Mengambil Keputusan

Lukas 23:1-12

Tuhan Yesus dibawa ke hadapan Pilatus karena hukum Romawi pada waktu itu tidak mengizinkan Mahkamah Agama Yahudi mengambil keputusan untuk menjatuhkan hukuman mati terhadap seorang yang dianggap bersalah. Hukuman mati hanya bisa diputuskan oleh pemerintah (bandingkan dengan Yohanes 18:31). Oleh karena itu, agar bisa menghukum mati Tuhan Yesus tanpa melanggar hukum pemerintah Romawi, para pemimpin agama itu tidak mempunyai pilihan selain memaksa pemerintah meluluskan permintaan mereka. Yang berhak mengambil keputusan saat itu adalah Pontius Pilatus selaku prokurator Romawi di daerah Yudea. Prokurator Romawi adalah orang yang memiliki wewenang untuk mewakili kaisar Romawi dalam pengadilan negeri pada zaman itu. Fungsi prokurator mirip dengan pengacara. Namun, sebagai prokurator, Pilatus memiliki wewenang untuk memutuskan sendiri perkara-perkara yang diajukan kepadanya.

Pilatus sempat menginterogasi Tuhan Yesus. Namun, tampaknya Pilatus tidak benar-benar ingin menelusuri kasus yang diajukan para pemimpin agama itu. Bahkan, saat mengetahui bahwa Yesus Kristus berasal dari Galilea, ia mengirim Dia kepada Herodes Antipas yang merupakan gubernur di wilayah Galilea saat itu. Herodes berusaha menginterogasi, tetapi Tuhan Yesus sama sekali tidak mau menjawab pertanyaan Herodes. Herodes tidak benar-benar serius menangani kasus tersebut. Oleh karena itu, setelah ia dan pasukannya menista dan mengolok-olok Tuhan Yesus, Herodes mengembalikan Yesus Kristus kepada Pilatus (23:10-11). Dengan demikian, Pilatus harus membuat keputusan sendiri. Sebenarnya, ia tahu bahwa Yesus Kristus tidak bersalah. Pilatus ingin membebaskan Yesus Kristus, tetapi ia takut terhadap ancaman orang-orang Yahudi (23:23; bandingkan dengan Yohanes 19:7-16). Akhirnya, ia menyerah terhadap tuntutan massa dan terpaksa mengabulkan tuntutan untuk menyalibkan Yesus Kristus.

Setiap orang yang mendengar berita Injil harus menetapkan sikap terhadap Yesus Kristus. Kita tidak bisa memilih Yesus Kristus, tetapi sekaligus memilih dunia ini. Bila Anda memilih Yesus Kristus, Anda harus menjadi murid-Nya, bukan sekadar menjadi penggemar atau penonton. Bila Anda memilih dunia ini, Anda tidak bisa menjadi pengikut Yesus Kristus yang sejati. Apakah Anda sudah memilih? [WY]

Menahan Diri

Lukas 22:63-71

Dalam kehidupan ini, kadang-kadang kita harus menahan diri untuk tidak membela diri dan membiarkan Tuhan bekerja menolong kita. Saat kita disalahpahami atau dicurigai atau difitnah, biasanya kita berusaha membela diri untuk membenarkan diri kita. Akan tetapi, kadang-kadang, sikap yang terbaik adalah menahan diri untuk diam serta menanti Allah membela dan membenarkan diri kita.

