Jangan Seperti Orang Munafik

Bacaan Alkitab hari ini:

Matius 6:1-18

Hal memberi sedekah, berdoa, dan berpuasa adalah tiga aktivitas agama yang utama bagi orang Yahudi yang taat. Beranjak dari pengoreksian terhadap enam pemahaman yang salah tentang Perjanjian Lama (5:17-48), Tuhan Yesus lalu mengoreksi aktivitas agama orang Yahudi. Tuhan Yesus tidak melarang ketiga aktivitas di atas, tetapi Dia menekankan pentingnya motivasi yang tepat untuk melakukannya. “Jangan seperti rang munafik” menjadi pengikat di dalam peringatan terhadap ketiga aktivitas agama di atas. Peringatan tersebut bukan peringatan biasa, tetapi peringatan serius yang diulang terus-menerus oleh Tuhan Yesus.

Yang dimaksud sebagai “orang munafik” oleh Tuhan Yesus adalah orang yang melakukan aktivitas agama demi mendapat perhatian atau pujian orang. Persepsi orang lain adalah tujuan aktivitas keagamaan yang dilakukan orang munafik. Oleh karena itu, bila orang munafik sudah mendapat pujian atas aktivitas yang mereka lakukan, Allah menganggap mereka sudah mendapat upah (6:2), sehingga Allah tidak mengapresiasi aktivitas mereka (6:1). Bagi orang munafik, aktivitas agama adalah pembayaran atas pemberian pujian dan persepsi orang yang ia terima.

Walaupun kita tidak sengaja melakukan aktivitas keagamaan seperti orang munafik, mungkin saja yang menjadi standar keberhasilan adalah penilaian orang lain. Tanpa sadar, perhatian utama kita saat melayani bisa lebih tertuju kepada persepsi dan tanggapan orang terhadap pelayanan kita daripada persepsi Tuhan. Saat seseorang diminta berdoa, tidak jarang kita mendengar jawaban, “Aduh, saya tidak bisa berdoa. Doa saya tidak bagus.” Jawaban seperti ini menunjukkan bahwa yang menjadi perhatian utama bukan Tuhan, tetapi persepsi orang lain. Tanggapan orang lain menjadi lebih penting daripada tanggapan Tuhan. Apakah Anda bisa mengingat kapan terakhir kali Anda begitu puas melayani Tuhan walaupun tidak ada orang yang melihat atau memuji? Dapatkah Anda berkata, “Asal Tuhan dipuaskan dan nama-Nya dimuliakan, cukuplah!” Bersikap seperti ini tidak mudah karena kita masih hidup di dalam dosa dan kita masih menginginkan pengakuan manusia. Renungkanlah perkataan Rasul Paulus dalam Galatia 1:10, “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.” [FL]