Perjamuan Kudus

Bacaan Alkitab hari ini:
1 Korintus 11:17-34

Perjamuan kudus adalah salah satu upacara gerejawi yang sangat penting. Selain memberikan perintah untuk melaksanakan pembaptisan, Tuhan Yesus memerintahkan semua orang percaya di sepanjang zaman dan tempat untuk melaksanakan perjamuan kudus (Matius 28:19). Namun, sampai sekarang, masih banyak orang percaya yang salah mengerti tentang perjamuan kudus. Ada orang Kristen yang beranggapan bahwa perjamuan kudus adalah sarana untuk mendapatkan berkat Tuhan, misalnya berkat berupa kesembuhan dari penyakit. Ada juga orang Kristen yang percaya bahwa roti dan anggur benar-benar berubah menjadi tubuh dan darah Tuhan Yesus saat diterima dalam perjamuan kudus. Pandangan ini adalah pandangan gereja Roma Katolik.

Pada umumnya, kalangan Protestan berpegang pada ajaran John Calvin. Calvin mengajarkan bahwa Yesus Kristus hadir secara spiritual melalui roti dan anggur perjamuan. Zwingli berpendapat bahwa roti dan anggur adalah simbol yang mewakili tubuh dan darah Yesus Kristus. Perjamuan kudus merupakan upacara yang kudus karena kita memercayai bahwa Yesus Kristus hadir saat perjamuan kudus dilangsungkan. Dengan melaksanakan perjamuan kudus, kita memproklamasikan atau memberitakan kepada semua orang tentang kematian Yesus Kristus yang menyelamatkan orang berdosa (1 Korintus 11:26). Perjamuan kudus harus dilakukan dengan sedemikian rupa sehingga semua orang—baik orang yang sudah percaya maupun yang belum percaya dapat merasakan kasih Tuhan yang besar melalui pengorbanan-Nya di kayu salib.

Oleh karena alasan di atas, Rasul Paulus menegur jemaat Korintus yang tidak menghormati perjamuan kudus. Perjamuan kudus (atau perjamuan Tuhan) pada masa pelayanan Rasul Paulus dilakukan secara bersamaan dengan perjamuan kasih di antara jemaat. Sebelum perjamuan Tuhan dilakukan, anggota jemaat yang kaya sudah makan lebih dulu sampai kekenyangan dan mabuk, sedangkan anggota jemaat yang miskin tidak mendapat bagian dan menjadi lapar (11:20-22). Sikap dan cara melakukan perjamuan kudus yang dipersoalkan Rasul Paulus disini adalah sikap tidak hormat yang akan mendatangkan hukuman Tuhan (11:27-31). Setiap orang percaya harus mempersiapkan diri dengan baik saat menerima perjamuan kudus, yaitu melalui sikap hormat dan penuh ucapan syukur. [GI Wirawaty Yaputri]