Berbelas Kasihan adalah Kunci Kebahagiaan

Bacaan Alkitab hari ini : Amsal 14

Sang guru hikmat memulai bagian ini dengan menjelaskan pentingnya peranan dan tanggung jawab seorang perempuan (ibu) di dalam rumahnya. “Mendirikan rumah” di awal pasal ini bukan berarti mendirikan bangunan, melainkan berarti mendirikan “rumah tangga” yang di dalamnya ada hubungan atau ikatan antar setiap anggota rumah tersebut. Membangun rumah tangga yang baik memerlukan hikmat yang dilandasi rasa takut akan Allah. Dalam pasal ini, sang guru hikmat mengulang kembali tentang betapa pentingnya dan indahnya “takut akan Tuhan” (14:26- 27). Salah satu karakter yang menonjol dalam diri orang yang takut akan Tuhan adalah “berjalan dengan jujur”, yang kontras dengan mereka yang “sesat jalannya” (tidak lurus jalannya) sehingga menghina Tuhan. 

Bagaimana seseorang dapat menghina Tuhan? Menghina Tuhan bukanlah sekadar perbuatan, perkataan, serta pikiran jahat yang melawan Tuhan, melainkan juga “menindas orang yang lemah” yang berarti “menghina Penciptanya”. Oleh karena itu, penghinaan terhadap sesama merupakan dosa penghinaan kepada Tuhan Allah (Pencipta kita sendiri). Sebaliknya, “menaruh belas kasihan kepada orang miskin” merupakan tindakan memuliakan Allah yang menghasilkan kebahagiaan (14:21, 31). Bandingkan dengan perkataan Tuhan Yesus, “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Matius 25:40). Sebagai penutup, sang guru hikmat mengingatkan bahwa “Raja berkenan kepada hamba yang berakal budi, tetapi kemarahannya menimpa orang yang membuat malu” (Amsal 14:35). Ingatlah bahwa perlakuan kita terhadap sesama mempengaruhi sikap Allah terhadap diri kita. [A

Raja berkenan kepada hamba yang berakal budi,
tetapi kemarahannya menimpa orang yang membuat malu.
Amsal 14:35