Bukti Nyata yang Mendobrak Kemustahilan Kita

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 35

Tidak sepatutnya mengundang orang yang alergi ikan untuk mengikuti acara makan ikan bakar! Kita tidak seharusnya mengundang orang untuk datang ke pesta yang tidak bisa dinikmatinya, bukan? Akan tetapi, itulah yang dilakukan Yeremia di pasal ini. 

Allah menyuruh sang nabi mengundang rombongan keluarga kaum Rekhab yang sedang mengungsi di Yerusalem akibat teror perang oleh pasukan Babel. Yeremia mengundang mereka ke salah satu kamar terbuka di Bait Allah untuk makan siang yang limpah dengan minuman anggur (35:1-5), padahal semua orang tahu bahwa kaum Rekhab memiliki disiplin dan gaya hidup yang unik, yakni pantang minum anggur dan pantang tinggal di rumah permanen, tepat seperti perintah kuno yang ditetapkan Yonadab, bapak leluhur yang hidup 250 tahun sebelum mereka. Di hadapan pemimpin dan penduduk Yerusalem, mereka dengan sopan, tetapi tegas, menolak minum anggur yang ditawarkan Yeremia (35:6-11). Lalu, Yeremia mengkhotbahkan teguran Allah dengan membandingkan teladan kaum Rekhab dan kebebalan bangsa Yehuda yang tidak menaati perintah Tuhan (35:12-19). 

Apakah selama ini kita pernah --atau bahkan selalu – berpikir bahwa menjalani gaya hidup melawan arus budaya dosa di sekitar kita terlalu sulit, bahkan mustahil? Hendaklah bukti nyata keteladanan kaum Rekhab meyakinkan kita. Izinkan hidup kita dibentuk dan dijaga oleh perintah Allah dalam Alkitab, karena buku kuno yang satu ini tak mungkin kadaluwarsa. Alkitab adalah sabda dari Allah yang hidup yang berkuasa memastikan bahwa kita bisa tampil beda dalam kehidupan sehari-hari dan menyatakan kesaksian yang memuliakan Dia. [ICW]

“Sungguh, keturunan Yonadab bin Rekhab menepati perintah
yang diberikan bapa leluhur nya kepada mereka, 
tetapi bangsa ini tidak mau mendengarkan Aku!” 
Yeremia 35:16

Harus Sepasang: Tahu dan Taat

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 34

Idealnya, umat Allah tahu dan melakukan apa yang benar. Akan tetapi, praktiknya tidak selalu seperti itu. Sebagai contoh adalah perlakuan orang Yehuda terhadap budaknya. Saat kota Yerusalem yang terkepung mendekati kejatuhan (34:1-7), tiba-tiba raja dan penduduk Yerusalem sepakat untuk melaksanakan perjanjian melepaskan budak sesuai dengan hukum Taurat (34:8-10). Para budak tersebut adalah saudara mereka sendiri, yaitu sesama orang Yehuda, yang menjadi budak karena hutang. Namun, setelah para budak dibebaskan, raja dan rakyat berubah pikiran. Mereka memaksa para budak yang sudah dibebaskan untuk kembali menjadi budak (34:11). Mungkin pemicunya adalah pengepungan yang sempat dihentikan sementara oleh pasukan Babel (34:21-22). Menurut hukum Taurat, di tahun ketujuh, para budak harus dibebaskan. Dalam praktiknya, para tuan selalu memiliki cara untuk memperpanjang masa perbudakan sehingga melebihi Tahun Sabat (34:12- 14). Allah menegur dan mengingatkan bahwa hukum Tahun Sabat ini didasarkan pada pengalaman buruk bangsa mereka sendiri saat menjadi budak di Mesir (34:12-14). Oleh karena itu, seharusnya mudah bagi mereka untuk menaati hukum Taurat yang satu ini. Itulah sebabnya, hukuman Allah yang keras menanti, yakni mengalami kematian dengan cara mengerikan, sama seperti nasib binatang yang mereka potong dan belah saat melakukan ritual perjanjian (34:15-22). 

Mengetahui dan melakukan, mengerti dan mempraktikkan firman Tuhan adalah pasangan disiplin dan karakter murid Kristus yang harus kita miliki agar kapan pun kenyataan hidup yang keras dan kejam menghantam, bangunan iman dan suka cita kita tetap kokoh, tak mudah roboh! [ICW]

“Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini
dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, 
yang mendirikan rumahnya di atas pasir .” 
Matius 7:26

Apa Mimpi Besarmu Bagi Gereja?

