Penderitaan adalah Kenyataan Hidup

2 Korintus 1:1-11

Bila ada seorang bertanya, “Apa kabar?” Bagaimana Anda menja-wab? Saat ini, sedang berkembang suatu pandangan—termasuk di kalangan Kristen—bahwa kita harus mengatakan bahwa kabar kita baik, bahkan “luar biasa baik”. Bila jawaban semacam itu dilandasi oleh iman akan pemeliharaan Allah dan keyakinan bahwa Allah dapat memanfaat-kan apa saja yang kita alami untuk kebaikan kita, jawaban semacam itu merupakan jawaban yang wajar. Yang tidak wajar adalah bila jawaban itu merupakan penyangkalan terhadap realitas penderitaan yang dialami seseorang. Tidak benar bila adanya masalah, kesulitan, kegagalan, dan penderitaan dianggap sebagai ciri bahwa seseorang “kurang rohani”. Kita harus memahami bahwa Rasul Paulus pun tidak kebal terhadap rea-litas penderitaan. Bahkan, penderitaan yang dialami oleh Rasul Paulus sedemikian berat, sehingga beliau sampai merasa putus asa (1:8-9). Akan tetapi, penderitaan yang berat itu membuat Rasul Paulus bisa mengalami penghiburan dari Allah yang berlimpah-limpah. Penghiburan yang berlimpah-limpah ini nampaknya berupa pertolongan Allah yang tak terduga dan kesadaran bahwa Kristus pun telah rela menderita sampai mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia (1:5; bandingkan dengan Ibrani 12:2-4). Pengalaman menerima penghiburan saat menghadapi penderitaan itu membuat Rasul Paulus sanggup menghibur anggota jemaat yang sedang mengalami penderitaan (2 Korintus 1:3-4).

Masalah, kesulitan, kegagalan, dan penderitaan merupakan kenya-taan yang wajar bagi setiap orang. Bahkan, Rasul Paulus memandang penderitaan yang dialaminya sebagai karunia Allah (Filipi 1:29). Bila orang Kristen menghadapi perlakuan yang tidak semestinya dari orang-orang yang tidak menyukai kekristenan, penderitaan yang ia alami harus dipandang sebagai kesempatan untuk menghayati penderitaan Kristus. Tidak benar bila ada orang yang menganggap penderitaan sebagai ciri kurangnya iman atau ciri rendahnya kerohanian seseorang. Sebaliknya, penderitaan adalah alat di tangan Allah untuk membuat kehidupan seo-rang beriman menjadi semakin bergantung kepada Allah (2 Korintus 1:9). Bila Anda sedang mengalami penderitaan, tetaplah bertekun memperta-hankan iman Anda (Yakobus 5:11)! Ingatlah bahwa Kristus, Rasul Paulus, dan amat banyak tokoh beriman, juga pernah mengalami penderitaan (bandingkan dengan kisah tokoh-tokoh iman dalam Ibrani 11). [GI Purnama]