Memahami Kepedulian Allah

Bacaan Alkitab hari ini:

Ayub 23-24

Terhadap tuduhan Elifas yang penuh fantasi, Ayub tidak menanggapi. Tetapi Ayub menjawab, “Aku meronta dan mengeluh terhadap Allah; tak dapat aku menahan keluh kesah.” (23:1-2, Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari). Ayub ingin menjumpai Allah guna menyampaikan pembelaan diri terhadap berbagai tuduhan yang ditujukan kepada dirinya. Dia meyakini bahwa Allah pasti akan berlaku adil karena ia telah berlaku jujur dan taat kepada Allah (23:3-12). Akan tetapi, keyakinan ini bercampur dengan kebingungan karena dia menyaksikan keberuntungan orang-orang yang telah berlaku jahat dan kesengsaraan orang-orang yang hidupnya tidak beruntung (pasal 24). Kebingungan Ayub terjadi karena dia sendiri sedang mengalami penderitaan hebat dan dia merasa bahwa Allah tidak peduli (bandingkan misalnya dengan 24:12).

Kesulitan Ayub untuk memahami kepedulian Allah merupakan hal yang wajar karena Ayub—seperti kita juga—memiliki pemahaman yang sangat terbatas. Ayub tidak mengerti tentang adanya pembicaraan antara Iblis dengan Tuhan dalam pasal 1-2. Dia juga belum memahami rancangan Tuhan terhadap dirinya secara menyeluruh. Pengenalan Ayub tentang Allah belum sempurna (masih dalam proses). Saat kita membaca kisah Ayub ini, kita bisa langsung membaca latar belakang kisah Ayub (pasal 1-2)—yang tidak diketahui oleh Ayub—serta akhir kisah Ayub yang bahagia (pasal 42). Karena kita memahami keseluruhan kisah Ayub, dengan yakin kita bisa mengatakan bahwa sesungguhnya Allah peduli terhadap kehidupan kita, tetapi kita belum memahami kepedulian Allah itu secara utuh. Saat kita mengalami penderitaan, kita perlu meyakini—dengan iman—perkataan yang dicatat oleh Nabi Yeremia, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29:11).

Saat Anda menderita atau saat Anda melihat penderitaan pada diri orang lain, apakah Anda tetap meyakini bahwa Allah memedulikan umat-Nya? Tanpa keyakinan akan kepedulian Allah, kita akan menjadi pesimis dan penderitaan akan terasa amat berat. Sebaliknya, keyakinan akan kepedulian Allah akan membangkitkan pengharapan dan semangat juang di dalam hidup kita! [P]