyak orang bersedia melakukan pekerjaan yang menghasilkan uang. Namun, untuk melayani Tuhan, amat sulit menemukan orang yang memiliki kesungguhan hati. Kata “mengirimkan” dalam ayat tersebut berarti mendorong dengan kuat. Tidak mudah bagi orang berdosa untuk melakukan pelayanan bagi Kerajaan Allah, sehingga Allah Bapa harus mendorong dengan kuat, agar seseorang bersedia pergi atau bekerja bagi Allah.

Pelayanan yang sulit hanya dapat diterobos dengan doa. Sayangnya, orang Kristen tidak selalu memprioritaskan doa dan sering kali lebih mementingkan strategi dan program pelayanan. Strategi dan program itu baik dan perlu, tetapi berdoa dengan sungguh-sungguh untuk pelayanan harus diprioritaskan. Apakah Anda sudah membiasakan diri untuk mendoakan pelayanan dengan sungguh-sungguh? [WY]

Tuhan Yesus Yang Utama

Lukas 9:43b-62

Apa yang dituntut Tuhan Yesus dari para pengikut-Nya? Dia menun-tut totalitas atau keseluruhan hidup kita! Karena Dia adalah Allah dan Juruselamat kita, kita harus mengutamakan Dia dalam hidup kita. Komitmen ini tidak berlebihan karena Beliau memang layak mendapat tempat paling utama dalam hidup kita. Sulitnya tuntutan mengutamakan Kristus itu terlihat dalam perbincangan di 9:57-62. Pertama, kehendak Kristus harus lebih diutamakan daripada kesenangan serta kenyamanan diri sendiri. Tuhan Yesus berkata kepada seseorang yang ingin mengikut Dia, “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (9:58). Mengikut Tuhan Yesus itu sangat sulit karena pelayanan yang Dia lakukan tidak mudah. Ingatlah bahwa perkataan di atas tidak berarti bahwa pengikut Kristus harus hidup tanpa tempat tinggal. Akan tetapi, perkataan itu berarti bahwa kita harus siap melepaskan kenyamanan diri kita.

Kedua, Kristus harus lebih diutamakan daripada keluarga kita sendiri. Tuntutan ini sangat sulit dilakukan. Kebanyakan orang lebih mementingkan suami, istri, atau anak daripada kehendak Allah. Orang kedua diundang langsung oleh Tuhan Yesus, tetapi ia tidak bersedia mengikut Kristus sebelum ayahnya meninggal. Kemungkinan besar, ayah orang itu belum meninggal. Jika ayahnya sudah meninggal dan ia sedang menanti waktu penguburan, dia tidak mungkin berada bersama-sama dengan Tuhan Yesus saat itu. Dia beranggapan bahwa tanggung jawab terhadap keluarga lebih penting daripada mengikut Kristus. Ingatlah bahwa tanggung jawab terhadap keluarga tidak boleh diabaikan. Akan tetapi, bila kita mengutamakan Kristus, kita bisa meyakini bahwa Tuhan pasti memelihara keluarga kita. Tuhan Yesus berkata bahwa orang yang mati bisa diurus oleh mereka yang mati secara rohani, sehingga orang itu seharusnya pergi memberitakan Injil (9:59-60).

Ketiga, Kristus harus lebih diutamakan daripada relasi dengan masa lalu. Tuhan Yesus berkata, “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (9:62). Beliau menginginkan agar para pengikut-Nya memusatkan perhatian pada pelayanan yang Ia percayakan, bukan pada masa lalu atau pada ikatan-ikatan relasi yang menghalangi pelayanan. [WY]

Mengikut Kristus

Lukas 9:22-43a

Apakah arti mengikut Tuhan Yesus? Mengikut Tuhan Yesus berarti menyangkal diri, memikul salib setiap hari, dan mengikuti Dia (9:23). Setiap orang yang sungguh-sungguh mau mengikut Tuhan Yesus harus mengikuti perkataan dan teladan yang Dia berikan. Sayangnya, sejak abad pertama sampai masa kini, banyak orang memiliki pemahaman yang keliru tentang Yesus Kristus sebagai Sang Mesias. Orang-orang Yahudi pada abad pertama mengharapkan kedatangan Mesias yang akan membebaskan mereka dari penjajahan pemerintah Romawi, bukan Mesias yang menderita sampai mati di kayu salib (9:22). Mereka tidak menyadari bahwa setiap orang yang mengikut Tuhan Yesus harus memikul salib atau mengalami penderitaan sebagai pengikut Kristus.

Perkataan Tuhan Yesus bahwa para pengikut-Nya harus memikul salib mengandung pengertian melakukan secara sukarela. Perkataan “menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari” adalah kalimat aktif, artinya orang yang mengikuti Tuhan Yesus harus memikul salib dengan kemauan sendiri. Perhatikan bahwa pada zaman itu, seseorang memikul salib karena pemaksaan. Seorang yang hendak dihukum dengan cara dipaku di kayu salib akan mengalami berbagai penyiksaan, termasuk dipaksa memikul salibnya sendiri sampai ke tempat penyaliban. Memikul salib bukan hanya merupakan penyiksaan, tetapi juga merupakan penghinaan berat. Di sepanjang jalan, banyak orang yang menyaksikan dan mengolok-olok. Sungguh menyakitkan hati! Oleh karena itu, bila Tuhan Yesus meminta agar para pengikut-Nya memikul salib secara sukarela setiap hari, hal itu berarti bahwa dalam kehidupan sehari-hari, mereka harus menghadapi berbagai macam penderitaan karena iman kepada Yesus Kristus yang harus ditanggung secara sukarela.

Perintah Tuhan untuk memikul salib itu bukan tanpa alasan. Setiap orang yang memikul salib sedang berjalan menuju ke surga dan mem-peroleh hidup kekal (9:24-25). Sikap menolak salib, lalu hidup mengikuti keinginan dunia akan membawa seseorang menuju pada kematian kekal. Seseorang yang sudah memperoleh anugerah keselamatan, sudah dilahirkan kembali, akan dipimpin oleh Roh Kudus untuk memikul salib secara sukarela. Walaupun memikul salib itu tidak mudah dan mungkin berarti harus mencucurkan air mata, Roh Kudus akan memampukan para pengikut Kristus. [WY]