Tuhan Yesus mengalami perlakuan yang tidak adil, jahat, bahkan keji dari orang-orang yang memusuhi diri-Nya. Ia ditangkap pada waktu malam secara diam-diam dan licik untuk menghindari keributan dari orang banyak yang senang mendengar pengajaran-Nya. Orang-orang yang menahan Dia mengolok-olok dan memukuli Dia. Tuhan Yesus menerima semua perlakuan jahat itu tanpa melawan, bukan karena Ia tidak mampu menghindar atau membalas, tetapi karena Ia menyadari bahwa penderitaan itu adalah bagian dari misi dan karya keselamatan yang sedang Ia kerjakan. Mengapa orang-orang itu dapat berbuat sedemikian keji, padahal Tuhan Yesus tidak pernah melakukan kejahatan apa pun yang merugikan diri mereka? Mereka berbuat seperti itu karena pada dasarnya, manusia berdosa merupakan seteru atau musuh Allah (bandingkan dengan Roma 5:10). Kita menjadi musuh Allah karena dosa telah menguasai diri kita. Tanpa pengorbanan Tuhan Yesus, kita tidak mungkin dapat berdamai dengan Allah. Tuhan Yesus menerima semua perlakuan yang tidak adil untuk mendamaikan kita dengan Allah. Oleh karena itu, bila kita menerima perlakuan yang tidak adil dan kita datang kepada Tuhan Yesus, Dia bisa memahami pergumulan kita dan memberi penghiburan kepada kita karena Ia pun pernah mengalami perlakuan buruk dan tidak adil di dalam hidup-Nya sebagai Manusia.

Dalam kehidupan ini, kita tidak bisa bebas dari perlakuan buruk dan ketidakadilan. Dosa membuat manusia bisa berbuat jahat tanpa alasan. Perlakuan buruk bisa datang dari rekan kerja atau atasan. Kita bisa difitnah oleh orang yang tidak suka atau iri terhadap diri kita. Kita bisa dijebak atau dicelakai oleh orang lain. Bagaimana sikap Anda saat menghadapi perlakuan buruk seperti itu? Apakah Anda melawan dan membalas perlakuan buruk dan tidak adil dengan perlakuan yang sama buruk? Atau sebaliknya, Anda membawa masalah itu dalam doa dan memohon agar Tuhan membela dan membenarkan diri Anda? [WY]

Pandangan Tuhan Yesus

Lukas 22:54-62

Kesengsaraan yang dialami Yesus Kristus dapat dikatakan sebagai paling berat yang belum pernah dialami oleh manusia biasa. Ia dikhianati oleh murid-Nya sendiri. Saat Ia menghadapi bahaya, murid-murid-Nya meninggalkan Dia, bahkan Petrus menyangkal dia sampai tiga kali. Saat berada di kayu salib, Ia mengalami penderitaan terberat yang membuat Ia mengeluh, yaitu ditinggalkan oleh Allah Bapa (Matius 27:46). Penderitaan-Nya yang sedemikian berat untuk menanggung hukuman dosa manusia itu tercermin dalam nubuat Yesaya 53.

Saat Tuhan Yesus menghadapi pengadilan agama di rumah Imam Besar, Petrus menyangkal Tuhan Yesus sampai tiga kali. Setelah ayam berkokok, Tuhan Yesus berpaling dan memandang Petrus (Lukas 22:61). Kata memandang di sini berarti melihat dengan ketertarikan, kasih, dan perhatian. Walaupun penyangkalan Petrus amat menyakitkan, Tuhan Yesus memandang Petrus dengan penuh kasih. Kemungkinan, Beliau mengkhawatirkan keadaan Petrus yang merasa sedih dan malu karena telah tiga kali menyangkal Guru-Nya. Pandangan penuh kasih dan pengampunan yang bebas dari rasa benci dan keinginan menghakimi itu mengungkapkan kasih yang luar biasa yang membuat Petrus menangis dengan sedih (22:62). Anugerah-Nya menopang iman Petrus (lihat 22:31-32). Saya yakin bahwa kasih Tuhan Yesus juga tertuju kepada setiap orang percaya. Ia sangat mengasihi kita sehingga Ia mau mengorbankan nyawa-Nya sendiri untuk kita. Bila Anda jatuh ke dalam dosa, ingatlah bahwa Tuhan Yesus sedang memandang diri Anda dengan penuh kasih. Ia ingin agar Anda kembali kepada-Nya. Anugerah-Nya tersedia bagi Anda dan saya. Petrus dapat bangkit dari keterpurukan dan bisa dipakai oleh Tuhan di kemudian hari hanya karena anugerah Tuhan.