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 33

Pasal ini adalah penutup janji pemulihan bagi umat Israel yang akan berada di pembuangan, yang dimulai dari pasal 30. Lewat pasal-pasal ini, Yeremia mengajak bangsanya untuk berani memimpikan hal-hal besar di masa depan dalam terang janji pemulihan Allah (33:3). 

Garansi atas janji pemulihan adalah Nama Tuhan sendiri (33:2). Inilah bukti kuat kerinduan Allah memulihkan Israel, bukan hanya sebagai jawaban doa, tetapi juga sebagai bagian rencana kekal-Nya bagi bangsa Israel. Walaupun janji ini tidak membebaskan mereka dari kehancuran dan pembuangan yang akan terjadi (33:4-5), tetapi janji ini memberi gambaran yang jelas tentang pemulihan menyeluruh yang akan Allah lakukan bagi mereka melalui hadirnya pemerintahan Mesias (33:6-13). Janji Allah semakin konkret dengan menjamin keberadaan dua simbol resmi kepemimpinan bangsa Israel, yakni raja dan imam (33:17-23). Di pembuangan, tak ada lagi raja maupun ibadah di Bait Allah, sehingga peran raja dan imam seakan hilang. Tak heran bila muncul cemooh bahwa Allah telah menolak kaum keluarga Daud dan Lewi. Oleh karena itu, Allah menegaskan lagi janji kasih sayang dan pemulihan-Nya terhadap keturunan Daud maupun terhadap bangsa keturunan Abraham, Ishak, dan Yakub (33:24-26). Visi Allah bagi Israel dan bagi gereja sesungguhnya sama, yakni membentuk umat yang rajanya adalah Allah dan menuntun segala bangsa datang kepada Allah. Doakanlah dan beranilah mengharapkan dan mengupayakan hal-hal besar terjadi atas gereja Anda dan melalui gereja Anda, terutama agar gereja menjadi komunitas yang serius merajakan Kristus dan menuntun masyarakat sekitarnya untuk mengenal dan menyembah Tuhan Yesus. [ICW]

“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, 
bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:” 
1 Petrus 2:9

Investasi Darah, bukan Tanah

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 32

Hukum investasi, yaitu “belilah aset (bangunan, tanah, saham, dan sebagainya) yang paling memberi keuntungan di masa mendatang” nampaknya dilanggar ketika Allah memerintahkan Yeremia—yang saat itu sedang ditahan—untuk membeli sebidang tanah (32:1-7). Betapa tidak! Semua orang Yehuda tahu bahwa tanah di Anatot (kota kelahiran Yeremia) yang ditawarkan kepadanya itu saat itu sedang dipakai berkemah oleh pasukan Babel yang mengepung Yerusalem. Yeremia pun sempat ragu apakah ini benar pesan Tuhan (32:8b). Segera sesudah yakin, ia membeli tanah iitu sesuai dengan prosedur hukum, yaitu dengan saksi, harga resmi, dan disahkan dengan meterai. Semua bukti disimpan dengan baik supaya kebenaran transaksi itu kelak bisa dibuktikan (32:8-14). Pesan investasi tanah ini jelas, yakni bahwa uang sebesar itu pantas dibayarkan untuk sesuatu yang pasti, yaitu bahwa kelak Allah akan membawa mereka pulang dan tanah itu—bahkan negeri itu—akan menjadi milik keturunan mereka (32:15). Dalam doanya, Yeremia masih meragukan kemauan Tuhan memulihkan Yehuda karena bangsanya itu sangat layak dihukum (32:16-25). Oleh karena itu, Tuhan meyakinkan Yeremia dengan menegaskan bahwa kasih setia-Nya yang memastikan terwujudnya pemulihan Yehuda (32:26-44). Saat itu, Yehuda diminta bertobat dan menyerah saja kepada Babel, tidak perlu meminta bantuan Mesir. 

Ancaman atau situasi buruk apa yang sedang berkemah di hati Anda dan mengepung pengharapan Anda? Hadapilah dengan janji pengampunan dan pemulihan-Nya. Ingat, jaminan janji itu pasti: bukan investasi tanah, melainkan investasi darah Putra Allah yang telah membayar keselamatan kekal Anda, sekaligus memeteraikan janji setia Allah pada Anda! [ICW]

“Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah- Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.” 
Roma 5:8-9

Oase Sejati, Bukan Fatamorgana

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 31

Kabar apa yang paling memotivasi musafir yang letih dan haus di padang gurun untuk terus berjalan? Kabar tentang adanya oase (sumber air)! Kabar seperti itulah yang disampaikan oleh Yeremia kepada Yehuda yang sedang menjalani hukuman Allah. 

