Memuliakan Tuhan dengan Persembahan

Imamat 22

Memberi persembahan berbeda dengan berbuat amal (melakukan kebaikan dengan tujuan agar mendapat balasan atau berkat dari Tuhan). Saat berbuat amal, kita melakukan kebaikan (sesuatu yang menguntungkan) terhadap orang yang menerima amal (objek amal). Akan tetapi, saat kita memberi persembahan kepada Tuhan, Tuhan tidak mendapat keuntungan apa pun. Memberi persembahan adalah res-pons terhadap kebaikan Tuhan. Saat memberi persembahan, seharusnya kita merasa bersyukur, bukan merasa berjasa kepada Tuhan. Memberi persembahan tidak sepatutnya disertai rasa bangga atau rasa superior (merasa diri tinggi atau terhormat) melainkan harus disertai kerendah-hatian. Itulah sebabnya, dalam bacaan Alkitab hari ini, jelas bahwa Allah menetapkan syarat kepada orang yang hendak memberi persembahan, yaitu bahwa orang itu harus tidak sedang berada dalam keadaan najis (kotor, tidak memenuhi syarat untuk mengikuti suatu upacara keagama-an). Orang yang najis harus membersihkan dirinya dan menunggu sam-pai dirinya menjadi tahir (bersih, layak mengikuti upacara keagamaan), Para imam yang menyelenggarakan upacara pengorbanan dan keluarga imam yang berhak mendapat bagian dari korban persembahan pun dikenakan persyaratan kekudusan sebelum diizinkan memakan bagian persembahan yang diperuntukkan bagi mereka.

Semua penjelasan di atas menunjukkan bahwa mempersembah-kan korban itu tidak boleh dilakukan dengan seenaknya. Binatang yang dipakai sebagai korban persembahan pun harus yang dalam kondisi sempurna (tidak bercacat). Mempersembahkan korban cacat merupa-kan penghinaan kepada Tuhan. Tuhan tidak berkenan kepada korban persembahan yang cacat. Karena Tuhan Yesus sudah mengorbankan diri-Nya sendiri sebagai korban yang sempurna (tanpa cacat), sekarang sudah tidak perlu lagi diadakan persembahan korban. Sekalipun demiki-an, kita masih bisa mempersembahkan uang, pikiran, dan tenaga kita untuk kepentingan pekerjaan Tuhan melalui gereja-Nya. Apakah Anda sudah berusaha memberikan yang terbaik bagi Tuhan? Bila Anda adalah seorang yang sibuk, apakah Anda merasa bahwa sudah cukup bila Anda mempersembahkan uang, pikiran, dan tenaga sisa (seadanya) kepada Tuhan? Bila Anda sudah sering terlibat dalam pelayanan, apakah Anda selalu berusaha melayani sebaik mungkin agar Tuhan dimuliakan? [GI Purnama]