Dalam dunia yang berdosa ini, kita tidak bisa luput dari dosa, bahkan mungkin saja kita sering berbuat dosa. Kita mungkin tidak melakukan dosa secara aktif. Akan tetapi, sebenarnya, saat kita tidak melakukan apa yang Tuhan kehendaki, kita sudah berdosa di hadapan Tuhan (bandingkan dengan Yakobus 4:17). Kita bisa berubah karena Allah telah berjanji untuk mengampuni kita saat kita mengakui dosa kita (1 Yohanes 1:9). Saat Anda melihat orang lain yang jatuh ke dalam dosa atau hidup jauh dari Tuhan, apakah Anda bisa memandang dengan kasih, atau Anda justru menghakimi mereka? [WY]

Seizin Tuhan

Lukas 22:47-53

Ingatlah bahwa Tuhan Yesus berhasil ditangkap dan disalibkan bukan karena Ia tidak dapat menghindar atau menyelamatkan diri, melainkan karena Ia sengaja menyerahkan diri-Nya! (Bandingkan dengan Yohanes 10:17-18). Para ahli Taurat dan imam-imam kepala yang memusuhi Tuhan Yesus berkali-kali mencari cara untuk menangkap dan membunuh Dia, namun mereka selalu mengurungkan niat mereka karena mereka takut terhadap orang banyak (Lukas 19:47-48; 20:19; 22:2). Mereka tidak mempunyai kuasa untuk melaksanakan rencana mereka. Yudas datang mencari mereka dan menawarkan rencana tipu muslihat untuk menangkap Tuhan Yesus secara diam-diam (22:4). Para ahli Taurat dan imam-imam kepala menerima tawaran itu dan mereka berkomplot menyusun siasat untuk menangkap Tuhan Yesus.

Orang-orang yang merencanakan kejahatan itu sama sekali tidak menyadari bahwa keberhasilan rencana mereka itu disebabkan karena Tuhan Yesus menyerahkan diri-Nya. Para ahli Taurat dan imam-imam kepala itu mungkin mengira bahwa mereka berhasil menangkap orang yang selama ini mereka benci karena telah sering mempermalukan mereka dengan menegur dan melawan perbuatan munafik mereka. Namun, tanpa sadar, mereka telah menjadi alat yang dipakai oleh Iblis (22:53). Walaupun Iblis memiliki kuasa untuk melakukan berbagai hal, kuasanya terbatas. Ia tidak bisa melakukan apa yang tidak diizinkan Allah. Kisah Ayub dengan jelas mengajar kita tentang kebenaran itu. Ayub bisa dicobai karena Allah memberi izin kepada Iblis. Tuhan Yesus dapat ditangkap karena memang waktu yang Allah tentukan sudah tiba, yaitu waktu saat Allah Bapa menyerahkan Dia kepada lawan-lawan-Nya untuk disalibkan atau waktu yang ditentukan Allah Bapa agar Anak-Nya mati sebagai korban tebusan bagi orang yang percaya kepada-Nya.

Allah telah memiliki rencana untuk melakukan segala sesuatu. Karena manusia yang terbatas tidak mampu memahami rencana-Nya, manusia sering meragukan Dia. Saat mengalami kesulitan dan masalah dalam kehidupan, mungkin kita menyangka bahwa Allah tidak peduli, bahkan mungkin ada yang meragukan bahwa Ia benar-benar ada. Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan bahwa Allah memegang kendali atas segala sesuatu, termasuk atas hal-hal buruk yang terjadi dalam kehidupan kita. [WY]