Yeremia menubuatkan tentang akan tibanya era baru yang penuh pengharapan bahagia. Janji ini bukan hanya untuk Yehuda, tetapi juga untuk Efraim, saudara sebangsa mereka di kerajaan Israel Utara yang telah dibuang Allah seabad sebelumnya (31:1-17). Seperti seorang ibu (Rahel), naluri Allah adalah tidak membiarkan Efraim selamanya terhilang, melainkan akan membawa mereka pulang. Bagi bangsa Yehuda, yaitu pendengar langsung khotbah Yeremia, janji Allah itu bagaikan oase yang memotivasi mereka untuk taat menjalani pembuangan, Mereka percaya bahwa Allah akan membawa mereka pulang dan mereka akan hidup dalam kemakmuran (31:23-30). Apalagi, janji itu disertai sebuah “Perjanjian Baru”, yaitu bahwa Allah akan menaruh Taurat-Nya dalam hati mereka dan mengampuni mereka (31:18-22, 33-34). Janji itu juga disertai komitmen ulang Allah bahwa Israel akan seterusnya menjadi umat-Nya dan Ia akan selamanya menjadi Allah bagi Israel (31:35-40). 

Catatan kepulangan mereka di kitab Ezra dan Nehemia membuktikan bahwa janji tentang era yang baru itu bukanlah fatamorgana (oase palsu yang menipu mata musafir yang letih dan haus). Naluri seorang ibu (Rahel) itu Allah rasakan juga terhadap kita hari ini. Jadi, “padang gurun” (masalah) seperti apa yang sedang Anda jalani saat ini? Entah itu bentuk hukuman Allah atau bukan, tekunlah melangkah dengan kekuatan yang bersumber dari rasa percaya pada janji pengampunan dan pemulihan-Nya! [ICW]

“Mereka tidak menjadi lapar atau haus; 
angin hangat dan terik matahari tidak akan menimpa mereka, sebab Penyayang mereka akan memimpin mereka dan
akan menuntun mereka ke dekat sumber-sumber air .” 
Yesaya 49:10

 

Allah belum Selesai dengan Kita

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 30

Melihat setengah gelas terisi air, kita bisa memandang secara positif sebagai hampir penuh, tetapi kita juga bisa memandangnya secara negatif sebagai hampir kosong. Allah menghendaki agar Yehuda memandang hukuman Allah secara positif. Saat bangsa Yehuda bersiap menjalani hukuman Allah berupa pembuangan di Babel, khotbah Yeremia menghibur mereka. Allah memerintahkan agar Yeremia menuliskan khotbah-khotbah tersebut yang berisi janji dan pengharapan bahwa setelah genap waktunya, umat Allah akan pulang dari pembuangan dan dipulihkan (30:1-3). Bahkan, Kerajaan Israel Utara dan Israel Selatan (Yehuda) akan disatukan-Nya kembali di bawah pemerintahan dinasti Daud (30:4-10). 

Dosa umat Israel dan Yehuda memang besar. Oleh karena itu, Allah memukul mereka dengan sangat keras sampai seperti orang sakit yang tak tersembuhkan (30:11-15). Akan tetapi, Allah berjanji akan memulihkan keadaan mereka sepenuhnya (30:16-22). Dengan kata lain, hukuman Allah pasti terlaksana, tetapi belas kasihan-Nya akan membuat murka-Nya surut (30:23-24). Yang mengejutkan, walaupun bangsa Israel (utara) telah dibuang Allah seratus tahun sebelumnya, ternyata bahwa Allah masih mengingat Israel. Pesan khotbah Nabi Yeremia jelas, yaitu bahwa penghukuman Allah bukan nasib akhir mereka. Nasib akhir mereka adalah—dan selalu—pemulihan yang dilandasi belas kasihan Allah! 

Masalah—atau disiplin Allah—seperti apa yang sedang Anda hadapi? Pandanglah masalah itu seperti gelas yang hampir penuh. Pusatkan perhatian kita pada Allah, bukan pada masalah. Belas kasihan-Nya dan janjii firman-Nya kepada umat-Nya dari dulu sampai sekarang tetap sama, “Aku belum selesai denganmu, Aku masih memiliki rencana indah untuk masa depanmu.” [ICW]

“Sebab sesaat saja Ia murka, 
tetapi seumur hidup Ia murah hati; 
sepanjang malam ada tangisan, 
menjelang pagi terdengar sorak-sorai.” 
Mazmur 30:6
 

Ajaran dan Nubuat Hoax

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 29

Perang melawan hoax (berita bohong) diserukan di beberapa kota. Seruan ini wajar karena berita hoax memicu kebingungan, kebencian dan permusuhan. Dalam pasal ini, Nabi Yeremia diutus Allah untuk mengirim surat melawan berita palsu yang menyesatkan umat Yehuda di pembuangan (29:1-3). 