Terus Berdoa

Lukas 22:39-46

Puncak ketaatan Tuhan Yesus kepada Allah Bapa adalah kesediaan menerima cawan penderitaan yang harus Ia tanggung (22:42). Tuhan Yesus memohon agar kalau boleh, cawan itu lalu atau tidak perlu Ia minum. Sekalipun demikian, Tuhan Yesus rela menaati apa pun yang menjadi kehendak Allah Bapa. Bagaimana Tuhan Yesus dapat bertahan menghadapi segala kesulitan dalam pelayanan-Nya? Beliau setiap saat berdoa! Di saat paling sibuk pun, waktu untuk berdoa tidak ditinggalkan. Bacaan Alkitab hari ini menuturkan, “Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun.” (22:39). Perkataan “sebagaimana biasa” menunjukkan bahwa Tuhan Yesus biasa pergi ke tempat itu untuk berdoa. Dalam 21:37, disebutkan bahwa Tuhan Yesus bermalam di gunung yang bernama Bukit Zaitun. Ia khusus pergi ke sana untuk bermalam dan berdoa. Sebagai Pribadi Allah yang kedua, Yesus Kristus itu mahakuasa. Sekalipun demikian, Ia tetap menganggap penting persekutuan dengan Allah Bapa-Nya. Ia berdoa secara rutin dan tidak pernah mengabaikan waktu untuk berdoa.

Tuhan Yesus menasihati para murid-Nya agar berjaga-jaga dan berdoa supaya jangan jatuh ke dalam pencobaan (22:40). Doa adalah sarana yang sangat penting untuk bisa hidup taat seperti Yesus Kristus. Tanpa kehidupan doa yang baik, kita tidak mungkin bisa hidup berkenan kepada Allah. Iblis akan terus berupaya menggoda dan menjauhkan kita dari Tuhan. Bila kita tidak waspada, godaan kenikmatan dunia bisa menjatuhkan iman kita. Kehidupan doa yang baik bukanlah doa yang dilakukan sekali-sekali, melainkan kebiasaan seumur hidup. Doa harus dianggap seperti napas bagi kerohanian kita. Doa mengungkapkan ketergantungan kita kepada Allah. Sering terjadi bahwa Allah menguatkan dan menghibur kita saat kita berdoa. Saat Tuhan Yesus berdoa, seorang malaikat menampakkan diri kepada-Nya dan memberi kekuatan (22:43). Seharusnya, makin berat kesulitan yang kita hadapi, makin sering dan makin serius kita berdoa. Saat Tuhan Yesus sangat ketakutan menghadapi penderitaan yang akan Dia alami di kayu salib, Ia makin bersungguh-sungguh berdoa sampai peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah! (22:44). Apa pun masalah atau kesusahan yang Anda rasakan saat ini, berdoalah dengan sungguh-sungguh! Allah akan menguatkan dan menolong Anda! [WY ]

Siapa Yang Terbesar

Lukas 22:14-38

Kita hidup di zaman yang makin kompetitif. Sejak kecil, anak-anak di sekolah ada yang sudah diajar untuk berjiwa kompetitif. Anak-anak diajak mengikuti berbagai macam lomba yang memicu mereka untuk berupaya menjadi yang terbaik. Setelah beranjak dewasa, mereka menghadapi persaingan yang lebih ketat di dunia pendidikan maupun pekerjaan. Di satu sisi, sifat kompetitif akan memacu seseorang untuk berjuang menjadi lebih baik. Di sisi lain, sifat kompetitif bisa memunculkan berbagai akibat negatif. Obsesi menjadi juara bisa membuat seseorang menghalalkan segala cara untuk memenangkan lomba, termasuk dengan menipu dan berbuat curang. Ada pula yang menjadi stres karena tidak berhasil menjadi pemenang.