Di tengah mereka, ternyata ada nabi palsu dan juru tenung (29:8-9) yang menyebarkan dua jenis nubuatan hoax: Pertama, nubuatan yang memberi harapan palsu bahwa mereka akan lekas kembali ke Yehuda. Kedua, nubuatan yang memadamkan harapan bahwa Allah lupa dan tidak akan memulangkan mereka. Akibatnya, sebagian umat bersikap malas-malasan, pasif dalam kehidupan bermasyarakat di Babel. Sebagian lagi mulai melupakan jati diri sebagai umat Allah dan menyesuaikan diri dengan budaya berdosa penduduk Babel. Mereka mengabaikan janji Tuhan tentang lamanya masa pembuangan dan rencana Allah memulihkan mereka (29:10-14). Sikap seperti itu akan menuai hukuman Allah yang lebih keras seperti yang dialami saudara-saudara mereka yang tidak ikut terbuang dan terus mengabaikan firman Tuhan (29:16-23). Oleh karena itu, surat Yeremia mengemukakan hukuman Allah bagi para penyebar hoax (29:24-32) dan perintah Allah agar umat Allah hidup dan bergaul secara normal, bahkan berusaha menjadi berkat bagi kesejahteraan kota yang mereka tempati (29:4-9). Di negeri pembuangan pun, panggilan sebagai bangsa yang diberkati dan menjadi berkat tidak dibatalkan! 

Setiap ajaran yang mendorong orang Kristen larut dalam budaya dosa dunia atau menjadi pasif dan menutup diri demi menjaga kesucian, adalah ajaran hoax. Doakanlah agar gereja-Nya, termasuk Anda, tidak tertipu, bahkan terlibat aktif dan menjadi berkat di berbagai bidang kehidupan kota kita. [ICW]

“Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, 
dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, 
sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” 
Yeremia 29:7

Kuk Siapa di Tengkuk Kita?

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 27-28

Tindakan Yeremia berkeliaran di jalanan kota Yerusalem sambil memikul kuk kayu di tengkuknya mengungkapkan pesan bagi raja Zedekia dan perwakilan lima bangsa sekutu Yehuda yang sedang berkumpul merencanakan pemberontakan terhadap Babel. Pesannya adalah bahwa Yehuda dan bangsa-bangsa itu wajib memikul kuk Babel, tunduk pada raja Nebukadnezar yang sedang dipakai sebagai alat penghukuman Allah (27:1-7). Jika mereka memberontak mengikuti nasihat para nabi palsu dan juru ramal, mereka akan hancur. Akan tetapi, mereka akan tetap hidup jika bersedia tunduk (27:8-17). Kenabian yang sejati terbukti dari nasib perkakas kudus di Bait Suci yang luput dijarah Babel (saat pembuangan gelombang pertama). Jika perkakas kudus itu tetap di Bait Suci, berarti nabi mereka benar. Akan tetapi, jika perkakas kudus itu diangkut ke Babel, berarti Yeremia yang benar (27:18-22). Kelak, saat pembuangan gelombang kedua, terbukti bahwa Yeremia yang benar (2 Raja-raja 25). Nabi (palsu) Hananya bernubuat bahwa kuk Babel telah dipatahkan Tuhan. Dalam dua tahun, raja dan rakyat beserta perkakas Bait Suci di pembuangan Babel akan dikembalikan (Yeremia 28:1-4). Nubuat itu diperagakan Hananya dengan mematahkan kuk kayu yang dipikul Yeremia (28:10-11). Akan tetapi, Hananya mati dihukum Tuhan tahun itu juga, sesuai dengan nubuat Nabi Yeremia (28:12-17). Dengan memilih menaati nasihat nabi palsu dan mematahkan kuk kayu itu, Yehuda dan bangsa-bangsa itu akan lebih menderita ditindas Babel dengan kuk besi. 

Walaupun kuk (ajaran, nasihat, solusi) dunia bisa lebih enak dan lebih masuk akal didengar, tetapi pasal ini mengingatkan bahwa menolak kuk ringan yang ditawarkan Tuhan berarti memikul kuk yang lebih berat buatan kita sendiri. Putuskanlah kuk mana yang hendak Anda pilih? [ICW]

“Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, 
karena Aku lemah lembut dan rendah hati
dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” 
Matius 11:29

Tidak Selalu Berakhir Indah

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 26

 

Film Hollywood umumnya berujung dengan happy ending (sang jagoan pada akhirnya menang atau bahagia). Hal semacam itu umumnya tidak sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sebagaimana kisah-kisah dalam pasal ini. 