Tuhan Yesus mengajar murid-murid-Nya bahwa yang terbesar dalam Kerajaan Allah adalah orang yang melayani (22:26). Tentu saja, ajaran ini bertolak belakang dengan prinsip yang berlaku umum di dunia yang sangat kompetitif ini. Para murid Tuhan Yesus bertengkar untuk memperebutkan posisi paling besar di antara mereka. Perebutan posisi semacam ini adalah hal yang biasa terjadi di dunia ini. Banyak orang berusaha mendapat posisi utama atau tempat paling tinggi karena semua orang ingin dilayani dan tidak mau melayani. Posisi utama dianggap sebagai posisi orang yang harus dilayani, sehingga posisi tersebut diperebutkan. Orang percaya seharusnya meneladani Yesus Kristus. Sebagai Allah yang seharusnya disembah dan dijunjung tinggi, Tuhan Yesus justru melayani murid-murid-Nya. Dalam Injil Yohanes, terdapat kisah Tuhan Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (Yohanes 13:4-5). Setelah bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus, kita menjadi warga Kerajaan Allah dan Tuhan Yesus menjadi Raja di dalam kehidupan kita. Prinsip hidup kita seharusnya tidak lagi mengikuti prinsip hidup dunia ini, melainkan mengikuti prinsip-prinsip Kerajaan Allah yang sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus. Orang yang merebut posisi dengan kekerasan tidak akan mendapat damai sejahtera dalam hidupnya. Hanya pemimpin yang melayani dengan tulus yang akan dipakai Allah untuk menjadi berkat. Merupakan hal yang biasa bila orang-orang di dunia ini berkompetisi untuk menjadi yang terbesar. Akan tetapi, orang percaya seharusnya berlomba melayani dengan keyakinan bahwa anugerah Tuhan-lah yang akan membuat mereka menjadi besar. [WY]

Spiritualitas Palsu

Lukas 22:1-13

Sangat mengejutkan bila kita menyadari bahwa orang-orang yang bermufakat untuk membunuh Yesus Kristus adalah imam-imam kepala dan para ahli Taurat. Jelas bahwa mereka adalah orang-orang yang taat melakukan kewajiban keagamaan, rajin beribadah, rajin berdoa, dan rutin membaca Kitab Suci Sekalipun demikian, ternyata bahwa mereka tidak memiliki hati yang takut kepada Allah. Mereka lebih takut kepada manusia. Ketakutan kepada orang banyak membuat mereka mencari-cari jalan agar dapat menjalankan rencana membunuh Yesus Kristus tanpa berhadapan langsung dengan orang banyak yang senang mendengar pengajaran Tuhan Yesus (22:2). Jelas bahwa semua kegiatan keagamaan yang mereka lakukan tidak berpengaruh terhadap cara hidup mereka. Tidak adanya perubahan hidup membuktikan bahwa spiritualitas mereka bermasalah. Jika kita merasa sudah lama menjadi orang yang percaya kepada Kristus, tetapi sifat-sifat lama kita tidak berubah, kita harus bertanya kepada diri sendiri apakah spiritualitas kita selama ini sudah benar atau hanya merupakan spiritualitas yang palsu. Bila kita sudah benar-benar percaya kepada Kristus, Roh Kudus pasti sudah tinggal di dalam hati kita dan mengubah kehidupan kita, meskipun perubahan hidup itu tidak selalu berlangsung secara drastis.

Yudas adalah contoh lain dalam bacaan Alkitab hari ini yang terjebak oleh spiritualitas yang palsu. Ia sudah mengikut Tuhan Yesus selama beberapa tahun, namun kerohaniannya tidak beres. Yudas dikenal sebagai seorang pencuri (Yohanes 12:6). Yudas dipercaya untuk memegang kas tim pelayanan Tuhan Yesus. Namun, ia justru sering mencuri uang yang dia kelola. Yudas tidak pernah sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus sehingga ia tidak mengalami perubahan hidup. Sesungguhnya, Yudas tidak sungguh-sungguh mengabdi kepada Allah, melainkan mengabdi kepada mamon—artinya kekayaan atau keuntungan. Alkitab menyebut secara terus terang bahwa Yudas mengkhianati Tuhan Yesus karena uang (Matius 26:15; Markus 14:10-11). Sungguh amat menyedihkan bahwa hanya karena uang 30 keping perak, Yudas tega menjual Yesus Kristus, Gurunya sendiri. Namun, orang yang memiliki spiritualitas yang palsu memang dapat melakukan berbagai macam kejahatan tanpa rasa takut kepada Allah di dalam hati mereka. Apakah Anda memiliki spiritualitas yang benar? [WY]

Tetap Waspada

Lukas 21:20-38

Zaman makin canggih, namun kehidupan manusia makin bobrok. Pergaulan bebas, LGBT, narkoba, penipuan, dan berbagai macam bentuk kejahatan makin marak dan seakan-akan makin terasa lumrah bagi orang-orang di zaman ini. Kondisi moral masyarakat yang makin lama makin bobrok merupakan tantangan bagi iman Kristen. Harus diakui bahwa bertekun menjadi orang percaya yang hidup berdasarkan iman itu makin lama makin sulit. Tidak jarang kita mendengar berita tentang orang Kristen—bahkan pemimpin Kristen—yang meninggalkan iman karena terpikat oleh daya tarik dunia ini.

Tuhan Yesus mengingatkan orang percaya agar berjaga-jaga dan berdoa di hari-hari terakhir ini. Kita tidak tahu kapan “hari terakhir”—saat Tuhan Yesus datang kedua kali—tiba. Akan tetapi, jelas bahwa kita sudah berada di hari-hari terakhir. Kita harus bersikap waspada dan berjaga-jaga agar kita siap menghadapi apa pun yang akan terjadi. Kata “berjaga-jaga” adalah kata yang dipakai untuk orang yang berjaga ma-lam. Seorang penjaga malam harus lebih awas ketimbang mereka yang berjaga di siang hari. Orang yang berjaga di siang hari dapat melihat musuh dengan baik dari jarak jauh ketika mereka datang. Akan tetapi, orang yang berjaga di malam hari bisa disergap musuh dengan tiba-tiba bila ia tidak sangat waspada mengawasi kondisi di sekelilingnya. Kita diingatkan untuk tidak menjadi mabuk oleh pesta pora dan atau berba-gai kenikmatan dunia. Jangan biarkan hati Anda diimpit dan dikuasai oleh kekhawatiran dunia ini! Perkataan “kepentingan-kepentingan dunia-wi” (21:34) secara literal berarti kekhawatiran hidup. Kekhawatiran yang berlebihan terhadap hal-hal di dunia ini dapat membuat kita beralih fokus, sehingga kita tidak bergantung kepada Allah, melainkan terpikat oleh apa yang ditawarkan dunia ini. Bila kita terlena, kita akan kehilang-an kewaspadaan. Kita bisa tenggelam oleh daya tarik dunia yang bersifat menipu. Godaan yang makin besar di hari-hari terakhir dapat dengan mudah membuat kita jatuh. Tuhan Yesus mengingatkan agar kita selalu berjaga-jaga dan bertekun dalam doa. Melalui doa, kita dapat menang menghadapi pencobaan. Tuhan Yesus pernah mengingatkan murid-murid-Nya bahwa roh memang penurut tetapi daging lemah (Matius 26:41). Berjaga-jaga dan berdoalah agar Anda sanggup menghadapi pencobaan! [WY]

Persembahan di Mata Tuhan Yesus

Lukas 21:1-19

Menjelang akhir masa pelayanan-Nya di bumi, Tuhan Yesus berada di bait Allah setiap hari untuk mengajar orang banyak (19:47; 20:1, 21:37-38). Dia memperhatikan orang yang memberi persembahan. Ada orang-orang kaya yang memberi persembahan dalam jumlah besar, dan ada seorang janda miskin yang jumlah persembahannya hanya dua peser (21:1-2). Peser adalah mata uang terkecil saat itu. Orang yang melihat hal itu pasti memuji orang kaya yang jumlah persembahannya besar. Akan tetapi, Tuhan Yesus lebih menghargai janda miskin yang jumlah persembahannya kecil. Tuhan Yesus berkata bahwa orang-orang kaya memberi dari kelimpahan mereka. Artinya, uang yang mereka persembahkan hanya sedikit bila dibandingkan banyaknya uang mereka. Sebaliknya, uang dua peser yang dipersembahkan si janda miskin itu—yang nilainya sangat kecil—adalah seluruh uang yang ia miliki (21:4).