Setelah bagian pertama (pasal 1-25) yang sebagian besar berisi khotbah Nabi Yeremia, pasal ini mengawali bagian kedua (pasal 26-35) yang terutama berisi kisah pengalaman sang nabi. Di pasal ini terdapat penjelasan bahwa khotbah Nabi Yeremia di bait Allah—yang menubuatkan bahwa kota Yerusalem akan dihukum Allah seperti kota Silo (7:14)—terwujud di awal pemerintahan Yoyakim, anak Raja Yosia (26:1-6). Di sini juga dikisahkan reaksi para pendengar khotbahnya (26:7- 11). Bagian kedua ini menunjukkan bahwa para utusan Allah yang sama-sama berani berkotbah dengan terus terang tentang hukuman Allah atas Yerusalem dan bangsa Yehuda bisa mengalami akhir yang berbeda. Khotbah Yeremia menuai ancaman hukuman mati, namun dia selamat karena ada yang bersimpati dan melindunginya (26:16, 24). Orang-orang di zaman Raja Hizkia nampaknya tidak membunuh nabi Mikha atas kotbah kerasnya (26:17-19; bandingkan dengan Mikha 1:1; 3:12), sehingga hukuman Allah tidak dijatuhkan pada zaman Hizkia. Akan tetapi, Nabi Uria mengalami akhir yang tragis. Dia dibunuh oleh utusan raja Yoyakim (26:20-23). 

Tuhan Yesus telah memperingatkan bahwa mengikut Dia adalah jalan sempit (ada salib) yang menuju keselamatan. Saat menghadapi ujian atau pencobaan, Anda harus berani berkata dan bertindak benar sesuai firman Allah. Meskipun akhir yang kita alami di dunia tak seindah film Hollywood, ingatlah bahwa Allah telah menjamin happy ending kita di sorga. [ICW]

“Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, 
melainkan yang tak kelihatan, 
karena yang kelihatan adalah sementara, 
sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.” 
2 Korintus 4:18

Tak Ada Anak Emas

Bacaan Alkitab hari ini : Yeremia 25

29 Apakah menjadi bangsa pilihan membuat bangsa Israel dianakemaskan (diistimewakan) oleh Allah? Pasal ini menunjukkan bahwa hal itu tidak terjadi saat Yehuda terus berkanjang dalam dosa. Dalam pesan Allah yang dikhotbahkan Nabi Yeremia di pertengahan masa pelayanannya (tahun ke-23), Nabi Yeremia mengingatkan bahwa Allah setia berfirman melalui dia dan bahwa Yehuda terus mengabaikannya (25:1-8). Oleh karena itu, Allah memilih raja Babel sebagai alat untuk menghukum dan Allah menetapkan masa pembuangan ke Babel selama 70 tahun (25:9-11). Yang menarik, Nabi Yeremia juga mengkhotbahkan piala amarah Tuhan yang wajib diminum oleh banyak bangsa secara bergilir—diawali oleh Yehuda (25:15-33)—untuk menggambarkan hukuman Allah atas bangsa-bangsa itu melalui penjajahan Babel. Setelah itu, barulah Sesakh—nama lain Babel—juga meminumnya (25:12-14, 26). Nabi Yeremia menutup kotbahnya dengan peringatan dan seruan bertobat bagi para pemimpin Yehuda (25:34-38). Hal ini menyiratkan bahwa kesempatan masih ada untuk mulai menggembalakan rakyat dengan benar agar membatalkan hukuman Allah. Orang Yehuda yang mendengar khotbah ini disadarkan bahwa Allah itu pemilik semua bangsa di dunia, jauh lebih besar dari berhala dan allah lain, yang menghukum bukan berdasar pilih kasih, melainkan berdasarkan kedaulatan-Nya dan keadilan-Nya. 

Sebagai umat pilihan-Nya di zaman ini, kita pun bisa jatuh dalam dosa bangga diri, merasa yakin dianakemaskan oleh Allah, dan merasa aman hidup dalam dosa. Marilah kita bersyukur atas status kita sebagai anak-anak Allah sambil menjaga kesadaran bahwa diri kita adalah orang berdosa yang dibenarkan oleh karya salib Tuhan Yesus. [ICW]

“Maukah engkau menganggap sepi kekayaan
kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? 
Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah
ialah menuntun engkau kepada pertobatan?” 
Roma 2:4