Allah tidak membutuhkan persembahan kita. Jika Allah membutuh-kan uang, besar uanglah yang akan Ia nilai. Tuhan tidak memerlukan uang sehingga yang Tuhan nilai adalah sikap hati kita saat kita memberi persembahan. Apakah Anda memberi persembahan dengan sukacita sebagai ungkapan rasa syukur? Apakah Anda memberi persembahan untuk menyenangkan hati Tuhan, bukan supaya mendapat pujian dari orang lain? Komentar Tuhan Yesus terhadap persembahan janda miskin itu memperlihatkan bahwa nilai persembahan ditentukan oleh besarnya pengorbanan dari orang yang memberi persembahan. Dari sisi pengor-banan, jelas bahwa pengorbanan janda miskin itu luar biasa besar karena ia memberikan semua miliknya kepada Allah, dan sekaligus ia menggantungkan hidupnya sepenuhnya kepada pemeliharaan Allah. Orang-orang kaya yang memberi dalam jumlah besar itu masih memiliki banyak uang, sehingga pengorbanan mereka dalam memberi menjadi tidak berarti bila dibandingkan pengorbanan si janda miskin. Di zaman yang makin hari makin materialistis—artinya mementingkan benda—dan makin hedonis—artinya mementingkan kesenangan—ini, memberi per-sembahan merupakan tantangan bagi kasih orang percaya. Memberi lebih banyak berarti menikmati lebih sedikit. Memberi sedikit berarti menikmati lebih banyak. Keputusan kita mencerminkan besarnya kasih kita kepada Tuhan! Apakah Anda mengasihi Dia sehingga Anda selalu berusaha memberi yang terbaik kepada Tuhan? [WY]

Allah Orang Hidup

Lukas 20:20-47

Apakah Anda percaya terhadap kebangkitan orang mati? Orang yang sungguh-sungguh memercayai kebangkitan orang mati seha-rusnya mengabdikan hidupnya untuk kekekalan. Hidup yang singkat saat ini harus dipakai untuk menyiapkan diri memasuki kekekalan. Secara umum, kepercayaan orang Saduki bertentangan dengan kepercayaan orang Farisi. Orang Saduki tidak percaya terhadap kebangkitan orang mati (20:27). Mereka beranggapan bahwa roh itu tidak kekal, tidak ada kehidupan setelah kematian, dan tidak ada hukuman serta upah bagi orang yang sudah mati. Mereka juga tidak percaya pada roh-roh dan malaikat (bandingkan dengan Kisah Para Rasul 23:6-9). Dalam bacaan Alkitab hari ini, beberapa orang Saduki bertanya kepada Tuhan Yesus dengan pertanyaan yang bertujuan untuk menjebak (Lukas 20:28-33). Namun, sebenarnya pertanyaan mereka itu keliru karena mereka sama sekali tidak mengerti tentang kondisi manusia setelah kebangkitan berlangsung. Manusia tidak mungkin mengerti tentang kondisi dirinya sesudah kebangkitan terjadi, kecuali berdasarkan apa yang telah Allah ungkapkan di dalam firman-Nya. Sebaliknya, Yesus Kristus—Sang Anak Allah yang datang dari sorga—mengetahui secara pasti tentang kondisi manusia sesudah kebangkitan berlangsung.

Tuhan Yesus menjelaskan bahwa orang-orang yang telah mengalami kebangkitan sudah tidak akan melakukan kawin-mengawin lagi karena mereka telah menjalani kehidupan kekal sama seperti para malaikat di sorga (20:34-36). Ingatlah bahwa orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus adalah anak-anak Allah (Yohanes 1:12). Dari zaman dahulu, Allah telah berkata kepada Musa bahwa Ia adalah Allah orang hidup, bukan Allah orang mati. Ia adalah Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub. Ia adalah Allah orang hidup, sebab di hadapan Allah, semua orang itu hidup (Lukas 20:37-38).

Kebangkitan orang mati adalah hal yang pasti bagi orang percaya. Tuhan Yesus berulang kali menegaskan hal ini dengan mengatakan bahwa Ia adalah Jalan untuk sampai kepada Bapa. Ia pergi ke sorga untuk menyediakan tempat bagi kita (Yohanes 14:1-6). Apakah Anda yakin bahwa Anda akan dibangkitkan pada hari kebangkitan? Apakah Anda sudah mengisi kehidupan yang singkat di dunia ini dengan pandangan yang terarah ke sorga? [WY]